tirto.id - LAPORAN PENDIDIKAN DARI RISET UNICEF, CEKO MENDAPATKAN HASIL RENDAH
Hidup di negara yang maju ternyata tidak menjamin akses yang sama dalam hal pendidikan berkualitas. Pernyataan tersebut selaras dengan laporan dari Kantor Riset-Innocenti UNICEF.
Bahkan, anak-anak di negara-negara yang kurang maju justru sering berprestasi lebih baik di sekolah meskipun sumber dayanya lebih sedikit.
UNICEF melakukan sebuah riset yang bertujuan untuk mengetahui ketidaksetaraan pendidikan di 41 negara terkaya di dunia, yang semuanya adalah anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan Uni Eropa (UE).
Penelitian ini mengambil data terbaru di tahun 2015 untuk meneliti ketidaksetaraan pendidikan di masa kanak-kanak, dari akses ke prasekolah hingga harapan untuk melanjutkan pendidikan pasca sekolah menengah.
Riset ini juga mengeksplorasi secara mendalam tentang hubungan ketidaksetaraan pendidikan dengan faktor lain seperti pekerjaan orang tua, latar belakang migrasi, jenis kelamin anak dan karakteristik sekolah.
Laporan ini dibagi dalam tiga indikator yang berpusat pada anak, yaitu:
a. Pada tingkat pra-sekolah: persentase siswa yang terdaftar dalam pembelajaran terorganisir satu tahun sebelum usia resmi untuk memasuki sekolah dasar.
b. Pada tingkat sekolah dasar (dikhususkan kelas empat atau sekitar usia 10): kesenjangan nilai antara siswa yang performanya paling rendah dan paling tinggi.
c. Pada tingkat sekolah menengah (usia 15): kesenjangan nilai antara siswa yang performanya paling rendah dan paling tinggi.
Pada jenjang ini dijadikan indikator utama dalam laporan karena menunjukkan tingkat ketidaksetaraan menjelang akhir wajib belajar.
Menurut laporan dari rilis pers yang diunggah pada laman UNICEF beberapa bulan yang lalu, setiap negara memiliki tingkat ketimpangan pendidikan yang berbeda pada tahap pendidikan tertentu, tidak mesti di seluruh jenjang sekolah rata di peringkat terbaik ataupun terburuk meski bukan berarti tidak mungkin.
Sebagai contoh, data menunjukkan bahwa Irlandia dan Slovenia menempati sepertiga terbawah untuk pendaftaran tingkat pra-sekolah.
Perancis berada di posisi teratas pada pra-sekolah tetapi mendapatkan ranking buruk di tingkat sekolah menengah, sedangkan di tingkat yang sama, Belanda menduduki rata-rata.
Latvia, Irlandia, dan Spanyol juga berada di peringkat yang setara di tingkat akhir sekolah.
Berdasarkan pemaparan riset tersebut, Republik Ceko mencetak skor terbaik dalam prestasi membaca pada tingkat sekolah dasar, yang menempatkan negara tersebut di sepertiga pertama negara yang disurvei (85 persen siswa dari kelas empat mencapai nilai yang baik dalam membaca dan pemahaman).
Berbanding terbalik dengan hasil di atas, dilansir dari laman news.expats.cz, pada tingkat pendidikan menengah Republik Ceko berada di peringkat ketiga terbawah.
Sebanyak 78 persen anak-anak pada usia 15 tahun ditemukan masih berada pada tingkat dasar. Skor terbaik dalam kategori usia ini dipegang oleh Latvia sedangkan yang terburuk adalah Malta.
Secara keseluruhan, peringkat Republik Ceko dalam ketersediaan pendidikan pra-sekolah berada pada urutan ke-38 dari total 41.
Meskipun mendapatkan skor yang baik untuk aspek pendidikan sekolah dasar, sayangnya dalam kualitas pendidikan menengah negara ini merangkak ke sepertiga bawah.
Dalam news.expats.cz, pihak Republik Ceko dari UNICEF memberikan tanggapan mengenai laporan tersebut.
"Data laporan tersebut dikumpulkan di akhir 2015 dan sejak September 2017 kehadiran pra-sekolah telah didirikan di Republik Ceko dan bersifat wajib. Sehingga kita dapat asumsikan bahwa (pendidikan di Ceko) telah ditingkatkan mengingat aspek-aspek yang dipantau.
Editor: Yandri Daniel Damaledo