Menuju konten utama

Upaya Suzuki Mematahkan Dominasi Honda - Yamaha

Suzuki mencoba bangkit dari keterpurukan mereka di pasar sepeda motor di Tanah Air yang super ketat. Bagaimana kansnya?

Upaya Suzuki Mematahkan Dominasi Honda - Yamaha
Pembalap tim Suzuki Ecstar MotoGP 2017 Andrea Iannone (kanan) dan Alex Rins melambaikan tangan dalam peluncuran motor baru Suzuki GSX-R150 dan GSX-S150 d Jakarta, Sabtu (18/2). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/pd/17

tirto.id - Shogun, Hayate, Hayabusa, Arashi merupakan nama-nama mentereng dalam langgam Jepang yang sering disematkan Suzuki pada produk-produk sepeda motornya. Shogun misalnya, artinya panglima tertinggi, atau Arashi yang bermakna badai.

Sayangnya nama-nama hebat itu tak sesukses dengan produk mereka di pasaran. Suzuki Arashi sebagai penerus Suzuki Shogun di pasar Indonesia bisa dibilang sebagai produk gagal, bahkan mewarnai kelamnya bisnis motor Suzuki di Indonesia. Selama beberapa tahun penjualan Suzuki tak menggembirakan

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat pada 2012 Suzuki sempat menjual 465.630 unit tapi berselang tiga tahun hanya mampu menjual 109.882 unit. Capaian ini membuat Suzuki tergantikan oleh Kawasaki yang menyodok ke posisi ketiga pasar sepeda motor di Indonesia, Suzuki harus puas di posisi keempat sejak 2015 . Padahal pada 2002 Suzuki sempat di peringkat kedua membayangi Honda, sebagai produsen motor papan atas.

Suzuki mencoba melek, dengan mengikuti arus tren pasar yang mengarah ke segmen skutik dengan mengeluarkan pelbagai skutik mulai dari Suzuki Skywave, Hayate, Spin, Nex, Address, tapi Suzuki hanya jadi penggembira saja di pasar. Andalan mereka bisa dibilang hanya itu-itu saja, yakni Suzuki Satria F150 /FU yang punya tempat di konsumen. Imbasnya, beberapa bengkel resmi mereka berjatuhan dan tutup.

Apa yang terjadi pada Suzuki di Indonesia, satu napas dengan yang dialami Suzuki secara global. Kondisi bisnis motor Suzuki secara global memang miris hingga tahun fiskal Maret 2016. Dalam laman globalsuzuki.com tercatat Suzuki hanya mampu memproduksi 1,47 juta unit sepeda motor (termasuk ATV), atau turun drastis bila dibandingkan dengan 2012 yang sempat memproduksi 2,57 juta unit kendaraan.

Upaya Bangkit

Secara global, Suzuki ingin memastikan hingga umurnya 100 tahun pada 2020 nanti bisnis mereka tetap tumbuh dan berkelanjutan. Mereka punya strategi manajemen yang disebut sebagai SUZUKI NEXT 100, sebagai jurus dari Suzuki Motor Corporation—prinsipal Suzuki secara global. Di bisnis motor, Suzuki sedang meredefinisi bisnis mereka, dengan memperkuat karakter utama Suzuki di kelas 150 cc dan di atasnya termasuk di segmen backbone dan motor sport.

Mereka juga mengkonsolidasi basis produksi sepeda motor Suzuki di negara-negara berkembang terutama di ASEAN—di mana Indonesia menjadi raja pasar dan produsen sepeda motor di kawasan. Strategi ini tak lepas dari Chairman Suzuki Motor Corporation Osamu Suzuki, dan putranya yang juga CEO Suzuki Motor Corporation Toshihiro Suzuki

“Sebetulnya dari prinsipal sangat dominan,” kata Komisaris PT Indomobil Sukses Internasional Tbk Gunadi Sindhuwinata kepada Tirto.

Gaung kebangkitan Suzuki sudah dimulai sejak awal 2016. Pada medio tahun lalu, Suzuki sudah memperkenalkan motor sport 150cc terbaru mereka, GSX-R150 di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016. Ini tentu bukan hal baru bagi Suzuki, sebelumnya mereka sempat melansir motor sport Suzuki FXR150, Thunder 125 cc dan 250 cc, Suzuki Inazuma 250cc. Namun bagaimana pun ini sinyal positif, karena sebelum GSX muncul, line up Suzuki bisa dibilang hanya itu-itu saja yaitu Suzuki F150 /FU dan skutik Address.

Infografik Suzuki 2017

“Pastinya Suzuki roda dua itu mulai bangkit. Sesuai arahan dari Osamu, kalau kami harus tunjukkan jati diri Suzuki yang dahulu. Di mana saat itu, Suzuki dikenal kuat di segmen sport. Kami akan kembalikan kembali DNA Suzuki,” kata Product Planning 2W Section Head PT Suzuki Indomobil Sales (PT SIS) Audi Tarantini, seperti dikutip dari Kompas April 2016 lalu.

Kehadiran seri motor sport GSX 150cc sangat jelas sebagai bagian dari kebangkitan Suzuki di tahun ini—meski pasar motor sport sangat tipis. Bukti keseriusan Suzuki, mereka punya dua varian seri GSX yaitu GSX-R150 yang full fairing dengan GSX-S150 yang merupakan versi naked. Pada akhir tahun lalu, Suzuki mulai memproduksi motor ini di pabrik mereka di Tambun, Bekasi, Jawa Barat.

Tahun ini, Suzuki berencana menambah enam motor terbaru mereka, untuk melengkapi Suzuki GSX-R dan GSX-S yang resmi diluncurkan 18 Februari 2017. Artinya dalam setahun Suzuki akan menambah delapan line up terbaru, sebuah capaian yang sangat langka dilakukan oleh Suzuki di tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya yang sudah pasti hadir adalah Suzuki New Smash FI. Upaya Suzuki melahirkan kembali Smash yang sudah sempat disuntik mati, sebagai strategi daur ulang dari produk yang mengusung tagline gesit dan irit.

“Nanti kami akan luncurkan enam tipe baru, mohon sabar sebentar kami sedang sediakan untuk masyarakat Indonesia," kata Seiji Itayama, Managing Director 2 Wheel PT SIS dikutip dari Antara.

Tak Sekadar Produk Baru

Ucapan Seiji Itayama, sang bos Suzuki di Indonesia barangkali terlalu berlebihan, hingga harus menganggap konsumen di Indonesia harus bersabar menunggu produk terbaru mereka. Pada kenyataannya tak sesimpel yang digambarkan Itayama, karena motor Suzuki di mata konsumen sudah melekat sebagai produk yang spare part-nya sulit di pasaran dan relatif mahal--meski alasannya karena yang dijual selalu produk original. Ini tentu berdampak pada harga motor bekas Suzuki atau harga secondary market yang “jatuh” atau jauh di bawah kompetitor seperti Honda dan Yamaha.

Berdasarkan studi dari UNIBA, Surakarta 2010, tentang Analisis Percieved Used Value dan Price Value Konsumen terhadap Sepeda Motor di Kota Surakarta, studi yang menganalisa pendapat 204 responden ini, mengungkap persepsi konsumen terhadap tiga merek motor yaitu Honda, Yamaha, dan Suzuki. Salah satunya soal Percieved Price Value (PPV) atau analisis nilai harga pertimbangan konsumen ketika akan membeli motor.

Analisa ini mencakup nilai harga beli kendaraan, harga spare part asli kendaraan, biaya service rutin, kemudahan perawatan, kemudahan dan ketersediaan spare part, kemudahan dan ketersediaan bengkel, garansi pembelian sepeda motor, kemudahan menjual kembali, dan tingkat penurunan harga produk. Hasilnya, skor PPV untuk Suzuki paling rendah daripada Honda maupun Yamaha. Skor Honda mencapai 4,09, Yamaha 3,90, dan Suzuki hanya 3,72 poin.

Meski demikian, Suzuki sebagai sebuah produk bukan produk kemarin sore. Soal teknologi dan ketangguhan, Suzuki memang tak bisa dianggap sebelah mata dan mampu menjawabnya. Hasil survei Indeks Kebahagiaan Berkendara (IKB) 2016 dari 15 Januari hingga 29 Februari 2016 yang dilakukan oleh otomotifnet. Suzuki Satria F150 tercatat sebagai tipe motor kelas bebek 150cc yang paling membahagiakan dengan skor tertinggi berdasarkan aspek kualitas fisik kendaraan, aspek kondisi fisik jalan dan aspek perilaku pengendara lain.

Dengan memiliki produk yang telah diakui konsumen, ini tentu jadi modal Suzuki untuk bangkit dengan menggelontorkan produk-produk baru ke pasar di saat kondisinya sedang lesu beberapa tahun terakhir. Namun, strategi ini bisa menghasilkan dua kemungkinan, apakah mujarab atau sebaliknya hanya sebuah pil pahit bagi Suzuki.

“Kita bisa. Kalau pangsa pasarnya lebih baik, berarti secara otomatis harga purna jual itu akan terangkat. Kalau pasarnya mantap maka secondary market naik, bisa terangkat,” kata Gunadi optimistis.

Suzuki yang pernah punya masa kejayaan belasan tahun lalu di pasar sepeda motor Indonesia sangat beralasan ingin bangkit kembali duduk di papan atas. Suzuki memang butuh waktu untuk membuktikan sesumbar kebangkitannya, tapi tentu tak cukup hanya dengan jor-joran dengan produk baru untuk menjadi “Shogun” di pasar sepeda motor Indonesia.

Baca juga artikel terkait SUZUKI atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Otomotif
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti