tirto.id - Rusia dan Ukraina saling menyalahkan terkait banjir bandang di Kherson akibat bendungan yang jebol. Ribuan warga dievakuasi dari wilayah tersebut.
Mengutip Reuters, warga Ukraina di Kherson sudah meninggalkan rumah-rumah yang terendam banjir pada Rabu, 7 Juni 2023.
Pemukiman warga terendam setelah bendungan pembangkit listrik tenaga air yang terletak di garis depan pertempuran pasukan Rusia dan Ukraina rusak hingga jebol.
Baik Ukraina maupun pihak Rusia justru saling menyalahkan atas kejadian rusaknya bendungan.
Fakta-fakta Terbaru Perang Rusia-Ukraina
TASS(Russian News Agency) melaporkan pada Rabu, (7/6), pasukan Ukraina melakukan tembakan ke arah Kota Shebekino, wilayah Belgorod, Rusia, dengan total lebih dari 500 kali selama 24 jam terakhir dan menghabiskan 460 amunisi.
"Sekitar 460 unit berbagai persenjataan telah diluncurkan ke distrik Kota Shebekino dan 26 bahan peledak yang dijatuhkan pesawat tak berawak," tulis Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov via Telegram.
"Tidak ada korban jiwa. Di Kota Shebekino, serangan sebagian besar dilakukan di daerah pemukiman."
Gladkov menyebutkan, 33 peluru artileri ditembakkan ke arah pemukiman Zhuravlyovka di distrik Belgorodsky. Penembakan di permukiman Kozinka juga merusak pipa gas yang memutus layanan gas ke 74 pelanggan.
Pengeboman di distrik Shebekino turut merusak fasilitas pertanian serta beberapa tempat tinggal dan kendaraan.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar menyatakan, pasukannya kini sudah maju dari jarak 200 hingga 1.100 meter (dari 218 hingga 1.203 meter) di beberapa bagian di sekitar wilayah Bakhmut.
Di lain sisi, Oleksiy Danilov, Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina menambahkan pihaknya belum akan meluncurkan serangan balasan terhadap Rusia. Jika ini yang terjadi, ia yakin keadaan itu akan menjadi terang bagi semua pihak.
"Ketika kami memulainya, semua orang akan mengetahuinya, mereka akan melihatnya," ucap Oleksiy Danilov.
Kondisi Terkini Banjir Kherson Usai Bendungan Jebol
Bendungan Nova Kakhovka di kota Kherson, Ukraina, jebol pada Selasa (6/6). Ukraina saat itu dilaporkan sedang mempersiapkan serangan balasan dalam skala besar terhadap Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy tidak mampu memprediksi berapa banyak warga meninggalkan kawasan yang diduduki Rusia karena alasan banjir.
"Situasi di bagian wilayah Kherson yang diduduki benar-benar bencana. Penjajah meninggalkan orang-orang dalam kondisi yang mengerikan. Tidak ada bantuan, tanpa air, yang tersisa di atap rumah-rumah di komunitas yang terendam," ungkap Zelenskiy, dikutip Reuters.
Al-Jazeera menuliskan, Zelenskyy menuduh Moskow telah menghancurkan bendungan di wilayah yang dikuasainya, sembari menganggap pasukan yang didukung Rusia telah gagal dalam upaya mengevakuasi warga.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Oleksandr Kubrakov dalam kunjungannya ke Kherson mengatakan, lebih dari 80 pemukiman terkena dampak bencana ini dan membuat bahan kimia serta bakteri telah menyebar ke dalam air.
Di Kota Nova Kakhovka yang terletak di sebelah bendungan, air berubah warna menjadi coklat dan merendam jalan-jalan utama. Tempat itu sudah sepi dari penduduk akibat luapan lebih dari 30.000 meter kubik air setiap detik dari dalam bendungan.
Dalam keterangan AP Newsyang bersumber dari wali kota setempat, 3 orang tewas akibat banjir bandang ini. 4 ribu orang dievakuasi dan 60 ribu rumah warga terkena dampak banjir.
Sedangkan menurut pihak yang ditunjuk Rusia, 15 ribu rumah terendam banjir di wilayah Kherson.
Di lain sisi, Presiden Rusia Vladimir Putin juga turut menuding Ukraina telah melakukan tindakan keji terkait hancurnya bendungan Nova Kakhovka.
Proposal Prabowo Solusi Konflik Rusia-Ukraina?
Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto sempat menyampaikan usulan resolusi damai untuk mengatasi konflik Rusia-Ukraina. Dalam kesempatan acara IISS Shang-ri La Dialogue 2023 di Singapura pada Sabtu (3/6), Prabowo menyebutkan beberapa solusi mengakhiri perang kedua negara.
Di antaranya ialah gencatan senjata, penarikan mundur pasukan kedua pihak sejauh 15 kilometer demi menciptakan zona demiliterisasi, adanya pasukan pemantau perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta referendum di wilayah sengketa.
"PBB perlu mengatur dan melaksanakan referendum di wilayah-wilayah sengketa untuk memastikan secara objektif keinginan mayoritas penduduk di berbagai wilayah sengketa tersebut," ucap Prabowo, seperti dikutip Antara News.
Menyikapi usulan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleg Nikolenko lantas menolak secara tegas terhadap usulan Prabowo.
Menurut Nikolenko,"Rusia harus mundur dari wilayah Ukraina, dan Ukraina berhak mengembalikan integritas wilayahnya sesuai dengan perbatasan yang diakui internasional. Tidak ada skenario alternatif."
Sementara Presiden RI Joko Widodo berencana segera memanggil Prabowo Subianto untuk memberikan penjelasan terkait usulan resolusi konflik Rusia-Ukraina.
Dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDI Perjuangan di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (6/6), Jokowi menilai proposal resolusi damai itu merupakan inisiatif pribadi Prabowo Subianto dan bukan atas nama Pemerintah Indonesia.
"Itu dari Pak Prabowo sendiri, tapi saya belum bertemu dengan Pak Prabowo. Mungkin hari ini atau besok akan saya undang, minta penjelasan mengenai apa yang Pak Menhan sampaikan," papar Jokowi.
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto