Menuju konten utama

Adu Jurus 3 Paslon Pilkada Jakarta Atasi Masalah Macet & Banjir

Pengamat menilai tidak ada gagasan baru dari tiga kandidat Pilkada Jakarta 2024 untuk mengatasi banjir dan macet.

Adu Jurus 3 Paslon Pilkada Jakarta Atasi Masalah Macet & Banjir
Kendaraan melintasi banjir di Jalan Raya Kelapa Nias, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (22/3/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/tom.

tirto.id - Macet dan banjir. Itulah dua persoalan klasik yang tak pernah kunjung becus terurus oleh setiap Gubernur yang memimpin Jakarta. Dua masalah akut itu seakan telah menyatu dengan keseharian masyarakat Jakarta. Macet masih terjadi setiap hari dan banjir menghantui warga Jakarta tiap musim hujan.

Janji-janji untuk mengatasi banjir dan macet disetiap hajatan pilkada terkesan hanya digaungkan untuk menarik simpati dan mendulang suara. Ketika terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, janji kampanye itu hanyalah pepesan kosong.

Tiga kandidat yang akan bertarung dalam kontestasi Pilkada Jakarta 2024 pun mengadu program untuk mengatasi dua persoalan klasik itu. Mereka yang bertarung ialah pasangan Ridwan Kamil-Suswono, Pramono Anung-Rano Karno, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana yang maju lewat jalur independen.

Dalam dokumen visi dan misi yang diterima Tirto, ketiga bakal paslonsama-sama memuat sejumlah program unggulan yang berkaitan dengan upaya menguraimasalah banjir dan kemacetan.

Pasangan Dharma-Kun, misalnya, menjanjikan inovasi perbaikan desain tata ruang Jakarta untuk mengatasi kemacetan. Untuk mewujudkan misi itu, mereka akan mendesain ulang tata kota Jakarta, dari semula terpusat menjadi linear.

Mereka juga berjanji mengutamakan Trans Jakarta dan sepeda, memanjakan pejalan kaki, merelokasi kawasan kumuh, serta membuat sistem transportasi yang terintegrasi mengikuti desain tata kota.

Sementara untuk menanggulangi banjir, Dharma-Kun akan mendesain tata kota sesuai kondisi dan sifat alam, merelokasi dan merehabilitasi kawasan kumuh, membenahi mekanisme pengolahan sampah berbasis masyarakat, membenahi SOP khusus mengatasi banjir, serta membuat taman waduk darurat. Mereka juga punya program Jakarta Pipi Monyet dan Jakarta Dam.

Sementara itu, pasangan Pramono-Rano berkomitmen melanjutkan program normalisasi Sungai Ciliwung sebagai salah satu upaya penanganan banjir. Dalam program kerja pada dokumen visi dan misinya, Pramono-Rano juga ingin membangun giant sea wall atau tanggul raksasa.

Sedangkan untuk mengatasi macet, Pramono berkata akan membuat jalan elevated atau jalan layang khusus bagi pengendara motor dan sepeda. Menurut politikus PDIP itu, jalur khusus ituadalah solusi mengatasi kemacetan, terutama di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin.

Kemudian, untuk mengatasi macet, duet Ridwan-Suswono memiliki gagasan untuk memperbanyak hunian murah di tengah kota. Hunian murah di tengah kota yang dimaksud Kang Emil itu salah satunyaberupa apartemen di atas pasar.

Pasangan berakronim RIDO itu juga akan melakukan normalisasi dan naturalisasi sungai dengan pengerukan dan pelebaran demi meningkatkan kapasitas tampung dan air. Mereka juga ingin membangun tanggul raksasa di pantai utara Jakarta. Hal itu termaktub dalam dokumen visi dan misi mereka untuk mengatasi banjir.

Tak Ada Inovasi Baru

Dosen planologi dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengibaratkan gagasan tiga Bakal Paslon Pilkada Jakarta 2024 itu seperti CLBK alias cucian lama belum kering. Pasalnya, tidak ada inovasi baru yang ditawarkan oleh tiga Bakal Paslon tersebut.

"Untuk penanganan banjir tidak ada inovasi-inovasi baru. Bahkan isu ini sudah dijawab dan diselesaikan oleh Kementerian PUPR bekerja sama dengan Pemprov DKI sebelumnya," kata Yayat saat dihubungi Tirto, Rabu (19/9/2024).

Yayat mengatakan bahwa konsep penanganan banjir Sungai Ciliwung, normalisasi, serta pembangunan Waduk Cimahi sudah diupayakan oleh Pemprov DKI Jakarta sebelumnya.

Menurut Yayat, para kandidat itu seharusnya memikirkan solusi untuk menangani banjir lokal yang disebabkan tingginya intensitas hujan di Jakarta. Para kandidat itu juga perlu memikirkan solusi untuk mengendalikan banjir, khususnya mengurangi wilayah genangan di Jakarta.

"Jakarta itu harusnya genangan tinggal kenangan," kata Yayat berkelakar.

Dia juga menyebut bahwa program-program penanganan banjir saat ini sudah ada, tapi program-program itu belum dilaksanakan dengan baik.

"Justru yang dibutuhkan sekarang adalah nyali, keberanian untuk mengeksekusi apa yang sudah dijalankan," tutur Yayat.

Sementara itu, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menilai bahwa wajar jika para kandidat itu melontarkan gagasan-gagasan baru untuk mengatasi dua persoalan klasik Jakarta itu. Itulah cara mereka mendulang suara.

"Jadi, secara normatif semua calon memang bagus, soal bagaimana mengatasi banjir dan macet," kata Adi kepada Tirto, Rabu sore.

Namun, Adi mengingatkan bahwa yang terpenting sebenarnya bukanlah gagasan baru, melainkan komitmen para kontestan terhadap gagasan-gagasan yang mereka janjikan. Pasalnya, tidak semua janji akan terealisasi ketika sudah menjadi Gubernur Jakarta.

Oleh karena itu, Adi menantang siapa pun Paslon terpilih untuk mengundurkan diri bila tak mampu mengatasi masalah banjir dan macet dalam tiga tahun.

"Kalau hanya bicara konsep menangani banjir dan macet, saya kira semua orang, calon, apalagi Gubernur sebelumnya sudah bicara banyak. Tapi, kemacetan tidak pernah selesai," tutur Adi.

Cari Akar Masalah daripada Sekadar Omon-Omon

Sekali lagi, Yayat meminta siapa pun calon yang nanti terpilih menjadi Gubernur Jakarta agar tak perlu muluk-muluk di perencanaan. Yang terpenting adalah berani mengeksekusi program yang dijanjikan, sekali pun dihadapkan pada masalah-masalah di lapangan.

Misalnya, ia harus mampu berhadapan dengan masyarakat yang menolak relokasi tanpa menimbulkan persoalan sosial.

"Banyakin ide dan gagasan tanpa harus menggusur dan harus membuat persoalan baru di masyarakat," kata Yayat.

Yayat juga meminta agar para calon bicara dengan data dan fakta. Para kandidat diminta mencari tahu penyebab banjir, seperti lokasi hingga lama genangan air.

"Menyelesaikan masalah tanpa tahu penyebabnya cuma omon-omon doang," kata Yayat.

Ihwal kemacetan, kata dia, pun sama: tak perlu banyak janji. Persoalan kemacetan sudah dipetakan oleh Gubernur-Gubernur Jakarta sebelumnya. Yang sudah diketahui sejauh ini adalah lokasi macet hanya terjadi di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.

Soal upaya mengatasi kemacetan, Yayat menekankan agar ketiga Bakal Paslon serius membangun angkutan umum yang terintegrasi. Selain itu, mereka juga perlu memetakan lokasi warganya bekerja.

"Kemudian, kerja sama dengan daerah-daerah lain untuk bisa mendorong pusat kegiatan baru atau juga mungkin orang bisa menggunakan konsep seperti membagi hari kerja," tutur Yayat.

Gubernur Jakarta yang baru, menurut Yayat, juga perlu membangun ekosistem pekerjaan berbasis digital untuk warga Jakarta. Yayat mencontohkan perusahaan asing di Indonesia yang tak memiliki kantor fisik dan karyawannya bisa bekerja dari rumah.

"Yang dibangun sekarang adalah ekosistem nilai baru dari cara bekerja. Bukan mendorong orang bekerja, tapi ekosistemnya. Itu yang ditunggu," tukas Yayat.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Jakarta, Ujang Komarudin, menilai bahwa masalah macet dan banjir di Jakarta memang butuh pendekatan solusi yang baru. Sayangnya, kata dia, tidak ada gebrakan yang kreatif dari tiga kandidat untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut.

"Kalau lihat dari program, tidak ada inovasi baru, tidak ada terobosan kreatif yang bisa mengatasi banjir dan macet," kata Ujang kepada Tirto, Rabu.

Menurut Ujang, belum ada satu pun Gubernur Jakarta yang mampu mengatasi macet dan banjir itu. Oleh karena itu, dia berharap RK, Pramono, maupun Dharma dapat menelurkan terobosan baru dan kreatifitas dalam menangani kedua masalah tersebut.

Minimal, kata dia, terobosan-terobosan itu mampu membuat warga Jakarta terkesan.

"Perlu keseriusan program unggulan untuk bisa menyiasati dan menyelesaikan persoalan banjir dan macet. Namun, sampai saat ini belum terlihat," tukas Ujang.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - News
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Fadrik Aziz Firdausi