tirto.id - Patung Tugu Tani Jakarta. Di antara dua sosok yang berdiri, salah satunya menampilkan seorang petani memakai caping di kepala dan celana pendek. Tubuhnya kekar pula. Menariknya, petani itu tak sedang pegang cangkul. Di pinggang kanan, ada sebuah holster tempat pistol. Sementara tangan kirinya memegang tali senapan yang disandang di belakang badan. Banyak yang menyebut patung ini terkait isu Angkatan Kelima.
Di tahun 1965, Indonesia sudah punya empat angkatan. Sejak 1962, Kepolisian Negara Republik Indonesia sudah diintegrasikan ke dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) bersama Angkatan Darat, Angkatan Laut, juga Angkatan Udara. Kehadiran Angkatan Kelima, yang terdiri dari buruh dan tani, tak akan jauh beda dengan Angkatan Darat.
Baca juga: Dwifungsi ABRI dan Jalan Terbuka Politik Tentara
Menurut Subandrio dalam Kesaksianku Tentang G30S (2000), “Baru sekitar awal tahun 1965 Bung Karno punya ide membentuk Angkatan Kelima. Tujuannya adalah untuk menampung bantuan senjata dari RRT. Saat itu persenjataan untuk empat angkatan (Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian) dianggap sudah cukup” (hlm. 19).
Catatan lain, seperti dari harian sore Warta Bhakti (14/1/1965) pada artikel berjudul "PKI usulkan 15 djuta massa tani dan buruh dipersendjatai", menyebut Partai Komunis Indonesia (PKI) juga punya ide itu di awal 1965. Hal tersebut disampaikan Ketua Comite Central (CC) PKI D.N. Aidit sebelum menghadap Presiden pada 14 Januari 1965, tepat hari ini 53 tahun silam.
Baca juga: Tokoh PKI dan Orang Kiri yang Jadi Pahlawan Nasional
Isu Angkatan Kelima kemudian berkembang. Bahkan berita itu sampai ke telinga Perdana Menteri Cina Zhou En Lai. Menurut M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), pada April 1965, Zhou En Lai sendiri yang datang ke Indonesia. "Pihak Tiongkok secara terang-terangan mendesak supaya dibentuk Angkatan Kelima, tetapi pihak Angkatan Darat bergerak lamban" (hlm. 577).
Kondisi Indonesia yang sedang berkonfrontasi dengan Malaysia dan Inggris, menurut catatan John Rossa dalam Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto (2007), membuat “PKI berani menuntut agar ribuan, jika bukan jutaan, rakyat sipil dipersenjatai dan diorganisasi sebagai angkatan kelima.”
Baca juga: Arsip Rahasia AS: Hoax Mao Zedong Terlibat G30S
Dalam kunjungan pada awal 1965 itu, Zhou En Lai menawarkan bantuan 100.000 senjata ringan kepada Indonesia. “Setelah tiba di tanah air, tawaran bantuan senjata tersebut dilaporkan kepada Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di hadapan rapat KOTI (Komando Operasi Tertinggi),” aku Omar Dani dalam buku pleidoinya, Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran dan Tanganku (2001: 43).
Belakangan, Omar Dani kena tuduh telah mengambil 25.000 pucuk senjata yang dijanjikan Zhou En Lai. Meski menyangkal bahwa membawa senjata sebanyak itu dalam sebuah penerbangan tidaklah cukup.
Baca juga: