tirto.id - Pada dekade 90an, siapa anak yang tak pernah menirukan gerakan jurus Kamehameha? Jurus ikonik ini ditunjukkan dengan tangan yang ditaruh setara pinggang, tubuh membungkuk ke arah depan, kaki dibuka lebar sebagai kuda-kuda, dan dengan teriakan penuh amarah melemparkan bola energi itu ke depan.
Apakah jurus Kamehameha itu? Ini adalah jurus imajiner yang diciptakan mangaka Jepang Akira Toriyama dalam komik berjudul Dragon Ball. Karakter utama komik ini, Son Goku, mempelajari jurus ini dari kakek mesum di sebuah pulau kecil. Goku sendiri merupakan alien yang datang ke bumi dan tumbuh dengan ekor kera. Ia jadi sosok makhluk ekstraterestrial dengan keperkasaan lebih dari rata-rata.
Saat tumbuh dewasa, ia tidak sengaja membunuh kakek yang mengasuhnya. Setelah hidup sendiri selama bertahun-tahun, ia kemudian bertemu dengan gadis bernama Bulma yang mengajaknya bertualang.
Baca juga:Mendulang Yen dari Anime dan Manga Jepang
Dragon Ball bukan karya pertama dari Akira Toriyama. Sebelum membuat komik tentang alien perkasa ini, ia telah membuat komik terkenal lain bernama Dr. Slump, yang bercerita tentang doktor jenius yang mampu membuat robot cyborg anak-anak dengan kekuatan yang super.
Atau tentang satu anak suku yang kuat dikutuk untuk membantu 1.000 makhluk hidup karena membunuh. Setiap karakter dari Akira memiliki satu kesamaan, yaitu sosok yang terlihat biasa saja, tetapi menjadi sangat luar biasa baik kuat atau jenius.
Pada wawancara 30 tahun peringatan Dragon Ball, Akira Toriyama menyebutkan bahwa ia menyukai sosok karakter yang muncul dari kehidupan sehari-hari. Ia menyebut bahwa membuat sosok yang kuat dan lucu sangatlah mudah. Jika kita mengambil sosok manusia biasa, dengan kesibukan sehari-hari, lantas tambahkan semua itu dalam satu karakter yang kuat, ia akan jadi pusat perhatian.
“Kukira kita sangat suka dengan karakter pria lugu, lucu, yang ternyata sangat kuat. Seperti dalam film kungfu di mana orang tua bangka ternyata jago silat; aku suka hal semacam itu,” kata Toriyama.
Baca juga: Tangan Midas Sutradara Anime Makoto Shinkai
Sosok ini sangat tergambar pada karakter Senbei Norimaki pada manga Dr. Slump. Sosok Dr. Norimaki akan sangat mudah diremehkan. Ia cabul, gemuk, jelek, dan kerap kali ceroboh. Namun, siapa sangka orang semacam ini bisa membuat robot anak perempuan super kuat bernama Arale yang mampu membelah bumi dalam satu kali pukulan. Dr. Senbei Norimaki tidak hanya membuat cyborg tapi berbagai penemuan seperti mesin waktu dan benda-benda ajaib lainnya.
Pada mulanya, Dr. Slumphanya akan fokus pada karakter Dr. Norimaki, tapi Kazuhiko Torishima, editor dari Akira Toriyama, mengusulkan agar ada karakter perempuan dalam manga ini. Keputusan ini tepat dan membuat komik Dr. Slump jadi makin terkenal bahkan popularitasnya mengalahkan Dr. Norimaki dengan semakin banyaknya panel yang fokus pada Arale.
Saat komik ini diadaptasi menjadi animasi pada 1981, tayangan ini meledak dan mencatatkan rekor rating 36,9 persen. Ia dianggap sebagai tayangan animasi dengan rating tertinggi nomor tiga dalam sejarah animasi Jepang saat itu.
Baik Dragon Ball maupun Dr. Slump hidup dalam jagat yang sama. Keduanya beberapa kali muncul dalam masing-masing seri. Son Goku muncul di Dr. Slump dan Arale muncul di Dragon Ball. Salah satu seri terbaru animasi Dragon Ball Super, Son Goku yang kini telah dewasa kembali bertemu dengan Arale yang masih sama seperti dahulu, berbentuk anak perempuan.
Menariknya, baik Son Goku dan Arale memiliki pengaruh yang sangat luas dalam kehidupan para penontonnya. Jika tak percaya, coba bandingkan gaya berlari Arale yang membentangkan tangan dan gaya lari Naruto yang menggantung tangan ke belakang, apakah Anda melihat adanya kemiripan?
Baca juga:Film Animasi Tak Terbatas Karya Shinkai dan Miyazaki
Kesuksesan Akira Toriyama yang membuat Dr. Slump dan Dragon Ballbukan datang tiba-tiba. Ia mengaku memiliki pengaruh dari berbagai sosok penting dalam dunia animasi dan komik. “Saya penonton setia anime sampai usia 10 tahun, sampai saya pindah ke manga. Saya pikir saya dipengaruhi oleh karya-karya Osamu Tezuka dan Walt Disney yang saya tonton saat itu. Seperti Tetsuwan Atom dan 101 Dalmatians,” katanya.
Meski demikian, jalan hidupnya sebagai mangaka tidak semudah yang dibayangkan. Saat pertama kali memutuskan jadi mangaka, ia mengirimkan cerita dalam kontes seniman amatir di Weekly Shonen Jump (WSJ). “Saya tidak menang, tetapi kemudian, saya didekati oleh salah satu editor [Kzuhiko Torishima, yang pernah menjadi editor senior di WSJ], dan kemudian saya belajar selama setahun, kemudian menjadi pro,” katanya.
Akira Toriyama menyebut model pembuatan manga pada zamannya mencerminkan etos kerja serius yang menantang. Ia menganggap bahwa membuat manga sangat membebaskan dirinya sebagai seorang seniman dan pendongeng. Akira tidak harus tunduk pada pakem atau satu aturan tertentu, karena ia bisa mengembangkan karakternya sendiri.
“Metode produksi komik di Jepang sangat hectic, tetapi juga sangat memberikan hasil karena sangat mungkin membuat cerita dan membuat gambarnya sendiri. Dengan cara ini, sangat mungkin mengeluarkan individualitas personal pembuat manga. Jika ide ini sangat menarik bagimu, aku menganjurkan dirimu untuk membuat manga-mu sendiri,” katanya.
Baca juga: Menanti Naruto Cita Rasa Hollywood
Jika Osamu Tezuka dianggap bapak manga modern Jepang, Akira Toriyama bisa dianggap sebagai sosok yang menjadikan profesi mangaka menjadi sangat bergengsi. Banyak mangaka terkenal dan sukses hari ini mengaku dipengaruhi olehnya, misalnya Tite Kubo.
Pencipta manga Bleach ini mengaku sangat berterima kasih pada sosok Toriyama yang bisa menciptakan karakter kuat baik hati yang menyeramkan saat marah. Kubo sendiri memiliki hutang budi kepada Toriyama, karena ia sempat putus asa saat naskahnya ditolak, tapi surat dari pencipta Dragon Ball menyelamatkan kariernya.
Di kesempatan lain, Eiichiro Oda, pencipta manga One Piece, mengaku Akira Toriyama adalah sosok yang sangat ia hormati. Oda sendiri adalah mangaka yang membuat rekor sebagai mangaka yang komiknya paling banyak terjual di seluruh dunia sebanyak 320 juta kopi pada 2015.
Pada sebuah wawancara, Oda mengaku sangat terpukau pada Dragon Ball pada episode kedua penayangan animasi ini. Oda menyebut penggambaran sosok, detil pada tokoh, hingga imajinasi Toriyama lebih baik daripada animasi Disney. Ia mencontohkan bagaimana karakter Taopaipai melempar pilar dan mengendarainya untuk kemudian membunuh Goku.
“Ia Dewa! Ia berada di dimensi yang berbeda. Selain itu, ia sangat baik dalam menggambar!” kata Oda.
Saat Dragon Ball pertama kali disiarkan pada 26 Februari 1986 di Jepang, anime ini menjadi tayangan yang menyedot banyak penonton. Setelah 152 episode seri Dragon Ball berakhir pada 12 April 1989 dan menandai salah satu tayangan anime klasik yang mempengaruhi sebuah generasi.
Pada 2000, kanal TV satelit Animax bersama Brutus, sebuah majalah gaya hidup pria, dan Tsutaya, layanan sewa video terbesar di Jepang, melakukan poling terhadap 200.000 orang yang menggemari Anime. Dalam survei itu, Dragon Ball menduduki tempat keempat. Saat TV Asahi melakukan poling pada 2005 tentang 100 seri anime paling populer, Dragon Ball menduduki peringkat kedua di berbagai kalangan usia.
Penayangan bertahap seri animasi dan beredarnya distribusi manga Dragon Ball di berbagai negara seperti Taiwan, Hongkong, Italia, Spanyol, dan juga Indonesia membuat karya Akira Toriyama ini menjadi salah satu tontonan serta bacaan yang menjadi teman bertumbuh dari sebuah generasi.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani