Menuju konten utama
Mardiyana

"Tanyakan ke Pak Abdul Wahid Maktub, Kapan SK-nya Turun?"

Kampus-kampus bermasalah yang terlibat kuliah fiktif ini akan digabung menjadi satu universitas. Hanya menunggu SK dari Kementerian.

Mardiyana, pemain lama jual beli gelar dan ijazah bodong dari kampus-kampus bermasalah. tirto.id/Lugas

tirto.id - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi akan menggabungkan tiga kampus bermasalah milik Mardiyana, yakni STIE ISM, STKIP Sera, STMIK Triguna Utama, menjadi satu payung Universitas Pelita Bangsa. Solusi ini ditempuh sebagai upaya Kementerian "membina" kampus sakit menjadi sehat, menurut Abdul Wahid Maktub, Staf Khusus Menteri Mohamad Nasir.

Maktub, dalam laporan kami, berperan memakai posisinya dengan menulis memo pribadi yang ditujukan ke direktur pembinaan agar kampus-kampus bermasalah itu bisa dipulihkan. Kementerian pernah membekukan kampus tersebut pada 2015 karena sekolah-sekolah tinggi ini diduga melakukan praktik jual beli ijazah bodong.

Mardiyana adalah pembina Yayasan Pelita Bangsa, menaungi tiga kampus berlokasi di Cikarang Pusat Bekasi, yakni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Sekolah Tinggi Teknologi, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Pelita Bangsa. Istrinya, Koes Indrati Prasetyorini, adalah ketua yayasan-yayasan yang menaungi STIE ISM, STKIP Sera, dan STIE Pelita Bangsa.

Berdasarkan monitoring dan evaluasi akademik atas STIE ISM dan STMIK Triguna Utama, kedua kampus ini masih bermasalah. Beberapa di antaranya soal mahasiswa S2 yang lulus tanpa menyelesaikan tesis dan ada 728 ijazah yang diterbitkan kampus tanpa dasar. Masalah lain: kampus memakai dosen luar untuk menguji skripsi tapi tak berhak meluluskan, serta skripsi-skripsi ini tidak direvisi.

Tirto mengonfirmasi temuan ini ke Mardiyana. Menurutnya, semua masalah ini cuma perkara administrasi dan sudah dibereskan.

“Sebetulnya enggak ada masalah,” kata dia.

Soal peran Maktub, Mardiyana berkata staf khusus menteri itu membantu menyelesaikan kampusnya. [Maktub, dalam wawancara terpisah, mengaku "lupa" pernah membantu kampus milik Mardiyana karena ada banyak sekali kampus bermasalah.]

Berikut wawancara Tirto dengan Mardiyana dalam dua kesempatan berbeda pada 26 Oktober dan 12 November 2018.

STIE ISM dan kampus lain milik Anda akan digabung jadi satu universitas sejak kapan?

Kami sudah ajukan sejak awal tahun 2018. Nanti kami gabung menjadi Universitas Pelita Bangsa, pusatnya di Cikarang. Nanti PSDKU-nya di kampus Tigaraksa.

Maksud PSDKU itu bagaimana?

Kampus pusatnya tetap di sana, tapi pelaksanaannya tetap di Tangerang, jadi program studi di luar kampus utama.

[Catatan: Lokasi STIE ISM di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Gedung ini akan jadi kampus utama untuk kegiatan kuliah STMIK Triguna Utama (Depok) dan STKIP Sera (Tangerang), di bawah rencana penggabungan menjadi Universitas Pelita Bangsa.]

Proses selama ini gimana?

Kami ikuti aturan. Yang penting persyaratan memenuhi, dari kelembagaan selesai, tinggal proses SK-nya di [Biro] Hukor [Hukum dan Organisasi].

Sekarang ada berapa prodi?

Di Pelita Bangsa ada 10 prodi dengan D3. ISM ada S1 manajemen, S2 Magister Manajemen. Sekarang tinggal nunggu SK.

Apa tujuan bikin kampus ini?

Di Kabupaten Tangerang ini belum banyak kampus. Tujuan kami melayani masyarakat yang tidak mampu kuliah di Jakarta, karena ekonomi yang terbatas.

Saya baca hanya Rp300 ribu per bulan untuk biaya kuliah?

Iya STIE ISM Kelas Pagi itu Rp300 ribu per bulan. Untuk Kelas Karyawan ada yang Rp400 ribu. Kalau jurusan ekonomi Rp400 ribu. Kalau jurusan teknik Rp500 ribu.

Abdul Wahid Maktub ikut membantu proses kampus-kampus Anda dipulihkan lagi di Kementerian?

Iya. Dulu Pak Abdul Wahid Maktub pernah datang ke sini, orasi ilmiah di STIE ISM tahun lalu.

Kabarnya kampus-kampus ini akan didorong menjadi universitas...

Ya. Coba tanyakan saja ke Pak Abdul Wahid Maktub, 'SK Pelita Bangsa kapan [turun]?' Dia dulu membantu, mendorong untuk itu.

Hasil monitoring dan kajian akademi menemukan STIE ISM dan STMIK Triguna masih bermasalah...

Oh sebetulnya enggak ada masalah, hanya administrasi. Sudah selesai, kok.

Temuan itu menyebut kampus Anda memakai dosen luar untuk menguji skripsi?

Di mana?

STIE ISM dan STMIK Triguna.

Dosen dari luar gimana maksudnya?

Tahun 2016 ada ujian skripsi bareng, terus Anda undang dosen luar untuk jadi penguji?

Ya kalau memang mau lulus, harus ujian skripsi. Wajib.

Pakai dosen luar?

Enggak. Semua dari dalam. Dosen luar pun yang sudah terdaftar.

Tapi ada dosen dari kampus lain?

Enggak ada.

Benar enggak ada?

Enggak ada. Saya kan enggak tahu tes-tesnya, yang tahu itu ketua STMIK. Saya di Yayasan tidak terlalu banyak tahu teknis akademik.

Kemarin saya mengecek ke Triguna dan STKIP Sera. Sama sekali enggak ada perkuliahan.

Ada. Kalau lihat jadwalnya kan bisa malam.

Kemarin saya ke sana.

Ke mana?

Ke Triguna.

Kalau yang Sera memang mahasiswanya masih sedikit.

Berapa?

Paling hanya satu atau dua kelas.

Kalau Triguna?

Persisnya saya enggak hapal, saya kan di Yayasan.

Laporan dari evaluasi akademik menemukan ada kejanggalan-kejanggalan. Misalnya ada ijazah di STIE ISM yang tidak sinkron nomor mahasiswa.

Itu kekeliruan operator. Salah memasukkan kode ijazah. Itu bisa direvisi.

Temuan lain jumlah skripsi sedikit sekali dari jumlah mahasiswa yang lulus.

Ada. Ada semua. Sudah kami klarifikasi ke Dikti. Itu karena tim Monev (monitoring & evaluasi) datang mendadak. Sudah diklarifikasi semua.

Baca: Berita Acara Monitoring dan Evaluasi Kinerja Akademik dari Ristekdikti terhadap STIE ISM dan STMIK Triguna Utama

Baca juga artikel terkait IJAZAH PALSU atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Indepth
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Fahri Salam