Menuju konten utama

Topan Lan Jepang, Badai Irma Amerika, Mengapa Bisa Terjadi?

Persoalannya adalah perbedaan suhu di lautan.

Topan Lan Jepang, Badai Irma Amerika, Mengapa Bisa Terjadi?
Badai Katia (kiri), Irma (tengah) dan Jose (kanan) terlihat di Samudra Atlantik dalam citra satelit yang dirilis oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) (7/9/2017). FOTO/REUTERS

tirto.id - Laki-laki berusia 60 tahun itu tengah berjalan menepi, ketika bangunan di sampingnya runtuh oleh kekuatan angin dan merenggut nyawanya. Di sisi yang lain, seorang nelayan yang sedang menarik kapalnya juga tewas oleh alasan yang sama: topan Lan.

Selain menewaskan dua orang, musibah yang terjadi di Tokyo, Senin (23/10/2017) ini juga telah mengakibatkan 90 orang luka-luka, 350 penerbangan dibatalkan, layanan kereta terganggu, serta memicu tragedi lainnya, yaitu tanah longsor dan banjir di beberapa kawasan di Tokyo.

Nama badai itu, Lan, diambil dari kata dalam Bahasa Kepulauan Marshall yang berarti badai. Selain Lan, bulan lalu terjadi badai Irma di Florida, Amerika Serikar yang menewaskan sekitar 72 orang.

Beberapa waktu sebelumnya ada Katrina, Sandy, Harvey, Ike, Wilma, dan Rita meniup Amerika Serikat dan menewaskan banyak orang. Sama seperti Lan dan Irma, ‘mereka’ adalah nama-nama badai yang bertubi-tubi memporak-porandakan Florida, Texas, Louisiana, Arkansas, dan beberapa wilayah Amerika lainnya.

Angin kencang dan gelombang badai Sandy dijuluki juga sebagai superstorm. Badai yang telah menghancurkan garis pantai New York dan New Jersey pada akhir Oktober 2012 ini setidaknya telah membunuh 147 jiwa.

Selain itu, ada badai Rita, salah satu badai topan terkuat yang memecahkan rekor pada 2005 di wilayah barat daya Louisiana dan Texas. Rita mengakibatkan evakuasi skala terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. National Hurricane Center mencatat lebih dari 2 juta orang diperkirakan telah melarikan diri dari pantai Texas. Badai ini juga ditaksir mengakibatkan kerusakan senilai $10 miliar dan menewaskan 7 orang.

Baca juga: 1,8 Juta Penduduk Kuba Mengungsi Akibat Badai Irma

Mengapa Badai Terjadi?

Meteorolog menyebut badai sebagai angin siklon yang merupakan keadaan cuaca yang sangat ekstrem, dimulai dari hujan es, badai salju, hingga pasir dan debu. Badai bergerak mengikuti arah angin yang mempunyai kecepatan hingga 20 km/jam. Tiga hal yang ditakuti dari badai adalah sambaran petir, banjir bandang, serta angin kencang yang mampu menghancurkan apa pun.

Penyebab terjadinya badai yang paling umum adalah tingginya suhu pada permukaan air laut. Permukaan laut yang memiliki suhu tinggi kontras dengan suhu yang ada di bawah permukaan laut atau suhu di dalam air. Hal inilah yang akan memicu terjadinya badai.

Peneliti Divisi Penelitian Oseanografi dan Meteorologi Atlantik atau Badai Penelitian Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), Chris W. Landsea, mengungkap badai di Amerika terbentuk di lembah Atlantik, di sebelah timur daratan AS (yaitu di Samudera Atlantik, Teluk Meksiko dan Laut Karibia), dan di wilayah Pasifik Timur Laut. Pendeknya, wilayah Pantai Timur.

Mengapa banyak terjadi badai di wilayah Pantai Timur, dan tidak di Pantai Barat?

“Faktor penyebabnya adalah perbedaan suhu air di sepanjang pantai Timur dan Barat AS. Di sepanjang Pantai Timur, Gulf Stream menyediakan sumber air hangat di atas 80 derajat Fahrenheit, atau 26,5 derajat Celsius), yang membuat badai ada terus," lanjut dia.

Sementara itu di sepanjang Pantai Barat, suhu permukaan laut jarang naik sampai di atas 70 derajat, termasuk pada pertengahan musim panas. Suhu yang relatif dingin tidak memberi cukup energi panas untuk mempertahankan kekuatan badai.

Baca juga: Sederet Artis Hollywood Bantu Korban Badai Harvey

Infografik Badai di Amerika

Suhu permukaan air laut yang tinggi dapat mengakibatkan perubahan yang terjadi di lapisan atmosfer bumi. Perubahan di atmosfer bumi ini menghasilkan energi besar, di antaranya kemunculan petir dan badai. Gejala badai ditandai dengan munculnya angin besar yang kekuatannya sangat kencang.

Baca juga: Badai dan Tornado Terjang AS Tewaskan 18 Orang

Sebagai salah satu fenomena alam, terjadinya badai memang tidak dapat dicegah. Namun, ada hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi dan menekan kerusakan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia turut menganggarkan beberapa program terkait hal ini. Tahapan pra-bencana berupa pencegahan, mitigasi, saat tanggap darurat, dan proses pasca-bencana berupa rehabilitasi dan rekonstruksi.

Proses pra-bencana bisa dilakukan dengan memperhatikan struktur bangunan yang kita dirikan. Perlu dilakukan pertimbangan dalam membangun rumah yang tahan angin, misalnya struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan terhadap gaya angin.

Terkait hal ini, perlu penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin, khususnya di daerah rawan badai. Perlu dilakukan juga penghijauan di daerah atas arah angin untuk dapat meredam gaya angin.

Selain itu, perlu juga ada sosialisasi cara menyelamatkan diri ketika terjadi badai, misalnya menyediakan bangunan yang cukup luas agar dapat digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi warga maupun benda-benda ketika terjadi serangan angin badai.

Baca juga artikel terkait BADAI atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maulida Sri Handayani