Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Tata Cara Sujud Sahwi yang Benar & Kapan Harus Melakukannya?

Bagaimana tata cara sujud sahwi yang benar dan kapan harus melakukan sujud sahwi? Berikut ini penjelasan lengkapnya.

Tata Cara Sujud Sahwi yang Benar & Kapan Harus Melakukannya?
Ilustrasi posisi sujud saat salat. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Saat melakukan salat, seseorang akan dihadapkan dengan berbagai godaan setan sejak dimulainya gerakan takbiratul ihram.

Godaan setan ini membuat salat menjadi tidak khusyuk. Sampai-sampai, kadang orang tersebut lalai dari sesuatu dalam salat (sahwu).

Inilah yang kemudian dalam Islam hadir syariat sujud sahwi.

Apa Itu Sujud Sahwi?

Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena ada kelalaian dalam salat. Misalnya yaitu lupa bilangan rakaat salat, yang membuat seseorang ragu-ragu dalam menambah atau mengurangi rakaat.

Fungsi dari sujud sahwi adalah menutupi atau menambal kekurangan dalam salat dan mengalahkan setan.

Kapan Harus Melakukan Sujud Sahwi?

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam kitab fikih Manhajus Salikin mengatakan bahwa sujud sahwi dianjurkan saat seseorang mengalami keadaan berikut dalam salatnya:

  1. Menambah dalam salatnya seperti rukuk, sujud, berdiri, atau duduk akibat lupa. Sujud sahwi dalam keadaan ini dilakukan sesudah salam.
  2. Kekurangan sesuatu dari hal tersebut (poin 1), lalu dia melaksanakan kekurangannya, lantas melakukan sujud sahwi.
  3. Meninggalkan salah satu wajib salat dalam kondisi lupa.
  4. Ragu-ragu adanya penambahan atau pengurangan dalam salat.

Hukum dan Dalil Sujud Sahwi

Dikutip dari laman IAIN An Nur Lampung, hukum melakukan sujud sahwi adalah sunah. Syariat ini jika tidak dilakukan pada waktu salat yang didapati kelalaian, tidak lantas membatalkan salat tersebut.

Kendati demikian, jika imam dalam salat berjamaah memutuskan untuk melakukan sujud sahwi, maka semua makmum wajib mengikuti.

Sujud sahwi memiliki landasan tuntunan yang berasal dari beberapa hadis sahih. Hadis tersebut di antaranya:

1. "Apabila adzan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar adzan tersebut. Apabila adzan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqomah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, “Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.” (HR. Bukhari, no. 1231 dan Muslim, no. 389)

2. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat ‘Ashar lalu beliau salam pada raka’at ketiga. Setelah itu beliau memasuki rumahnya. Lalu seorang laki-laki yang bernama al-Khirbaq (yang tangannya panjang) menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah!” Lalu ia menyebutkan sesuatu yang dikerjakan oleh beliau tadi. Akhirnya, beliau keluar dalam keadaan marah sambil menyeret rida’nya (pakaian bagian atas) hingga berhenti pada orang-orang seraya bertanya, “Apakah benar yang dikatakan orang ini?“ Mereka menjawab, “Ya benar”. Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah rakaat yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim, no. 574)

3. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan shalat Zhuhur namun tidak melakukan duduk (tasyahud awal). Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali, dan beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk sebelum. Beliau lakukan seperti ini sebelum salam. Maka orang-orang mengikuti sujud bersama beliau sebagai ganti yang terlupa dari duduk (tasyahud awal).” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)

4. “Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda:”Apabila salah seorang dari kalian merasa ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat, maka buanglah keraguan, dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, maka sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan.” (HR. Muslim)

Tata Cara Melakukan Sujud Sahwi

Sujud sahwi dikerjakan sepanjang dua rakaat. Sujud ini bisa dikerjakan sebelum atau sesudah salam dengan dua kali bersujud di akhir salat.

1. Sujud sahwi sebelum salam

Di akhir shalat dan saat hendak bersujud, ucapkan takbir "Allahu akbar". Begitu pula, saat bangkit dari sujud ucapkan kembali "Allahu akbar" seperti halnya salat secara umum. Di akhir rakaat kedua dalam sujud sahwi, akhiri dengan salam.

Cara ini seperti penjelasan hadis dari Abdullah bin Buhainah:

“Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)

2. Sujud sahwi setelah salam

Setelah mengucap salam di akhir salat, ucapkan takbir "Allahu akbar" untuk sujud sahwi. Lalu, ucapkan kembali "Allahu akbar" saat bangkit dari sujud untuk duduk. Begitu pula untuk rakaat kedua dari sujud sahwi dan akhiri dengan mengucap salam kembali.

Tuntunan ini dapat ditemukan dalam hadis berikut:

“Lalu beliau shalat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudian beliau salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari no. 1229 dan Muslim no. 573)

Tuntunan menutup sujud sahwi dengan salam dapat ditemukan pada hadis berikut:

“Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah rakaat yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim no. 574)

Bacaan Sujud Sahwi

Dikutip laman Muhammadiyah, bacaan sewaktu sujud sahwi sama seperti sujud biasa dalam salat. Kendati demikian, menurut laman NU, sebagian ulama menganjurkan membaca lafal berikut sebagai bacaan sujud sahwi:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُوْا

Subhana man laa yanaamu walaa yashuu

Artinya, “Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.”

Sifat dari bacaan tersebut hanya anjuran. Tidak ada ketentuan yang mengikat menurut dalil sehingga menjadikannya wajib dibaca untuk sujud sahwi.

Dengan demikian, menggantinya memakai bacaan sujud secara umum, tidak bermasalah.

Ibnu Hajar dalam kitab At Talkhis Al Habiir (2/6) mengomentari tentang bacaan sujud sahwi seperti berikut:

“Perkataan beliau, “Aku telah mendengar sebagian ulama yang menceritakan tentang dianjurkannya bacaan: “Subhaana man laa yanaamu wa laa yas-huw” ketika sujud sahwi (pada kedua sujudnya), maka aku katakan, “Aku tidak mendapatkan asalnya sama sekali.” (At-Talkhis Al Habiir, 2/6)

Oleh sebab itu, diperbolehkan membaca bacaan khusus sujud sahwi tersebut, atau dengan bacaan sujud secara umum dalam salat, bagi orang yang melaksanakan sujud sahwi. Tidak ada hal yang perlu dipertentangkan.

Baca juga artikel terkait SUJUD SAHWI atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno