tirto.id - Organisasi Wanita Selam Indonesia (WASI) berhasil memecahkan tiga rekor dunia sekaligus dalam rekor dunia selam: rangkaian penyelam terpanjang di bawah air, penyelaman massal terbanyak, dan pembentangan bendera terbesar di bawah air.
Rekor pertama ditorehkan pada Kamis, 1 Agustus 2019 pada pukul 08.50 WITA. Rangkaian Penyelam Terpanjang di Bawah Air yang diikuti oleh 578 penyelam pria dan perempuan yang berasal dari Manado.
Selanjutnya rekor kedua dan ketiga berhasil disahkan pada Sabtu, 3 Agustus 2019. Semua pemecahan rekor dilakukan di Pantai Kawasan Megamas, Manado, Sulawesi Utara.
"Ini kebanggaan bangsa Indonesia sebagai negara maritim, di dunia Internasional," Ketua Wanita Selam Indonesia (WASI), Tri Tito Karnavian, Sabtu (3/8/2019).
Upaya pemecahan rekor kedua dan ketiga dimulai sejak pukul 05.30 WITA. Peserta melakukan persiapan seperti pemasangan peralatan selam serta briefing masing-masing kelompok. Upacara pengibaran bendera di bawah laut dimulai pukul 09.10 WITA dipimpin oleh Inspektur Upacara, Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Upacara ini sekaligus membuka kegiatan upaya pemecahan 2 rekor dunia selam Guinness World Records Official Attempt. Tito juga ikut berkontribusi dengan melakukan penyelaman selama 15 menit besama istrinya, sekaligus Ketua WASI, Tri Tito Karnavian.
Upaya penyelaman massal terbanyak dimulai dari penyelam mulai menempati posisi penyelaman pada pukul 08.40 WITA. Rekor berhasil dipecahkan dengan jumlah penyelam 3.131 orang. Rekor dunia sebelumnya juga dipegang Indonesia dengan 2.465 penyelam di Manado pada tahun 2009.
Kemudian pembentangan bendera terbesar di bawah air disahkan oleh pihak Guinness World Records Official Attempt luas 1.014 meter persegi. Rekor ini mengalahkan pencatatan dunia sebelumnya oleh Australia di tahun 2017 dengan ukuran bendera 166,62 meter persegi.
"Semoga ini menjadi hadiah terindah bagi ulang tahun Indonesia ke-74 nanti," kata Tri.
Shinta Ayu Nur Faradila, 14 tahun adalah salah satu penyelam yang ikut berpartisipasi memecahkan rekor ini. Ia sekaligus menjadi penyelam termuda dari sekitar tiga ribu penyelam dalam acara tersebut.
Bersama orang tua dan seorang kakak laki-lakinya, ia menjadi bagian dari sejarah kemaritiman indonesia yang tercatat dalam buku rekor dunia. "Bangga, senang, nambah pengalaman juga," katanya.
Sang ibu, Wita Lestari berkisah bahwa ia dan suaminya sudah sejak lama mencintai dunia bawah laut. Mereka berdua adalah penyelam-penyelam profesional yang telah mendapat sertifikasi masing-masing 10 tahun dan hampir 30 tahun bagi suami Wina. Sementara Shinta, masih digolongkan sebagai penyelam junior dengan sertifikasi setahun belakangan.
Keluarga ini merupakan partisan dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Tak ada persiapan khusus yang mereka lakukan untuk pemecahan rekor kecuali latihan menyelam bersama peserta lain sebanyak dua kali sepekan. Tapi meski begitu, kemampuan Shinta tak bisa diremehkan.
Ia sudah sering melakukan penyelaman bersama keluarga sejak berumur 11 tahun. Biasanya, Wita akan mengajak Shinta dan keluarga menyusuri keindahan laut Pulau Bukori, Pulau Hari, dan Pulau Wakatobi. Minimal, keluarga itu melakukan penyelaman sekali dalam sebulan.
"Ya gimana, di sana hiburan kami memang cuma laut. Enggak bisa main ke mal," ujar Wita terkekeh.
Lantaran melihat anak-anaknya memiliki ketertarikan yang sama terhadap dunia selam, Wita kemudian mulai mengarahkan bakat anak-anaknya untuk latihan secara serius dan melakukan sertifikasi.
Di tahun lalu, Wita juga berpartisipasi bersama WASI dalam pencatatan rekor MURI untuk Penyelaman Massal Wanita terbanyak yang diikuti oleh 930 penyelam wanita dan Pembentangan Bendera Terpanjang Dalam Laut Indonesia sepanjang 500 meter.
Pemecahan rekor ini semakin mengukuhkan posisi Indonesia sebagai negara maritim, karena telah mampu mengukir rekor kelautan melebihi negara lain. Secara khusus kegiatan ini diadakan sebagai bentuk dukungan pariwisata serta upaya mendorong masyarakat aktif menjaga kelestarian laut Indonesia.
Sejak didirikan pada tahun 2018, WASI telah melakukan berbagai kegiatan edukasi maritim dan kampanye pelestarian laut Indonesia.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Irwan Syambudi