Menuju konten utama

Tua di Jalan dengan Petunjuk Google Maps

Google Maps tak hanya menyajikan layanan peta, juga info kemacetan lalu lintas hingga merekam jejak perjalanan yang menyadarkan soal "tua di jalan".

Tua di Jalan dengan Petunjuk Google Maps
Ilustrasi menggunakan GPS saat berkendara. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Satu hari, notifikasi dari Google Maps masuk ke email saya. Subjeknya tertulis “Tinjauan bulan Januari”. Email memuat informasi ihwal waktu perjalanan dengan kendaraan selama Januari 2018.

"Anda menghabiskan 60 jam dalam kendaraan bulan ini."

Email ini cukup membetot perhatian saya yang beraktivitas Jakarta-Depok selama lima hari kerja dan Jakarta-Bandung dan sebaliknya saat akhir pekan. Google Maps juga memberikan informasi yang sama pada bulan sebelumnya. Perjalanan dengan kendaraan pada Desember 2017 tercatat hanya 54 jam, ini artinya waktu yang saya tempuh sudah bertambah 6 jam di jalan. Google Maps seolah sedang mengingatkan, saya semakin "Tua di Jalan".

Mari kita hitung. Bila mengasumsikan waktu rata-rata yang dihabiskan di jalan selama sebulan dengan kendaraan selama 60 jam dan satu bulan adalah 30 hari, maka ada 720 jam selama setahun. Setelah membaginya dengan 24 jam per hari, maka dalam setahun waktu yang dipakai selama perjalanan adalah 30 hari atau kurang lebih 8 persen waktu yang dipakai untuk berada di jalan dalam setahun.

Catatan waktu ini jauh di atas dari estimasi yang pernah disampaikan oleh Institute of Transportation and Development Policy (ITDP) pada 2015. ITDP mengungkapkan rata-rata orang Jakarta menghabiskan waktu di jalan, khususnya dari rumah ke kantor dan sebaliknya mencapai 400 jam per tahun.

“400 jam itu hasil hitungan kasar kami,” kata Fani Rachmita, Communication Manager ITDP Indonesia kepada Tirto.

Perbedaan ini tentu sagat tergantung dari masing-masing aktivitas individu. Namun, yang perlu menjadi catatan, bahwa keberadaan teknologi seperti Google Maps memungkinkan data-data aktivitas sehari-hari secara sadar atau tak sadar terekam oleh sebuah sistem yang melekat pada ponsel pintar atau smartphone.

Pada Google Maps, terdapat fitur location service yang umumnya tersedia pada smartphone. Business Insider pernah membuat laporan yang berjudul Here's how Google Maps knows when there is traffic mengupas soal sistem pada Google Maps bekerja. Pada laporan itumengungkapkan bila seorang pengguna smartphone mengizinkan location service aktif, maka Google Maps bisa mengirimkan data secara real-time ke basis data mereka.

Dari proses kerja demikian, maka Google Maps bisa mendeteksi pergerakan para pengguna dari titik A ke B dan titik lokasi lainnya. Google Maps akan melakukan akumulasi perjalanan dan melaporkannya secara periodik kepada para penggunanya.

Bagaimana Google Maps membedakan waktu perjalanan dengan jalan kaki dan berkendara? Kuncinya adalah kecepatan. Data real-time yang dikirim ke basis data, Google menganalisa dengan mengkategorikan kecepatan pergerakan masing-masing individu.

Kecepatan kendaraan tentu relatif lebih cepat dari kecepatan jalan kaki dalam kondisi tak macet. Namun, ada banyak faktor yang menentukan kecepatan manusia berjalan kaki, antara lain usia, jenis kelamin, dan postur tubuh. Secara umum, rata-rata manusia berjalan kaki dengan kecepatan 5 kilometer per jam.

Google Maps sangat mudah membedakan kecepatan dari berjalan kaki dengan berkendara. Namun, dari data harian yang mereka paparkan melalui Google Maps Timeline, layanan itu terkadang kesulitan membedakan jenis kendaraan yang digunakan pengguna, seperti mobil pribadi, bus, atau sepeda motor. Google Maps dapat menebak penggunanya menggunakan sepeda motor bila pengguna terdeteksi berada di koordinat yang sulit dijangkau mobil, misalnya terdeteksi berada di gang perumahan yang sempit.

Dalam konteks yang lebih luas, Google Maps mampu memprediksi kemacetan lalu lintas dengan kecepatan masing-masing pengendara yang terkoneksi dengan smartphone. Warna merah tua sebagai indikasi jalanan macet parah hingga hijau sebagai tanda jalanan lancar. Saat Google Maps mendeteksi koordinat sekumpulan pengguna smartphone di jalan melaju dalam kecepatan lambat, Google Maps akan menandai warna merah lokasi itu, dan sebaliknya.

Sebagai aplikasi, Google Maps perlu membuat rangsangan bagi para penggunanya, sistem notifikasi soal waktu perjalanan yang dikirim ke email salah satu strateginya. Laporan yang dirilis Vox, notifikasi, dalam bentuk email ataupun tanda bulat merah dengan angka yang terletak di pojok kiri logo aplikasi, merupakan cara membuat pengguna kecanduan pada smartphone.

infografik google maps

Lahirnya Google Maps

“Tujuan kami adalah untuk menciptakan satu peta dunia yang sempurna dan dapat dijelajahi,” ucap John Hanke, pada The Guardian di 2011 silam saat ia masih menjabat Vice President, Geospatial Division, di Google.

Hanke adalah pejabat tinggi di divisi peta Google, tapi ia bukanlah pencipta layanan itu. Google Maps lahir dari dua sosok bersaudara asal Autralia bernama Lars Eilstrup Rasmussen dan Jens Eilstrup Rasmussen.

Dalam Web Engineering (2005) yang disusun David Lowe Martin Gaedke, sosok Lars merupakan pemegang gelar Ph.D atau doktor teori ilmu komputer dari University of California Berkeley. Bersama saudaranya, mereka membangun startup teknologi peta digital bernama Where 2 Technologies pada 2003.

Marcus Oppitz dalam Inventing the Cloud Century menyebutkan dua bersaudara itu menawarkan ide tentang peta digital “searchable, scrollable, dan zoomable” pada Google. Pada 2004, Google akhirnya mengakuisisi Where 2 Technologies. Google Maps, kemudian jadi salah satu eksperimen di divisi Google bernama Google Labs.

Guna melengkapi eksperimen itu, Google membeli startup lainnya pada tahun yang sama bernama Keyhole, yang teknologinya digunakan untuk membangun Google Earth, dan ZipDash, yang teknologinya digunakan untuk fitur lalu lintas real-time.

Pada 8 Februari 2005, Google meluncurkan Google Maps ke publik Amerika Serikat. Setelah di AS, layanan peta digital ini dapat digunakan di seluruh dunia.

Google Maps versi smartphone tak hadir untuk pertama kali pada sistem operasi Android meski Google merupakan pemilik sistem operasi Android. Google Maps justru hadir pada iPhone generasi pertama yang dirilis pada 2007.

John Hanke dari Google mengatakan bahwa hadirnya Google Maps di iPhone salah satunya karena negosiasi Steve Jobs. Saat itu, sebelum iPhone meluncur, Hanke menyebut Jobs menghubunginya untuk membantu peta digital hadir di perangkat iPhone.

“Kami bekerja sama dengan Apple untuk menghadirkan peta yang siap diluncurkan pada iPhone generasi pertama,” kata Hanke.

Baca juga artikel terkait GOOGLE MAPS atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra