tirto.id - Ekonom Institute for Development Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira merespons, pernyataan Kepala BKPM, Thomas Lembong yang meminta maaf karena menganggap 4 perusahaan unicorn Indonesia diklaim oleh Singapura.
Menurut Bhima, hal itu tidak sepenuhnya salah. Ia juga mengatakan, Thomas keliru tapi lebih pada permasalahan analisis.
"Jadi Pak Tom itu tidak 100 persen salah. Tapi dia kurang dalam analisisnya," ucap Bhima kepada wartawan saat ditemui usai diskusi di Millenium Sirih, Rabu (31/7/2019).
Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong sempat menduga kalau modal asing masuk melalui perusahaan induk mereka di Singapura dan ketika sampai ke Indonesia hanya berupa pembayaran kepada vendor.
Bhima juga mengatakan analisis pada persoalan ini seharusnya dibawa pada bahaya di masa depan ketika dana atau modal asing ini sewaktu-waktu bisa saja ditarik kembali oleh investor.
Padahal, kata dia, saat ini perusahaan unicorn cukup bergantung pada aliran dana itu untuk menjalankan operasional hingga berpromosi serta ekspansi.
"Artinya ada suatu saat unicorn menghasilkan keuntungan yang besar tapi bergantung kepada dana asing. Bisa jadi modalnya kembali ke negara asalnya yang mengakibatkan pelebaran transaksi berjalan khususnya pada neraca pendapatan primer karena posisi neraca pendapatan primer kita sudah defisit," ucap Bhima.
Bhima juga mengatakan ada dugaan kalau aliran modal asing memang masuk dan diterima oleh perusahaan yang bermarkas di Indonesia.
Namun, ia mengatakan tidak semua aliran modal itu langsung tiba ke perusahaan yang beralamat di Indonesia tetapi ada sejumlah uang yang masih disimpan di negara lain atau negara asal yang memberikan investasi.
"Nanti ke depan unicorn-unicorn didukung modal asing duitnya gak semua mengalir ke Indonesia. Ini bisa blunder ke perekonomian. Jadi dia gak salah, hanya kurang dalam analisanya," kata dia.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali