tirto.id - Perpolitikan nasional semakin memanas usai Partai Nasdem resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal capres yang akan diusung pada Pemilu 2024. Salah satunya, muncul tanda pagar atau tagar #Nasdrun di Twitter. Tagar tersebut merupakan akronim dari Nasdem Kadrun (Kadal Gurun).
Istilah Kadrun muncul saat perhelatan Pilpres 2019. Semula sebutan itu melekat pada para pendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang dikenal dekat dengan kelompok Islam kanan. Namun, stigma itu kemudian mengarah pada Partai Nasdem usai deklarasikan Anies sebagai capres.
Lead Analyst Drone dan Media Kernels, Rizal Nova Mujahid mencatat, setidaknya ada 5.860 tweet yang menyebut kata "Nasdrun". Catatan itu dikumpulkan selama sepekan sejak Anies dideklarasikan menjadi capres oleh Nasdem pada Senin (3/10/2022) hingga Senin (10/10/2022).
“Dari catatan kami, mention tagar #Nasdrun tertinggi ada pada Rabu (5/10/2022) dengan jumlah 2.500 mention," kata Rizal.
Meski demikian, Rizal menemukan cuitan #Nasdrun muncul dari akun palsu atau biasa dikenal dengan 'bot' Twitter.
“Kami melihat akun-akun tersebut memunculkan narasi #Nasdrun dengan bahasa redaksi yang serupa antara sama lainnya. Selain kita teliti juga mereka melakukan unggahan dalam waktu yang hanya terpaut detik dan menit,” ungkapnya.
Dalam temuannya juga disebutkan bahwa tagar #Nasdrun dimunculkan oleh akun-akun yang juga mendukung Presiden Jokowi. Sejumlah akun juga cukup terkenal di dunia Twitter dalam penyampaian narasi. Namun, akun terkenal tersebut tidak diketahui dengan jelas kepemilikan dan dikendalikan oleh siapa.
“Sebut saja ada nama yang terkenal seperti @wagimandeep212, @firzahusein dan nama lain. Namun, belum bisa diidentifikasi kebenarannya,” ujarnya.
Selain itu, narasi Nasdrun juga muncul berbarengan dengan tagar #TangkapAniesBaswedan hingga #TenggelamkanAniesBaswedan.
“Dua tagar itu melekat dengan tagar #Nasdrun," ujarnya.
Pleidoi Nasdem atas Tagar #Nasdrun usai Dukung Anies Jadi Capres
Nasdem tidak menggubris keberadaan tagar #Nasdrun di media sosial. Namun, para pengurus DPP Nasdem menyadari bahwa kehadiran tagar tersebut adalah salah satu risiko mereka menjadikan Anies Baswedan sebagai capres. Mereka menyadari bahwa itu adalah bentuk upaya polarisasi yang telah muncul sejak pemilu sebelumnya.
“Apa yang dilakukan oleh kelompok yang meneror Nasdem dengan Nasdrun itu, kan, sebenarnya menebar kebencian dan rasa takut di dalam kehidupan sosial kita. Secara tidak sadar mereka tengah memelihara polarisasi sosial terus-menerus. Ngaku Bhinneka Tunggal Ika, tapi tidak mau berbeda. Itulah mereka,” kata Ketua DPP Nasdem, Willy Aditya saat dikonfirmasi terkait tagar tersebut.
Meski pihak Nasdem mengakui telah mengetahui siapa dalang di balik tagar #Nasdrun, namun mereka enggan menyebutkannya.
“Tapi karena mereka lagi berkampanye, kami juga pahamlah ini semua akan diarahkan ke mana," ujarnya.
Pihak Nasdem juga enggan menanggapi upaya labelisasi itu terlalu dalam. Mereka lebih memilih fokus dengan upaya dukungan terhadap Anies Baswedan.
“Kalau kata Pak Surya, kalau nawaitu-nya baik, insyaallah semesta ini akan mendukung apa yang kita perjuangkan. Dan kalau semesta ini sudah mendukung, tidak ada yang perlu ditakutkan dan sesali. Terima kasih,” kata Willy mengakhiri.
Tagar Nasdrun dan Upaya Polarisasi Kelompok Jelang Pemilu 2024
Meski tagar #Nasdrun berpotensi menimbulkan polarisasi, namun Rizal meyakini hal itu tidak akan terjadi. Karena hingga berita ini ditayangkan, pihak Nasdem melalui akun media sosial resminya tidak pernah menggubris. Begitu juga dengan akun resmi milik Anies Baswedan dan pendukungnya.
“Percakapan ini tidak menunjukkan adanya pro dan kontra satu sama lain. Karena tidak dijawab oleh akun resmi Nasdem dan pro Anies. Walaupun akun tersebut sering diserang dengan tagar #Nasdrun," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera yang juga disebut sebagai kandidat koalisi Nasdem. Ia menyebut tagar #Nasdrun bukan suatu bentuk polarisasi. Sebab, hanya segelintir orang yang melakukan cuitan itu. Bahkan, menurutnya, tagar tersebut belum terlihat masif didengungkan meski memiliki potensi menjadi sumbu perpecahan.
“Saya yakin itu hanya sekelompok orang yang memancing di air keruh. Bisa dilihat siapa yang memposting, mempopulerkan, dan mengorkestrasi. Kalau organik itu wajar saja, tetapi kalau terorganisir maka itu bisa menjadi polarisasi,” kata dia.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, tagar #Nasdrun menjadi peringatan bagi Nasdem bahwa mereka memiliki pekerjaan berat untuk membangun citra Anies lebih moderat. Karena citra Anies selama menjadi Gubernur DKI, sejak masa kampanye sudah lekat dengan kelompok Islam kanan.
“Nasdem memiliki pekerjaan berat untuk mengerek citra Anies yang selama ini dikenal dengan kelompok Islam kanan 212, menjadi lebih moderat dan bisa diterima oleh banyak pihak,” kata Adi.
Adi menilai langkah Nasdem untuk tidak menyikapi tagar #Nasdrun adalah hal yang tepat. Sebab, semakin diberi tanggapan, maka besar pula potensi perang narasi dan pemicu polarisasi.
“Politisi Nasdem sudah betul tak meladeni ledekan itu dengan serius. Tapi perlu juga menjadikan ini semua sebagai masukan untuk memermak Anies yang selama ini selalu diidentikkan dengan Kadrun bisa berubah total di tangan Nasdem. Terutama dari segi image bisa berubah," ungkapnya.
Di posisi Nasdem, Adi menyebut cukup berat. Karena harus berada di dalam kubu pemerintahan dan juga mendukung Anies yang dikenal berada di kelompok berseberangan.
“Ini masa transisi yang tidak mudah bagi Nasdem untuk diselamatkan,” kata Adi.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz