tirto.id - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin dianggap sosok yang ideal menjadi calon wakil presiden Joko Widodo (Jokowi) karena mampu meraih suara dari kalangan umat Islam. Hal itu disampaikan oleh pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin.
"Kiai Ma'ruf dianggap ideal untuk mendampingi Jokowi sebab ia adalah pimpinan tertinggi pada lembaga yang menaungi ormas-ormas Islam, yaitu MUI. Dia juga petinggi NU sebagai ormas Islam terbesar. Suaranya sering dijadikan rujukan oleh para ulama," kata Said, Rabu (11/7/2018).
Said berpendapat, pemilihan Kiai Ma'ruf sebagai cawapres Jokowi tidak akan mendapatkan penolakan dari partai pendukung karena selama ini yang bersangkutan cenderung menjaga jarak dari kelompok oposisi.
"Pendek kata, Kiai Ma'ruf dipandang mampu menggaet suara umat Islam dan diyakini tidak akan merecoki urusan 'sharing power'. Dalam hal ini jelas suara Kiai Ma'ruf lebih didengar dibandingkan dengan TGB (Tuan Guru Bajang)," katanya.
Said juga mengaku telah mendengar masuknya nama Ma'ruf dalam daftar nama bakal cawapres Jokowi. Kendati demikian, ia tidak tahu apakah nama Ma'ruf terseleksi sudah terseleksi sampai mana dari tiga daftar yang dibuat oleh parpol pendukung Jokowi, yaitu 'long list', 'short list', dan daftar prioritas.
"Yang jelas Kiai Ma'ruf punya peluang untuk mendampingi Jokowi. Tetapi saya menduga kepastian beliau menjadi cawapres akan sangat bergantung pada peta koalisi yang dibangun oleh pihak 'oposisi'," jelas Said.
Said menjelaskan, apabila sosok capres dan cawapres yang dipasangkan oposisi adalah tokoh yang dekat dengan para ulama, maka ia menilai, Ma'ruf akan semakin berpeluang mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019 nanti.
Aksi Bela Islam Pengaruhi Peta Politik
Menurut Said, ada fenomena politik penting yang terjadi saat ini, yakni meningkatnya kesadaran beragama yang diikuti oleh kesadaran berpolitik umat Islam. Dan hal ini menarik perhatian Jokowi dan parpol pendukungnya.
Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari sejumlah fenomena, seperti sejumlah Aksi Bela Islam (ABI) yang diikuti jutaan umat sejak 2016 yang membuat Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menang telak di Pilkada DKI Jakarta 2017.
Selain itu, kemunculan Da'i sejuta 'viewer' semisal Ustaz Abdul Somad (UAS) yang kerap menyuarakan pentingnya umat Islam aktif berpolitik di tahun 2018, telah meningkatkan kesadaran berpolitik pemilih muslim, sebagai pemilih terbesar dalam pemilihan umum.
Kendati demikian, lanjut Said, peserta Aksi Bela Islam, pemilih Anies-Sandi, dan pengikut Ustaz Abdul Somad itu melebur menjadi kelompok 'oposisi' dan merasa tidak puas terhadap pemerintahan Jokowi.
"Elemen-elemen itu pada akhirnya mengkristal menjadi semacam persekutuan. Mereka bersekutu mengkritisi pemerintah dan parpol-parpol pendukungnya," ujarnya.
"Nah, dari sinilah kemudian Jokowi dan parpol-parpol pendukungnya memutar otak mengatur strategi untuk menghadapi kelompok tersebut. Maka didapatlah formula yang dipandang efektif, yaitu dengan memecah kelompok yang bersekutu. Mengambil tokoh Islam berpengaruh sebagai cawapres Jokowi menjadi salah satu caranya," kata Said.
Masuknya nama Ma'ruf Amin sebagai satu dari 10 nama kandidat yang sudah dikantongi Jokowi sebagai bakal calon wakil presiden disampaikan oleh Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy.
Menurut Romahurmuziy, Ma'ruf Amin akan mampu menjembatani seluruh kepentingan masyarakat.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto