tirto.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali membuat gebrakan dengan meluncurkan beberapa rute baru Transjabodetabek: S61 Alam Sutera–Blok M, B41 Cawang–Vida Bekasi, T31 Blok M–PIK 2, D41 Lebak Bulus–Sawangan, P11 Blok M–Kota Bogor, dan B25 Dukuh Atas-Bekasi.
Penambahan sejumlah jalur baru Transjabodetabek menuai apresiasi dari publik. Hairini Nur Hanifah, warga Tangerang Selatan, merasa terbantu atas kehadiran moda transportasi baru di wilayahnya. Menurutnya, Transjabodetabek tak hanya mengurangi emisi gas yang membuat udara tercemar, tapi juga menurunkan ongkos perjalanan sehingga terjangkau bagi warga kebanyakan.
"Selama ini saya mengandalkan Transjakarta dari Halte Puri Beta untuk transportasi ke Jakarta. Dengan penambahan ini, saya semakin dimudahkan tidak hanya ke Jakarta, namun juga wilayah sekitarnya," kata Hairini kepada Tirto, Senin (11/8/2025).
Sebagai ibu dari seorang putra, Transjabodetabek menjadi kendaraan umum yang ideal bagi penumpang yang membawa anak. Selain aman dari terik matahari, Hairini merasa aman dari pelaku kejahatan, seperti pencopet maupun tindak asusila yang kerap menghantui pengguna kendaraan umum.
"Saya merasa aman dan nyaman (menggunakan Transjabodetabek), dibanding harus menggunakan kendaraan lain," jelasnya.

Pengalaman serupa dirasakan oleh Dimas Nanda Krisna yang biasa naik Transjabodetabek rute Blok M-Bogor. Dirinya puas dengan pelayanan tersebut. Hanya dengan Rp3.500, dia bisa menikmati perjalanan Bogor-Jakarta selama 1,5 jam.
"Menurut saya, ini terobosan luar biasa dari Pemprov Jakarta dan Pemkot Bogor, karena memang P11 adalah rute baru dan saya langsung menggunakan lima hari usai diresmikan," kata Dimas.
Karena banyaknya peminat rute tersebut, Dimas berharap armada Transjakarta dapat ditambah.
Gubernur Jakarta, Pramono Anung menuturkan, pihaknya terus mengupayakan pengembangan transportasi publik untuk mendorong kebiasaan masyarakat beralih dari kendaraan pribadi.
"Karena fasilitas Transjakarta yang kemudian menjadi Transjabodetabek, semua yang sudah naik itu mendapatkan apresiasi karena bersih, rapi nyaman dan dibandingkan dengan negara-negara manapun sebenarnya kita sudah tidak kalah," kata Pramono dalam keterangan pers, Kamis (3/7/2025).
Komitmen Jakarta untuk Transportasi Publik yang Layak
Pemprov DKI Jakarta terus berupaya menambah jalur Transjakarta untuk mengurai kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Gubernur Pramono mengimbau kepada semua, baik warga Jakarta maupun daerah penunjang, untuk memprioritaskan kendaraan publik dibanding pribadi.
"Harapannya adalah konektivitas itu menjadi lebih baik dan kalau itu bisa dilakukan, saya yakin maka kemacetan baik di Jakarta maupun di daerah-daerah Bekasi Depok, Bogor, dan sebagainya akan terjadi pengurangan," jelasnya.

Kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang memperluas rute Transjakarta menuai apresiasi dari Wakil Ketua DPRD Jakarta, Rany Mauliani. Dia menyebut kehadiran rute baru Transjakarta sangat dibutuhkan untuk menghubungkan Jakarta dengan kota-kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Tangerang Selatan.
“Dengan adanya rute baru dari Transjakarta ini, kita semua bisa saling terkoneksi. Jakarta tidak bisa berdiri sendiri, karena sebagian besar warga yang beraktivitas di siang hari justru berasal dari Bogor, Tangerang, dan Tangerang Selatan,” kata Rany dalam keterangan pers.
Rany bersyukur atas terjalinnya kolaborasi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan pemerintah daerah Bodetabek, yang dinilai menghasilkan solusi transportasi publik terintegrasi. Ia berharap, Transjabodetabek menjadi jawaban untuk mengatasi kemacetan.
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, menyebut Jakarta saat ini tidak lagi menjadi kota termacet di Indonesia. Dia mengutip data Indeks TomTom Traffic 2024 bahwa Jakarta masuk peringkat lima nasional.
"Capaian ini bukan kebetulan, melainkan buah transformasi sistemik yang berjalan konsisten sejak 2004," ungkapnya.
Djoko menuturkan, transportasi umum telah menjadi tulang punggung mobilitas utama di Jakarta. Dirinya menjelaskan bahwa hal itu sebagai hasil estafet kepemimpinan para gubernur Jakarta yang saling melanjutkan.
"Jawabannya, bukan satu nama, melainkan rantai kolaborasi pemimpin yang berkomitmen pada satu visi," terangnya.

Djoko menjabarkan, setiap kepala daerah memiliki peranan masing-masing dalam mendorong transformasi Transjakarta. Dimulai dari Gubernur Sutiyoso yang meletakkan fondasi hukum melalui Pola Transportasi Makro (PTM) dan cetak biru yang menjadi DNA pengembangan transportasi ibu kota. Transjakarta semakin berkembang di tangan para pemimpin selanjutnya hingga sekarang terintegrasi dengan wilayah sekitar Jakarta.
"Hasilnya nyata, volume kendaraan pribadi masuk Jakarta turun 18 persen (2023–2025) dan waktu tempuh Bekasi–Jakarta berkurang 40 menit," tutup Djoko.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Rina Nurjanah
Masuk tirto.id


































