tirto.id - General Motors (GM) mengumumkan penghentian penjualan Chevrolet di pasar domestik Indonesia pada akhir Maret 2020. Hal tersebut disampaikan melalui keterangan resmi yang diunggah di situsweb Chevrolet Indonesia hari ini, Senin (28/10/2019).
Meski demikian, GM akan tetap memberikan pelayanan kepada pelanggan Chevrolet dalam bentuk layanan garansi dan purna jual.
President GM Asia Tenggara, Hector Villarreal, mengatakan, keputusan ini diambil setelah melalui pertimbangan menyeluruh dari berbagai rencana bisnis yang memungkinkan bagi GM Indonesia, di masa yang akan datang.
“Secara global, GM telah mengambil langkah-langkah yang sulit untuk memfokuskan aset dan sumber daya yang dimilikinya. Keputusan yang sulit ini konsisten dengan strategi global GM untuk tetap berfokus pada pasar yang memiliki jalur yang jelas untuk mencapai keuntungan yang berkesinambungan,” ucapnya.
Di Indonesia, lanjut Villareal, Chevrolet tidak memiliki segmen pasar otomotif yang dapat memberikan keuntungan berkesinambungan. Faktor ini juga membuat kegiatan-kegiatan operasional GM menjadi semakin terpengaruh oleh faktor-faktor yang lebih luas, seperti pelemahan harga komoditas dan tekanan mata uang asing.
“Dengan berat hati, perlu kami sampaikan bahwa keputusan ini akan memiliki dampak pada beberapa karyawan kami. Dalam hal ini, GM akan memberikan pesangon yang sesuai dalam proses peralihan ini. Kami juga berkomitmen untuk membantu para pihak dalam proses peralihan ini," imbuhnya.
Para pemilik Chevrolet juga dapat memastikan bahwa mereka tetap mengakui keberlakuan seluruh jaminan kendaraan dan memberikan layanan purna jual.
"Kami akan tetap melayani setiap pelanggan untuk perawatan dan perbaikan kendaraan Chevrolet mereka di outlet resmi kami di seluruh Indonesia,” kata Villareal.
Mengaspal Sejak Hindia-Belanda
Chevrolet yang menjadi bagian dari GM tercatat sudah masuk ke Indonesia sejak awal 1900-an. Saat itu, berbagai jenis mobil impor masuk ke Indonesia dan GM jadi satu-satunya perusahaan yang mefasilitasi perakitan beberapa komponen kendaraan sebelum menjadi mobil utuh di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
James Luhulima dalam Sejarah Mobil & Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini (2012), menuliskan pabrik GM berdiri tahun 1920 dan sempat diperbesar pada 1938 guna menambah kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan.
Namun pada pertengahan 1950-an, GM harus rela melepas pabrik utamanya di Indonesia. Selain karena suksesi kepemimpinan, tingginya permintaan akan kendaraan murah yang tahan lama di Asia Tenggara turut menjadi faktor menurunnya permintaan mobil Chevrolet yang terkenal mengusung mesin berkapasitas besar.
Merek Chevrolet di Indonesia kembali diteruskan oleh PT Garmak Motor pada 1970 yang dimiliki oleh Probosutedjo, adik tiri Soeharto. Perusahaan ini kemudian juga memegang merek Opel, akan tetapi usahanya tetap tak bisa mengalahkan superioritas merek Jepang yang tumbuh subur di kemudian hari.
Dilansir dari Reuters, GM kembali ke Indonesia pada 1993 sewaktu ekonomi Indonesia sedang tumbuh pesat di Asia. Sebanyak 60 persen kepemilikan Garmak Motor diambil alih dan berganti nama menjadi GM Indonesia.
Mereka lantas membangun kembali sebuah pabrik di Bekasi, dan memproduksi SUV Opel Blazer yang laku keras di pasaran. Sayangnya usaha GM kembali menemui kebuntuan. Setelah sanggup memproduksi sekitar 3.500 unit Blazer pada 1997, mobil asal negeri Paman Sam itu langsung merosot ke volume 640 unit pada 2001.
Blazer sempat populer di pasar otomotif Tanah Air, bahkan hingga kini mobil bekasnya cukup digemari pecinta SUV lawas. Situs resmi Chevrolet juga menuliskan, pabrik GM di Indonesia sempat tutup lagi pada 2005 dan kembali dibuka pada 2013 untuk memproduksi Spin.
Produk berkapasitas tujuh penumpang ini terjun langsung di kelas Low MPV, segmen yang paling besar volume penjualannya di Indonesia.
Mengutip data wholesales Gaikindo, waktu itu Spin secara konsisten menjadi tulang punggung Chevy. Tahun 2013 misalnya, MPV ini laku sebanyak 10.943 unit. Angka ini melorot pada 2014, dengan perolehan 7.475 unit. Sedangkan pada 2015, tahun terakhir Spin resmi dijual, penjualan mobil ini hanya mencapai 3.552 unit.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Gilang Ramadhan