tirto.id - Juru Bicara Timnas AMIN, Iwan Tarigan, menyayangkan sikap Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran yang menuding film dokumenter 'Dirty Vote' sebagai fitnah dan tidak ilmiah. Iwan menjelaskan bahwa film dokumenter yang diisi oleh Zainal Arifin, Bivitri Susanti dan Feri Amsari tersebut dibuat secara valid dan alur yang runut.
"Semua itu sesuai fakta dimana disebutkan narasumber dan data-data nya yang valid dan runut. Sehingga sulit di katakan berita fitnah," kata Iwan dalam keterangannya, Senin (12/2/2024).
Iwan juga menegaskan, film ini menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa kecurangan Pemilu benar adanya. Melalui film ini, dia meyakini bahwa kecurangan Pemilu bukan terjadi hanya sesaat namun sudah dipesan dalam kurun waktu yang lama.
"Kami melihat semua rencana kecurangan Pemilu ini tidak didesain dalam semalam juga tidak didesain sendirian tetapi terencana dengan baik dan butuh waktu yang tidak sebentar dan dana yang sangat besar," kata dia.
Iwan menambahkan, ada upaya mobilitas aparat untuk kemenangan pasangan calon tertentu. Menurutnya, melalui film tersebut, hal itu terjadi kepada pasangan calon yang mendapat dukungan dari penguasa.
"Kami menduga desain kecurangan yang sudah disusun bersama-sama ini akhirnya jatuh ke tangan satu pihak yakni pihak yang sedang memegang kunci kekuasaan dimana dia dapat menggerakkan aparatur dan anggaran," kata Iwan.
Atas pendapatnya, Iwan berkesempatan bahwa masyarakat harus memberi sanksi kepada kelompok yang berbuat curang selama proses Pemilu berlangsung. Caranya adalah dengan tidak memilih mereka di surat suara.
"Kami meminta agar masyarakat menghukum penguasa atas perilaku mereka di tanggal 14 Februari 2024 dan kita harus menyelamatkan demokrasi dan Indonesia dari tangan tangan politisi kotor, jahat dan culas," kata dia menegaskan.
Sebelumnya, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman, menilai film dokumenter berjudul ‘Dirty Vote’, benada fitnah dan tidak ilmiah. Habiburokhman mempertanyakan argumen dan kapasitas para tokoh yang terdapat dalam film Dirty Vote.
“Negara demokrasi semua orang memang bebas menyampaikan pendapat. Namun perlu kami sampaikan bahwa sebagian besar yang disampaikan dalam film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif dan sangat tidak ilmiah,” kata Habiburokhman dalam konferensi pers di Media Center TKN, Minggu (11/2/2024).
Penulis: Irfan Amin
Editor: Anggun P Situmorang