tirto.id -
"Kenapa, karena keduanya punya problem hak asasi. Mereka akan saling serang timbul dengan mengorek kesalahan masing-masing soal HAM, jadi saling sandera," ujarnya saat dihubungi Tirto, Kamis (17/1/2019).
Haris juga mengatakan, bahwa ada kemungkinan kedua paslon mulai 'nakal' dalam membuka kasus pelanggaran HAM yang pernah dilakukan paslon lainnya.
Menurutnya, kasus yang potensial digunakan paslon 01 ke 02 adalah soal kasus penghilangan orang secara paksa. Sementara dari paslon 02 ke 01 adalah kasus Novel Basewedan.
"Plus, akan mempertanyakan kenapa 01 selama berkuasa, tidak selesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat, yang bukan hanya kasus penghilangan orang secara paksa tapi juga kasus Trisakti Semanggi, Talangsari dan lainnya," ucapnya.
Selanjutnya kata Haris, bagian yang paling mungkin terjadi mengingat waktu dan sesinya terbatas karena ada tema lain. Kedua paslon akan bersuara lantang menggambarkan konsep HAM menurut versi yang mereka nyaman atau tema hak spesifik-spesifik saja yang sesuai dengan gaya masing-masing paslon.
"Namun, masing-masing berpotensi salah konsep soal HAM yang cenderung menempatkan HAM bertentangan dengan nasionalisme, agama, dan tidak boleh bertentangan dengan agenda pemerintah atau rezimnya jika berkuasa," terangnya.
Terakhir, hal yang kemungkinan terjadi, masing-masing paslon akan melemparkan janji, rencana atau ide yang sifatnya solusif atas masalah-masalah tertentu baik soal kasus ataupun isu soal pelanggaran HAM.
"Apa tujuannya? Kita tidak tahu. Akan tetapi setidaknya hal itu bisa dilihat sebagai surprise,"pungkasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari