Menuju konten utama

Tiga Rute Baru Transjabodetabek dari Pondok Cabe Belum Jalan

Implementasi masih tunggu sinkronisasi PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).

Tiga Rute Baru Transjabodetabek dari Pondok Cabe Belum Jalan
Kepala Dishub Kota Tangsel, Ayep Jajat Sudrajat, saat diwawancarai di kantornya. Tangsel_Update/Jupri Nugroho

tirto.id - Upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) untuk menghadirkan transportasi publik yang terintegrasi dengan Transjakarta belum sepenuhnya terealisasi. Meski tiga rute baru dari Terminal Pondok Cabe telah mendapatkan rekomendasi teknis dari Dinas Perhubungan (Dishub) Tangsel, hingga kini layanan tersebut belum juga beroperasi.

Kepala Dishub Kota Tangsel, Ayep Jajat Sudrajat, membenarkan bahwa pihaknya telah menerbitkan rekomendasi teknis untuk tiga rute Transjabodetabek: Pondok Cabe–Tanah Abang, Pondok Cabe–CSW, dan Pondok Cabe–Kampung Rambutan. Ketiganya digadang menjadi penghubung utama mobilitas warga Tangsel menuju pusat aktivitas di Jakarta.

“Secara administratif sudah kami keluarkan rekomendasi teknisnya. Sekarang sedang tahap analisa lebih dalam, termasuk potensi jumlah penumpang, kebutuhan armada, dan titik-titik pemberhentian yang aman,” jelas Ayep saat ditemui di kantor Dishub Tangsel, Rabu (5/11/2025).

Namun, ia tak menampik bahwa implementasi di lapangan belum berjalan karena masih menunggu sinkronisasi dari PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).

“Kita tidak mau asal jalan. Harus dipastikan rutenya layak secara teknis dan mampu menjawab kebutuhan mobilitas warga,” tegasnya.

Berdasarkan data Dishub Tangsel, saat ini terdapat delapan rute Transjakarta yang sudah melayani wilayah Tangsel dengan enam titik asal perjalanan (origin), di antaranya BSD, Ciputat, Cinere, Bintaro, Alam Sutera, dan Pondok Cabe. Sebagian besar rute itu telah beroperasi, namun fasilitas pendukung seperti shelter dan bus stop masih jauh dari ideal.

Warga Keluhkan Fasilitas Minim & Konektivitas Lemah

Kondisi di lapangan menunjukkan, sejumlah halte Transjakarta di Tangsel belum memenuhi standar kenyamanan dan keamanan. Di titik Giant BSD misalnya, penumpang masih harus menunggu bus di tepi jalan tanpa naungan yang memadai.

Saiful Milah, warga Serpong, mengaku frustrasi dengan keterbatasan sarana transportasi umum yang belum terintegrasi penuh.

“Kalau mau ke Jakarta masih repot, harus ganti kendaraan dua sampai tiga kali. Padahal bus Transjakarta lewat dekat sini, tapi aksesnya nggak nyambung,” keluh Saiful.

Sementara itu, Dhiajeng Naranjani, warga Ciputat, menilai pemerintah daerah belum serius memperbaiki halte dan jadwal layanan yang kerap tidak pasti.

“Halte banyak yang terbuka, panas, bahkan gelap kalau malam. Kalau memang mau disambung ke rute Transjakarta, seharusnya fasilitasnya dibenahi dulu. Jangan cuma di atas kertas,” ujarnya.

Ayep mengakui adanya tantangan di lapangan, terutama pada aspek infrastruktur dan kesiapan titik simpul (bus stop) yang menjadi bagian dari jaringan Transjabodetabek. Ia menyebut, Dishub Tangsel sedang menyiapkan kajian lanjutan bersama pemerintah pusat untuk mempercepat realisasi integrasi.

“Kami sudah ajukan agar fasilitas pendukung seperti halte di Giant BSD dan kawasan Pondok Cabe segera ditingkatkan. Kami ingin Tangsel punya sistem transportasi publik yang benar-benar terhubung dan manusiawi,” tutup Ayep.

Upaya percepatan integrasi transportasi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada kendaraan pribadi sekaligus memperbaiki kualitas mobilitas di wilayah penyangga Ibu Kota. Namun, tanpa eksekusi nyata, rencana besar ini berisiko hanya menjadi dokumen di atas meja rapat.

=========

Tangsel_Update adalah akun IG City Info yang merupakan bagian dari #KolaborasiJangkarByTirto.

Baca juga artikel terkait BUS TRANSJABODETABEK atau tulisan lainnya dari Tangsel_Update

tirto.id - Flash News
Kontributor: Tangsel_Update
Penulis: Tangsel_Update
Editor: Siti Fatimah