tirto.id - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai masih belum ada kandidat kuat di Pilkada Jawa Tengah setelah mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, maupun wapres terpilih Gibran Rakabuming Raka.
Hal itu berdasarkan hasil rilis Parameter Politik Indonesia (PPI) tentang kontestasi perebutan kursi gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah periode 2024-2029 dalam survei selama 15-21 Mei 2024 pada 800 responden.
"Setelah Ganjar Pranowo dan Gibran Rakabuming Raka tidak maju Pilkada Jawa Tengah, belum ada lagi tokoh Jawa Tengah yang dikenal luas dan punya modal politik mumpuni di level provinsi," kata Adi dalam rilis survei Pilkada Jateng per Mei 2024 secara daring, Rabu (29/5/2024).
Dalam temuan PPI, popularitas kandidat di Jawa Tengah masih belum mencapai angka minimum untuk memenangkan Pilkada, yakni 75 persen.
Lima tokoh teratas dalam popularitas antara lain eks Wagub Jawa Tengah Taj Yasin (52,1 persen), eks Wali Kota Semarang cum Kepala LKPP Hendrar Prihadi (40 persen), Bupati Kendal cum kader Golkar Dico Ganinduto (38,1 persen), Ketua DPD PKB Jawa Tengah Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf (30,7 persen) dan Bambang Wuryanto (29,5 persen).
Sementara itu, jika dilihat secara terbuka, 5 nama kandidat elektabilitas gubernur jatuh pada Taj Yasin 10,9 persen, Hendrar Prihadi 7,7 persen, Dico Ganinduto 7,1 persen, Gus Yusuf 6,4 persen, Joko Sutopo 2,1 persen dan Bambang Pacul 2 persen. Elektabilitas nama-nama lain yang disebut-sebut berada di bawah itu seperti Kapolda Jateng Irjen Ahmad Lutfi (1,8 persen), Sudaryono (0,7 persen) hingga anak presiden Jokowi cum Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep 0,7 persen.
Sementara itu, dari kalangan tokoh muda, 5 nama paling kuat adalah Dico Ganinduto (9,5 persen), Taj Yasin (3,1 persen), Gus Yusuf (2,4 persen), Kaesang Pangarep (2,3 persen), Sudaryono (2,3 persen) dan Hendrar Prihadi (1,1 persen).
Di sisi lain, dalam aturan 11 nama, 5 nama terkuat antara lain Taj Yasin (16 persen), Gus Yusuf (10,1 persen), Hendrar Prihadi (9,5 persen), Dico Ganinduto (9,2 persen), dan Joko Sutopo (6,1 persen).
Dalam simulasi lima nama juga tidak berubah dan menguat tidak terlalu banyak yakni Taj Yasin (22,7 persen), Gus Yusuf (13,1 persen), Hendrar Prihadi (12,5 persen), Dico Ganinduto (11,9 persen), dan Joko Sutopo (9 persen). Namun, ketika nama Taj Yasin dihapus, lima nama terkuat memiliki elektabilitas berbeda tipis yakni Gus Yusuf 13,7 persen, Hendrar Prihadi 12,6 persen, Dico Ganinduto 12,3 persen, Ahmad Lutfi 10,3 persen dan Joko Sutopo 9,2 persen.
Sementara itu, dalam elektabilitas cawagub secara terbuka, 5 nama teratas adalah Taj Yasin (5,4 persen), Gus Yusuf (2,5 persen), Raffi Ahmad (1,6 persen), Ahmad Lutfi (1,5 persen), dan Sudirman Said (1,4 persen).
Di luar nama itu ada Sudirman Said (1,4 persen), Dico Ganinduto (1,3 persen), Sudaryono (0,6 persen) dan Hendrar Prihadi (0,4 persen). Dalam simulasi tertutup, nama Taj Yasin tetap teratas dengan 14,6 persen. Kemudian disusul Ahmad Lutfi 8,6 persen, Gus Yusuf 7,7 persen, Dico Ganinduto 7,4 persen dan Hendrar Prihadi 6 persen.
PPI juga menemukan persepsi publik untuk pendamping nama-nama yang maju Pilkada. Untuk Taj Yasin, 3 nama terkuat adalah Gus Yusuf (16,9 persen), Dico Ganinduto (11,9 persen) dan Ahmad Lutfi (5,1 persen). Untuk Hendrar Prihadi, tiga nama terkuat adalah Dico (6 persen), Gus Yusuf (5,9 persen) dan Taj Yasin (5,8 persen). Terakhir, pendamping Dico yang paling kuat adalah RAffi Ahmad (8,5 persen), Gus Yusuf (5,7 persen) dan Hendrar Prihadi (4,8 persen).
Dalam simulasi, angka paling tinggi terjadi antara Dico-Raffi melawan Hendrar Prihadi-Taj Yasin dan Gus Yusuf-Sudirman Said. Dico-Raffi mengantongi 28,3 persen sementara Hendrar-Taj Yasin 25,6 persen dan Gus Yusuf-Sudirman Said 16,4 persen.
Oleh karena itu, PPI menilai simulasi yang ada belum menunjukkan ada tokoh kuat maupun pasangan yang mampu memenangkan pilkada Jateng. Setiap kandidat perlu mendorong agar semua kandidat meningkatkan elektabilitas mereka hingga pemilihan.
"Artinya baik secara popularitas maupun elektabilitas, persaingan menuju Puri Gedeh masih terbuka lebar bagi para kandidat. Ketiadaan petahana gubernur dan tokoh kuat level nasional membuat siapapun yang mampu mengoptimalkan mesin pemenangannya untuk meningkatkan popularitas dan akseptabilitas hingga diatas 75,0% dalam 3 bulan kedepan berpeluang lebih besar untuk dapat memenangkan kontestasi Pilkada Jawa Tengah November mendatang," kata Adi.
Hasil survei PPI dilakukan dengan pendekatan multistage random sampling pada 800 responden selama 15-21 mei 2024 di 35 kabupaten kota dan 80 kecamatan. Survei sendiri memiliki nilai margin of error 3,5 persen dengan angka tingkat kepercayaan 95 persen dan quality control dengan lewat spot check pada 30 persen responden.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri