Menuju konten utama

Surplus Neraca Dagang RI jadi Modal Awal Hadapi Tantangan Global

Kementerian Keuangan mengatakan surplus neraca perdagangan pada awal tahun ini merupakan awal yang baik dalam memperkuat resiliensi perekonomian nasional.

Surplus Neraca Dagang RI jadi Modal Awal Hadapi Tantangan Global
Suasana aktivitas bongkar muatan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (15/6/2021). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 3,87 miliar dolar AS di Januari 2023. Surplus ini menjadi capaian selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, surplus neraca perdagangan pada awal tahun ini merupakan awal yang baik dalam memperkuat resiliensi perekonomian nasional. Terutama dalam menghadapi tantangan global ke depan.

"Angka ekspor dan impor masih cukup tinggi, bahkan paling tinggi jika dibandingkan angka pada bulan Januari tahun-tahun sebelumnya,” kata Febrio dalam pernyataannya, Kamis (16/2/2023).

Mengawali 2023, ekspor Indonesia Januari mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik, meningkat sebesar 16,37 persen (yoy) atau mencapai 22,31 miliar dolar AS. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan ekspor baik komoditas migas maupun nonmigas, yang masih masing-masing meningkat sebesar 65,03 persen (yoy) dan 13,97 persen (yoy).

Beberapa komoditas utama yang mendukung positifnya kinerja ekspor di antaranya logam mulia dan perhiasan atau permata serta karet dan barang dari karet.

Ekspor ke negara mitra dagang utama juga tetap mencatatkan pertumbuhan yang kuat. Ekspor produk nonmigas ke China yang mencapai 25,2 persen dari total ekspor non-migas tumbuh sebesar 49,4 persen (yoy).

Diikuti dengan ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN (18,9 persen dari total ekspor nonmigas) dan India (6,5 persen dari total ekspor nonmigas) yang masing-masing tumbuh 17,5 persen, dan 30,5 persen secara tahunan.

"Walaupun PMI Manufaktur beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti China masih ada dalam zona kontraksi, ekspor masih tumbuh tinggi di awal tahun ini,” ujarnya.

Sementara itu, impor Januari 2023 tercatat sebesar 18,44 miliar dolar AS atau tumbuh 1,27 persen (yoy). Dilihat dari penggunaannya, baik impor barang konsumsi, barang modal, dan bahan baku penolong masih tumbuh positif, masing-masing sebesar 1,09 persen (yoy), 5,66 persen (yoy) dan 0,41 persen (yoy).

"Pertumbuhan semua jenis impor yang konsisten positif di semua jenis menunjukkan bahwa aktivitas produksi di dalam negeri masih terus ekspansif yang sejalan dengan indikator PMI yang meningkat di bulan Januari,” lanjut Febrio.

Sementara dilihat dari jenis komoditasnya, impor didominasi oleh komoditas utama, termasuk mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya. Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, neraca perdagangan bulan Januari 2023 mencatatkan surplus sebesar 3,87 miliar dolar AS.

Walaupun demikian, pemerintah tetap mewaspadai potensi tekanan dari perlambatan ekonomi global, sebagaimana tercermin dari masih berkontraksinya PMI Manufaktur negara mitra dagang. Pemerintah akan terus mengupayakan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor, termasuk melalui dorongan hilirisasi sumber daya alam, serta mendorong diversifikasi negara tujuan ekspor, termasuk ke negara-negara potensial.

Baca juga artikel terkait SURPLUS NERACA DAGANG atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin