tirto.id - Perang dan konflik di dunia selama lima tahun terakhir menyebabkan jumlah pengungsi anak melonjak hingga 75 persen atau sekitar 8 juta dan ada 50 juta migran anak di seluruh dunia, demikian sebut Unicef dalam laporan terbaru mereka. Dengan data itu Unicef memperingatkan kepada dunia bahwa para pengungsi anak-anak ini berisiko tinggi terhadap penyelundupan dan perdagangan manusia serta bentuk kekerasan lainnya.
Menurut laporan Unicef, jumlah pengungsi anak-anak kini mencapai lebih dari setengah pengungsi di dunia, padahal jumlah anak-anak mencapai kurang dari sepertiga dari populasi global.
Hanya dua negara--Suriah dan Afghanistan--yang menjadi “penyumbang” terbesar pengungsi anak-anak di dunia. Jumlah pengungsi anak dari kedua negara itu mencapai setengah dari semua pengungsi anak yang mendapat perlindungan oleh Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Sementara, sekitar tiga-perempat dari pengungsi anak di dunia berasal dari hanya 10 negara.
Selain itu, menurut laporan Unicef, konflik dan perang selama lima tahun terakhir telah memaksa 50 juta anak bermigrasi ke negara lain atau secara paksa mengungsi di negaranya. Rinciannya 28 juta anak terpaksa mengungsi akibat konflik.
Dengan data ini Unicef menyerukan kepada masyarakat internasional untuk melakukan tindakan segera guna melindungi anak-anak migran; mengakhiri penahanan untuk anak-anak berstatus pengungsi atau migrasi; menjaga keluarga bersama-sama; dan memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang sangat dibutuhkan bagi para migran anak-anak.
"Meskipun banyak masyarakat dan orang-orang di seluruh dunia telah menyambut pengungsi dan anak-anak migran, xenophobia, diskriminasi, dan pengucilan menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan dan masa depan mereka," kata direktur eksekutif Unicef, Anthony Lake seperti dikutip The Guardian, Rabu (7/9/2016).
"Tapi jika para pengungsi muda diterima dan dilindungi hari ini, jika mereka memiliki kesempatan untuk belajar dan tumbuh, dan untuk mengembangkan potensi mereka, mereka dapat menjadi sumber stabilitas dan kemajuan ekonomi."
Jumlah migran anak-anak sekarang terdiri seperdelapan dari seluruh migran di dunia menurut data 2015. Sebagian besar migran anak - sekitar 3,7 juta anak-anak - tinggal di AS, diikuti oleh Arab Saudi dan Yordania, sementara di Eropa, Inggris menjadi tuan rumah dengan jumlah terbesar dari migran di bawah usia 18 (sekitar 750.000).
Dengan data itu Anthony Lake berharap mata dunia tidak hanya melihat tapi juga berbuat nyata kepada mereka. "Dan dengan melindungi anak-anak ini, kita melestarikan nilai-nilai kita yang terdalam dan memenuhi kewajiban tertinggi kita: untuk memelihara generasi berikutnya--dan dengan demikian memelihara masa depan dunia," katanya.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH