Menuju konten utama

Yogyakarta Lahan Subur Operator Call Center

Di Indonesia, call center mulai pindah ke daerah-daerah yang dianggap lebih murah. Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang diincar para operator call center. Ketersediaan sumber daya terdidik dan murah menjadi alasannya.

Yogyakarta Lahan Subur Operator Call Center
Perusahaan Asia Outsourching Servis, Yogyakarta. Tirto/Danna Chintya

tirto.id - Yogyakarta merupakan salah satu lahan subur untuk operasional call center. Tenaga kerja yang berlimpah, upah yang murah, biaya operasional yang murah, membuat perusahaan efisien menjalankan lini bisnis ini di Yogyakarta. Kehadiran call center ini juga sedikit banyak mampu menyerap tenaga kerja yang berkualitas di Yogyakarta.

Salah satunya adalah Dias. Ia masuk kuliah jurusan pendidikan guru sekolah dasar, di salah satu universitas swasta di Yogyakarta pada 2013. Memasuki semester IV, Dias memilih bekerja di perusahaan call center dan menghentikan sementara aktivitasnya menimba ilmu.

Bermodal ijazah SMA, Dias bekerja di PT Vads Indonesia cabang Yogyakarta. PT Vads Indonesia inilah yang menjadi perusahaan pengelola layanan call center dari Taxi Express, XL Axiata, hingga Telekom Malaysia.

Dari situsweb vads.co.id diketahui perusahaan ini mulai beroperasi di Indonesia pada 1 Desember 2008 dan telah mendapatkan payung hukum dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Untuk kepemilikan saham PT Vads, dikuasai oleh Vads Bhd dan Vads Bisnis Sdn, perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Malaysia. Alamatnya di Plaza Vads Lantai 15, Jalan Tun Mohd Fuad, Taman Tun Dr Ismail, 60000, Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, sampai tulisan ini diturunkan Manajer PT Vads Indonesia belum memberi keterangan terkait bisnis mereka. Surat elektronik dan pengajuan wawancara dari tirto.id belum dibalas.

Sementara itu, staf human resource development (HRD) PT Vads Indonesia cabang Yogyakarta Sinta Dewi hanya menyampaikan bidang kerjanya. Ia mengatakan di cabang Yogyakarta jumlah keseluruhan karyawan Vads mencapai 650 orang. Rinciannya, 450 karyawan dipekerjakan sebagai operator call center provider XL, 120 orang untuk operator call center Telekom Malaysia (TM 100). “Sisanya support semacam staf HRD dan lain lain total 80 orang,” katanya kepada Tirto.id.

Belakangan diketahui, untuk mendapatkan karyawan sebanyak itu, Vads tidak melakukan rekrutmen mandiri. Perusahaan ini dibantu oleh perusahaan alih daya alias outsourcing dalam merekrut karyawannya. Salah satu perusahaan alih daya penyalur karyawan untuk bisnis call center antara lain PT Asia Outsourcing Service (AOS).

AOS inilah yang menjadi salah satu pemain besar dalam penyedia jasa penyediaan karyawan untuk call center di Yogyakarta. Perusahaan yang berpusat di Jakarta ini memiliki klien hingga 41 perusahaan, seperti Bank Mandiri, BNI, Danamon, hingga Save The Children. Khusus untuk klien perusahaan operator call center, AOS baru melayani Vads Indonesia.

Kepada tirto.id, pada akhir Mei lalu, Kepala Area AOS Wilayah Yogyakarta, Sigit Andriyanto menyampaikan perusahaannya memang merupakan penyalur karyawan untuk Vads—sejak manajemen perusahaan itu masih bernaung di bawah XL pada 2008 lalu. XL merupakan klien pertama AOS

Untuk memenuhi kebutuhan karyawan call center di Vads, Sigit mengungkapkan tiap hari perusahaannya harus menyeleksi minimal lima calon karyawan, karena Vads membutuhkan 10 orang tiap minggu. “Jadi kami sediakan tiga kali lipatnya, jadi antara 20-30 orang agar mereka sendiri bisa leluasa memilih,” katanya.

Sementara untuk operator-operator call center perusahaan yang bergerak di perbankan, kata Sigit, jumlahnya tak sebanyak itu. Alasannya, banyak karyawan call center untuk perusahaan-perusahaan perbankan betah bekerja sehingga tidak sering keluar masuk karyawan.

Untuk mendapatkan karyawan secara terus menerus, Sigit mengatakan AOS biasanya menerapkan strategi melalui iklan, job fair dan road to campus. Ia juga mengaku, perusahaannya menggunakan media sosial seperti Facebook dan Twitter. “Media sosial (medsos) yang seperti itu lebih menarik dan lebih murah. Dari teman ke teman, itu lebih ekonomis. Kan medsos nggak perlu biaya,” katanya.

Yogyakarta “Surga” Mencari Pekerja

Di Yogyakarta, AOS merupakan salah satu contoh bagaimana perusahaan bisa mudah mencari operator call center. Biaya rekrutmennya pun murah. Sementara sumber daya manusia yang tersedia terdiri dari berbagai varian keahlian dan lulusan melimpah.

Data Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sub Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah 5 Yogyakarta, menunjukkan di seluruh Provinsi Yogyakarta ada 92 kampus swasta dan dan 6 kampus negeri. Total jumlah mahasiswa aktif, menurut data itu, mencapai 337.180 mahasiswa.

Hal ini tak disanggah Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Pada pembukaan ArtJog 9 di Jogja National Museum (JNM) Yogyakarta, Jumat akhir Mei lalu, Sultan mengatakan Yogyakarta berada di peringkat kedua setelah Jakarta dalam hal ketersediaan dan sumber daya manusia. Sultan menilai peringkat itu menandakan Yoyakarta sarat akan modal manusia berbakat, kaya akan otak penuh ide dan kreativitas yang berarti mereka pintar dan bertalenta.

“Sumber daya manusia ada banyak di Yogya, banyak kampus di Yogya dan banyak lulusan di Yogya,” kata Sigit mengakui.

Potensi sumber daya manusia yang melimpah membuat perusahaan outsourcing dan call center—dan perusahaan lain—berbondong-bondong membuka cabang di Yogyakarta. Perhitungan modal dan pengeluaran yang ditanggung untuk biaya operasional bisa masuk dalam kalkulasi perusahaan.

“Dengan UMK [Upah minimum Kota/Kabupaten], UMP [Upah Minimum Provinsi], dan UMR [Upah Minimum Regional] yang semakin tinggi, banyak yang pilih pindah karena dari segi biayanya di Yogya lebih murah, kedua sumber dayanya. Kalau untuk pencarian sumber dayanya lebih banyak di Yogya, atau siapa sih yang nggak mau tinggal dan kerja di Yogya?” beber Sigit.

Sigit menjelaskan dari segi besaran gaji, upah minimum kota Yogyakarta saat ini masih terjangkau dalam hitungan permodalan perusahaan. Sigit membandingkan UMK Yogyakarta sebesar Rp1,4 juta, jauh lebih murah dari Jakarta yang sudah mencapai Rp3 juta lebih. Hal ini, kata Sigit, membuat perusahaan berpikir memperhitungkan kesinambungan antara biaya dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk operasional perusahaan.

Soal gaji sebesar itu diamini oleh Dias. Di perusahaan itu Dias mengaku bisa mendapatkan hasil cukup untuk memenuhi kebutuhannya. “Gajinya bisa sampai Rp2 jutaan,” ujarnya.

Gaji sekitar Rp2 juta merupakan total dari gaji pokok dan bonus-bonus lain untuk lembur malam. “Aku kebetulan masuk 'team Batman' yang jam kerjanya mulai dari jam 10 malam, sampai jam 7 pagi,” katanya menjelaskan.

Sementara mantan karyawan Vads yang pernah menjadi operator XL, Muhammad Haikal mengungkapkan, gajinya ketika itu sesuai UMR Yogyakarta yakni Rp1,4 juta. Selain gaji pokok, terkadang ada tambahan uang pulsa Rp50 ribu dan uang tambahan dari lembur sebesar Rp13 ribu per jam. Untuk masuk di libur nasional, mereka mendapat insentif lembur sekitar Rp100 ribu. “Bonusnya bisa mencapai Rp200 ribu lebih,” tambahnya.

Dalam semingggu di awal bulan, Haikal bisa dapat jatah kerja selama sembilan jam atau delapan jam per hari. Mekanismenya, jika pegawai memperoleh sembilan jam kerja selama seminggu pertama di awal bulan, maka ia akan memperoleh jatah libur selama dua hari. Selanjutnya, ia akan bekerja selama delapan jam setiap minggu di minggu-minggu berikutnya dengan jatah libur hanya satu hari.

Dikarenakan operasional call center XL berjalan selama 24 jam, maka jam kerja Haikal bisa dimulai dari pukul 05.00 atau pukul pukul 07.00 WIB. “Tergantung jadwal,” tambahnya.

Namun, Haikal mengaku tidak betah dengan jam kerja seperti itu. Selain itu orangtuanya mendorongnya untuk cepat lulus kuliah. Ia hanya bertahan di sana selama setahun. Ia lantas memilih keluar dan pindah ke pekerjaan lain.

Dias dan Haikal merupakan contoh pekerja muda, murah, dan melimpah Yogyakarta. Kendati demikian, perusahaan alih daya seperti AOS tetap masih mengaku kesulitan mencari calon karyawan dari Yogyakarta.

“Cari karyawan itu macam cari jarum dalam jerami, yang tajam dan menghasilkan itu yang sulit dicari,” kata Sigit.

Baca juga artikel terkait CALL CENTER atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Bisnis
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Agung DH
Editor: Suhendra