Menuju konten utama

Film Animasi Tak Terbatas Karya Shinkai dan Miyazaki

Rekomendasi tontonan alternatif untuk akhir pekan.

Film Animasi Tak Terbatas Karya Shinkai dan Miyazaki
Kartun anime Jepang, Akira. FOTO/Katsuhiro Otomo

tirto.id - Film animasi terbaru produksi Studio Ghibli, The Red Turtle, hadir untuk kali pertama di Indonesia. Animasi yang dibuat oleh animator keturunan Inggris-Belanda Michael Dudok De Wit itu tayang pada Plaza Indonesia Film Festival (PIFF) 2017. Film ini merupakan kolaborasi dua negara yang diwakili oleh Studio Ghibli yang berasal dari Jepang dan Wild Bunch dari Perancis.

The Red Turtle mendapat nominasi Best Animation Film di Oscar 2017 dan pernah diputar di Cannes Film Festival pada 2016 lalu. Di Indonesia, Studio Ghibli memang banyak mendapatkan perhatian karena kepopuleran karya animasinya.

Tirto sebelumnya telah sedikit membahas tentang Red Turtle yang dianggap merupakan film animasi penting pada 2016. Tidak hanya itu Michael Dudok De Wit, animator film itu, dianggap sebagai penerus maestro animasi Jepang Hayao Miyazaki. Michael bukan satu-satunya, ada pula Makoto Shinkai yang digadang-gadang sebagai Miyazaki berikutnya. Kali ini, Tirto ingin memberikan rekomendasi untuk pembaca sekalian animasi alternatif selain film-film yang digarap oleh Studio Ghibli atau Makoto Shinkai.

Film rekomendasi kami tentu dibuat berdasarkan selera, ia tidak berarti lebih baik daripada Miyazaki atau Shinkai. Animasi yang kami pilih bisa jadi pembuka untuk mencari lebih banyak film Jepang lain dan juga pengingat bahwa film animasi di Jepang tidak hanya dibuat oleh Studio Ghibli.

Ambil contoh film Metropolis (2001) yang disutradarai oleh Rintaro dan naskahnya digarap oleh Katsuhiro Otomo. Film ini terinspirasi dari manga karya Osamu Tezuka yang berlatar di masa depan, kala manusia dan robot hidup berdampingan. Film ini menarik bukan hanya karena visualnya yang indah, namun cerita yang sangat relevan untuk saat ini. Kecurigaan dan kebencian manusia terhadap yang berbeda tergambar jelas. Di sini dikedepankan isu xenofobia, keterbukaan, dan toleransi.

Ada pula animasi lain berjudul Wicked City yang disutradarai oleh Yoshiaki Kawajiri dan naskahnya ditulis oleh Kisei Choo. Film yang diproduksi pada 1987 ini merupakan animasi horor dengan sentuhan noir dan cyber punk ini berasal dari novel yang ditulis oleh Hideyuki Kikuchi. Wicked City merupakan film yang tepat bagi anda yang menyukai darah, kekerasan, dan nuansa gelap.

Sosok pahlawan anti hero dan juga tema rumit tentang kemanusiaan dan perdebatan mengenai baik buruk. Dunia menjadi tempat berbagi antara manusia dan dunia iblis. Setiap beberapa ratus tahun manusia dan iblis menandatangani perjanjian untuk menjamin perdamaian. Giuseppi Mayart perwakilan manusia menjadi tokoh penting yang dilindungi tokoh utama film ini. Anggapan bahwa manusia baik dan iblis selalu jahat diputar balik. Ini bukan film untuk anak-anak karena menampilkan adegan seperti pembunuhan sadis, perkosaan, dan adegan sensual tanpa sensor.

Pendapatan film anime tak main-main. Laporan dari Association of Japanese Animations (AJA) bertajuk "Anime Industry Report 2016," menyebutkan bahwa nilai total pasar anime Jepang yang diekspor ke berbagai penjuru dunia mencapai 1,83 triliun yen atau setara dengan $18,1 miliar. Naik 12 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,63 triliun yen. Dalam laporan tersebut, diketahui pula bahwa pendapatan film anime Jepang terus meningkat sejak 2014.

AJA menyebutkan ekspansi pasar menjadi salah satu alasan mengapa industri anime Jepang terus berkembang dan menghasilkan laba tinggi. Studio animasi melebarkan sayap industrinya melalui penjualan hak siar digital melalui layanan streaming di negara-negara seperti Cina dan Eropa.

Apresiasi terhadap film animasi Jepang juga berkembang melalui banyaknya pameran dan kegiatan terkait anime yang membuka peluang bisnis bagi produksi film-film baru. Pada 2016, penjualan hak siar animasi di Cina untuk film-film animasi Jepang naik 79,7 persen.

Infografik Anime

Sejauh ini, film animasi terlaris Jepang masih dipegang rekornya oleh film produksi Studio Ghibli yang dibuat bersama Hayao Miyazaki. Selain Ponyo, film Spirited Away produksi 2001 memperoleh pendapatan mencapai $289 juta. Selanjutnya Howl's Moving Castle yang dibuat pada 2004 memperoleh pendapatan $235 juta disusul Princess Mononoke yang dibuat pada 1997 dengan pendapatan mencapai $159 juta.

Film animasi karya Makoto Shinkai yang berjudul Kimi no Na Wa atau Your Name menghasilkan lebih dari 15,4 miliar yen atau $148 juta pada 52 hari penayangannya. Film ini menjadi film paling laris nomor lima dalam sejarah Anime Jepang.

Tema-tema yang digarap oleh Makoto Shinkai dan Hayao Miyazaki memang cenderung dekat. Meski menampilkan adegan kekerasan dan tragedi, tapi keduanya masih dalam tahap yang bisa ditonton bersama keluarga. Namun, ada film animasi legendaris Jepang lain yang mesti Anda tonton. Film ini menghadirkan emosi yang rumit, tentang bagaimana jika manusia memiliki kemampuan super dan apa yang akan kita lakukan untuk menyelamatkan kemanusiaan saat orang yang kita sayang menjadi Tuhan.

Animasi itu berjudul Akira dan dibuat pada 1988, disutradarai oleh Katsuhiro Otomo, dengan produsernya Ryōhei Suzuki dan Shunzō Katō. Ceritanya ditulis oleh Otomo dan Izo Hashimoto, yang merupakan adaptasi manga karya Otomo. Akira berslatar Tokyo di masa depan (2019) yang menggambarkan dunia muram distopik.

Film ini mengisahkan Shotaro Kaneda seorang pemimpin geng motor yang berusaha menyelamatkan temannya bernama Tetsuo. Ia mendapatkan superpower serupa dengan mutan bernama Akira yang pernah menghancurkan Tokyo bertahun-tahun sebelumnya.

Film ini menjadi penting dan banyak menganggap bahwa Akira adalah salah satu film animasi sains fiksi terbaik yang pernah dibuat di Jepang dan bahkan dunia.

Baca juga artikel terkait ANIME JEPANG atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Film
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani