tirto.id - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi tanda bahwa BBM subsidi akan dinaikkan. Seperti diketahui, suku bunga BI saat ini berada di 3,75 persen dari sebelumnya di 3,50 persen.
"Kenaikan suku bunga acuan sepertinya indikasi bahwa BBM jenis subsidi akan naik dalam waktu singkat. Bukan hanya yang non subsidi disesuaikan dengan harga pasar, tapi BI pre emptives terhadap naiknya Pertalite maupun Solar," ujarnya kepada Tirto, Selasa (23/8/2022).
Bhima menghitung, jika BBM subsidi naiknya 30 persen, maka setelah kenaikan harga bank sentral diperkirakan akan menambah bunga acuan 75-100 Bps sepanjang tahun. Karena saat ini semua sedang menghitung efek naiknya harga BBM subsidi terhadap kurs Rupiah dan inflasi.
"Kenaikan suku bunga juga perlu dicermati efeknya terhadap beban pembayaran bunga yang ditanggung masyarakat dan pelaku usaha. Cost of fund naik, ditambah harga BBM naik, maka konsumsi rumah tangga akan di rem. Imbasnya terjadi kontraksi pada pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Lebih lanjut, Bhima mengatakan indikasi kedua kenaikan ini adalah terkait kekhawatiran berakhirnya booming harga komoditas yang akan memicu pelemahan devisa ekspor yang signifikan. Karena price reversal atau pembalikan arah harga komoditas saat ini cukup membahayakan stabilitas kurs Rupiah.
Terlebih, kata Bhima dolar AS trennya terus menguat. Dolar index naik menjadi 109 atau menguat 13,4 persen year to date. Bakan dia memperkirakan dolar bisa mengamuk dan menekan kurs Rupiah dalam jangka 3-6 bulan ke depan.
"Ini bukan kenaikan suku bunga yang pertama tahun ini, perlu bersiap suku bunga naik secara persisten hingga tahun depan," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang