tirto.id - Infertilitas bisa jadi mimpi buruk bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan. Infertilitas merupakan gangguan kesuburan yang bisa dialami oleh pria maupun perempuan. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud infertilitas dan apa saja penyebabnya?
Infertilitas adalah ketidakmampuan memiliki anak atau keturunan. Kondisi ini terjadi ketika seorang perempuan tidak kunjung hamil meskipun intens berhubungan seksual dengan pasangannya selama satu tahun tanpa pencegahan (KB).
Jenis-jenis infertilitas
Infertilitas dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Infertilitas primer
- Infertilitas sekunder
Penyebab infertilitas pada perempuan
Ada banyak faktor yang memungkinkan terjadinya infertilitas pada perempuan. Melansir laman NHS, berikut beberapa penyebabnya:
1. Ovulasi yang bermasalah
Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur yang sudah matang dari ovarium menuju tuba falopi dan siap untuk dibuahi. Masalah yang berkaitan dengan ovulasi meliputi:
- Polycystic ovary syndrome (PCOS) yang ditandai dengan ovulasi tidak teratur. Penyebabnya bisa karena ketidakseimbangan hormon, obesitas, dan resistensi insulin.
- Tiroid bermasalah, yaitu ketika kelenjar tiroid terlalu aktif atau malah kurang aktif sehingga mengganggu proses ovulasi.
- Gagal ovarium prematur, yaitu ketika ovarium berhenti berfungsi normal di bawah usia 40 tahun.
2. Faktor operasi
- Operasi panggul: operasi ini dapat merusak dan melukai tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim.
- Operasi serviks: operasi ini berpotensi menyebabkan jaringan parut atau memperpendek leher rahim.
3. Masalah pada cairan/lendir serviks
Saat masuk masa ovulasi, cairan atau lendir pada leher rahim biasanya akan menipis sehingga sperma bisa lebih mudah melewatinya. Namun, apabila ada masalah pada lendir serviks, maka pembuahan juga akan sulit terjadi.
4. Fibroid
Fibroid adalah jaringan atau daging non-kanker yang tumbuh di area rahim dan bisa mempengaruhi kesuburan.
Pada beberapa kasus, sel telur yang sudah dibuahi gagal menempel pada rahim akibat adanya fibroid. Fibroid juga berpotensi menghalangi tuba falopi sehingga mencegah terjadinya kehamilan.
5. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan yang biasanya ada di uterus justru tumbuh di tempat lain, misalnya di ovarium. Hal ini bisa merusak ovarium maupun tuba falopi sehingga menyebabkan masalah kesuburan.
6. Pelvic inflammatory disease (PID)
PID atau penyakit radang panggul terjadi karena infeksi pada saluran genital atas, mulai dari rahim, tuba falopi, hingga ovarium. Penyakit ini sering disebabkan oleh infeksi menular seksual. PID bisa merusak dan melukai tuba falopi sehingga tidak bisa dilewati oleh sel telur yang hendak menuju rahim.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah penyebab infertilitas yang memang sengaja dilakukan untuk mencegah kehamilan. Sebagian perempuan memilih melakukan sterilisasi apabila sudah tidak ingin memiliki anak lagi. Sterilisasi dilakukan dengan cara menutup saluran tuba falopi sehingga sel telur tidak mungkin melewatinya dan tidak akan sampai ke rahim.
8. Obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan bisa mempengaruhi kesuburan, contohnya:
- Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
- Kemoterapi
- Obat neuroleptik
- Spironolactone
- Obat-obatan terlarang
Pemeriksaan infertilitas
Berdasarkan informasi dari situs resmi RSUP Dr. Sardjito, setidaknya ada empat jenis pemeriksaan infertilitas yang bisa dijalani oleh pasangan suami istri, yaitu:
1. Ultrasonografi (USG) transvaginal
USG transvaginal dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan organ reproduksi perempuan. Pemeriksaan ini bisa mendeteksi beberapa kelainan seperti kista, endometriosis, atau mioma uteri.
2. Histerosalpingografi (HSG)
HSG dilakukan untuk memeriksa kondisi saluran telur, apakah dalam keadaan terbuka atau tertutup. Saluran telur yang dianggap normal dan baik adalah saluran yang terbuka atau paten. Pemeriksaan HSG juga dapat mendeteksi adanya kelainan dalam rongga rahim perempuan.
3. Analisis Sperma
Tak hanya perempuan, pihak laki-laki atau suami juga sebaiknya melakukan analisis sperma untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menguji sampel cairan sperma pasien.
Secara teknis, sperma bisa didapatkan lewat masturbasi dengan abstinensia (jarak waktu dari terakhir mengeluarkan sperma) sekitar 2-7 hari. Beberapa hal yang akan dianalisis antara lain konsentrasi sperma, pergerakannya, bentuk, serta ada atau tidaknya infeksi pada sperma tersebut.
4. Pemeriksan penunjang lainnya
Pemeriksaan penunjang bisa berupa pemeriksaan hormonal melalui tes laboratorium. Jika seluruh pemeriksaan sudah dilakukan, hasilnya akan dijadikan bahan acuan bagi dokter untuk menentukan penanganan lebih lanjut.
Dari sini dokter bisa menentukan apakah pasangan yang mengalami infertilitas masih memungkinkan memiliki keturunan dengan cara alami (hubungan seksual) atau membutuhkan teknologi reproduksi berbantu seperti bayi tabung.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari