tirto.id - Pada 1984, film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI yang disutradarai oleh Arifin C. Noer ditayangkan. Setiap tanggal 30 September, pada masa Orde Baru, film ini selalu ditayangkan oleh TVRI dan menjadi tontonan wajib pelajar. Sejak Soeharto tak lagi menjadi presiden, film itu berhenti ditayangkan, terutama karena ada keberatan dari Angkatan Udara. Di film itu, terkesan AU terlibat. Pembunuhan memang terjadi di Lubang Buaya, dekat kawasan lapangan udara Halim.
Kini, setelah hampir 20 tahun sejak berhentinya penayangan film yang menggambarkan kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) ini, Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo memerintahkan jajarannya di seluruh daerah menggelar nonton bareng (nobar) film ini. Menanggapi hal ini, Presiden Joko Widodo mengusulkan agar membuat versi baru sehingga generasi muda milenial bisa menerima pesan sejarah yang hendak disampaikan.
Baca juga:Soal Nobar Film G30S/PKI, Jokowi: Lebih Baik Buat Versi Baru
Untuk mengetahui tanggapan milenial atas ide pembuatan film G30S/PKI versi baru ini, Tirto yang bekerjasama dengan Jakpat sebagai penyedia platform, melakukan survei kepada 1002 responden di Indonesia pada 20-21 September 2017.
Profil responden
Mayoritas responden pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki (59,28 persen). Rentang usia responden dalam penelitian ini masuk dalam kategori milenial antara 20-35 tahun. Proporsi rentang usia responden pada penelitian ini cukup merata dengan 38,32 persen berada pada usia 26-29 tahun. Sedangkan, berdasarkan tempat tinggal, tempat tinggal responden berpusat di pulau Jawa dengan porsi sebesar 81,84 persen.
22,65% Milenial Indonesia Tidak Setuju Remake
Generasi milenial di Indonesia pun setuju dengan Jokowi agar ada pembuatan ulang film Pengkhianatan G30S/PKI. Hal ini terlihat dari 77,35 persen responden yang menyetujui remake film tersebut.
Setuju remake untuk mengingat sejarah PKI
Alasan yang paling banyak disampaikan oleh generasi milenial Indonesia yang setuju dengan remake film Pengkhianatan G30S/PKI adalah sebagai pengingat kembali atas sejarah komunis Indonesia atau PKI (62,84 persen). Selain itu, oleh 35,23 persen generasi milenial, pembuatan ulang film ini dianggap mampu meluruskan sejarah komunis dan PKI di Indonesia karena film yang dibuat sebelumnya hanya merupakan alat propaganda pemerintah.
Film Baru Hanya Alat Propaganda Baru
Milenial Indonesia yang tidak setuju dengan remake Pengkhianatan G30S/PKI mendasarkan sikapnya pada alasan bahwa film baru nanti akan menjadi propaganda tanpa adanya pelurusan sejarah (52,42 persen).
Selain itu, film versi baru nanti pun dianggap sia-sia karena sejarah komunis maupun PKI di Indonesia masih dianggap belum tepat (22,47 persen). Sebanyak 17,18 persen milenial Indonesia yang tidak setuju dengan pembuatan ulang film Pengkhianatan G30S/PKI ini juga menyampaikan bahwa remake hanya akan menghabiskan anggaran belanja negara.
Sumber: Tim Riset Tirto
Penulis: Dinda Purnamasari
Editor: Maulida Sri Handayani