Menuju konten utama

Tiga Perempuan Gelar Pameran Destination Lotus di Borobudur

Kartika Affandi, Dyan Anggraini, dan Yasumi Ishii menggelar pameran lukis bertajuk Destination Lotus di kawasan Candi Borobudur selama sebulan, mulai dari tanggal 15 mei sampai 15 Juni 2016

Tiga Perempuan Gelar Pameran Destination Lotus di Borobudur
(Ilustrasi) Pengunjung mengamati pameran lukisan. Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko.

tirto.id - Tiga perempuan pelukis antara lain Kartika Affandi, Dyan Anggraini, dan Yasumi Ishii akan menggelar pameran lukis bersama bertajuk “Destination Lotus” di Limanjawi Art House kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Lokasi pameran berjarak kurang lebih 600 meter timur Candi Borobudur. Pameran akan dilaksanakan selama sebulan, mulai tanggal 15 Mei hingga 15 Juni 2016.

"Ada 27 karya tentang bunga lotus atau seroja atau padma yang akan dipamerkan mereka di tempat ini," kata Pengelola Limanjawi Art House Borobudur Umar Chusaeni di Borobudur, Sabtu, (7/5/2016).

Umar mengatakan, ketiga perempuan tersebut merupakan perupa yang konsisten dalam berkarya dengan kepribadian masing-masing.

Terkait dengan tema "Destination Lotus yang dipilih", Umar menjelaskan, bunga lotus berkaitan erat dengan Candi Borobudur, di mana warisan budaya dunia tersebut dikenal pula sebagai bangunan yang menyerupai bunga lotus yang sedang mekar di tengah suatu telaga.

"Melalui karya-karya mereka, kami berharap dapat memberikan warna dan manfaat bagi perkembangan seni rupa di Borobudur, Magelang, dan sekitarnya, termasuk menyemarakkan suasana kepariwisataan di kawasan Candi Borobudur," kata Umar.

Sejumlah karya ketiga perempuan yang akan dipamerkan antara lain karya-karya berjudul "Borobudur Dalam Impianku", "Lotus-Aku Kecewa", dan "Lotus-Kehidupan yang Abadi" dari Kartika Affandi, "Selembar Dongeng", "Di Balik Kelambu", "Spirit Budha", dan "Energi Lotus" dari Dyan Anggraini, dan "Catch the Power", "All is Viniti#1", "All is Viniti#2", dan "Four Seasons" dari Yasumi Ishii.

Bertindak sebagai kurasi karya ialah Suwarno Wisetrotomo, yang merupakan pengajar Fakultas Seni Rupa dan Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini memberi catatan kurasi atas pameran ketiga perempuan tersebut dengan menyebut mereka sebagai "para petani lotus".

"Mereka saya pahami seperti 'para petani lotus' dengan lahan subur, yakni pada hati mereka masing-masing. Mereka menanam harapan kebaikan melalui lukisan-lukisannya," kata Suwarno.

Ucapan "lotus", katanya, terasa indah, feminim, dan bermuatan spiritual. Bentuk lotus yang mekar, sering sebagai dasar pembentukan lambang berbagai institusi, terutama pendidikan, dan untuk tempat berpijak para dewa. Oleh karena itu, lotus juga menjadi lambang kesucian dan spiritualitas.

Suwarna menerangkan, habitat lotus juga merupakan material yang menari. Lotus hidup di dalam dalam gelimang air, menyebar, dan berbunga di musim yang sama.

"Bunga lotus 'hidup' dalam ritme yang anggun, antara lain karena kuncup, mekar, rontok, dan menyisakan kelopak berlubang yang menyimpan biji tahan waktu. Secara visual tetap menarik dipandang," katanya.

Ia mengemukakan tiga perempuan pelukis itu menempatkan lotus sebagai pusat orientasi dan sekaligus pokok imajinasi.

"Dari yang menangkap keindahan fisiknya kemudian melihat analoginya dengan subjek yang lain, dan menempatkan lotus sebagai pusat spirit sekaligus metafora," ungkap Suwarna.

(ANT)

Baca juga artikel terkait PAMERAN LUKISAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Putu Agung Nara Indra