tirto.id - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyambut hangat kedatangan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang berkunjung ke kantornya di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat pada Senin (22/8/2022).
Pertemuan dua petinggi partai ini terlihat mesra saat Surya Paloh menerima Puan dengan pelukan hangat seperti keluarga sendiri. Kemesraan itu tak segan dia tunjukkan termasuk saat terekam kamera oleh Tim Media Nasdem.
Meski demikian, Paloh tidak menyambut langsung Puan saat turun dari mobil di halaman Nasdem Tower. Paloh mengutus sejumlah pengurus partai Nasdem lainnya seperti Sekjen Johnny G Plate, Ketua DPP Nasdem Willy Aditya hingga putranya Prananda Paloh untuk menjemput Puan. Barulah Puan dihantarkan menuju area jamuan makan di Sky Garden lantai 15 Nasdem Tower dan bertemu dengan Surya Paloh.
Dalam kunjungan itu, Puan juga tak sendiri. Dirinya ditemani oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Ketua Bappilu Bambang Wuryantoro alias Bambang Pacul dan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey beserta sejumlah pengurus PDIP lainnya.
Pada kesempatan itu, Puan berpenampilan berbeda dari pengurus PDIP lainnya yang berseragam warna merah, dia mengenakan baju warna hitam menunjukkan isyarat untuk kompak dengan para pengurus Partai Nasdem yang mengenakan baju biru gelap.
Di hadapan awak media, Paloh menyebut Puan adalah keponakan baginya. Mengingat rentang usianya yang serupa dengan Megawati Soekarnoputri. Selain itu, kilas balik kedekatannya dengan mendiang Taufik Kiemas semasa hidup, maka tak heran Puan disebut keponakannya.
"Mbak Puan ini setelah saya cek punya cek rupanya masih keponakan juga dia. Sehingga hubungan kami masih sangat bisa untuk berkembang ke depan," kata Paloh.
Kepada Puan yang telah dianggap keponakan tersebut, Paloh berseloroh bahwa akan ada potensi menjadi capres baginya melalui jalur Nasdem. Walaupun dalam Rakernas sudah disebutkan tiga nama kandidat capres yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa.
"Sudah ketemu seperti ini masa tidak masuk ke dalam radar. Kalau saya pribadi secara subjektif tidak boleh melarang Mbak Puan untuk maju menjadi capres. Meski belum ada dukungan resmi tetapi pasti akan saya support," terangnya.
"Saya katakan dinamis itu artinya mengutip kembali pepatah lama Inggris kuno, dari gelas ke bibir banyak hal yang akan terjadi," imbuhnya.
Paloh menuturkan bahwa pertemuan dengan Puan dan PDIP di Gondangdia bukan menjadi yang terakhir. Dirinya berjanji akan ada pertemuan lain sebagai bentuk tindak lanjut hasil pertemuan pertama.
"Itulah yang akan kita lihat ke depan. Tadi Mbak Puan sudah mengatakan ini pertemuan awal yang akan ditindaklanjuti, dilihat dan semuanya satu hal yaitu komitmen semata-mata untuk kepentingan bangsa dan negara," ujarnya.
Puan yang memanggil Paloh dengan 'om' mengakui bahwa Nasdem adalah kantor partai yang dia kunjungi dalam safari politik dalam menjalankan amanat Rakernas. Dirinya menyebut dekatnya kantor Nasdem dengan rumah ibunya menjadi alasan target lokasi safari pertama.
"Kebetulan kantor Nasdem ada di belakang rumah ibu saya. Jadi setelah dari rumah ibu saya perjalanan 10 menit sudah sampai sini," ungkapnya.
"Selain itu, pertemuan ini bukan hanya ke Ketua Umum Partai Nasdem tapi juga silaturahmi antara keponakan dengan omnya," terangnya.
Saat disinggung mengenai nama Ganjar Pranowo yang notabene adalah kader PDIP dan diusung oleh Nasdem menjadi capres, Puan enggan menjawab. Ketika Puan ditanya peluangnya untuk mendampingi Anies Baswedan baik sebagai capres atau cawapres. Dia memilih menyerahkannya ke Paloh.
"Kalau itu ditanyanya ke Pak Surya, bukan kepada saya, juga bukan kepada PDIP," ungkapnya.
PDIP yang menjadi partai dengan suara dan pemilik kursi terbanyak di DPR belum memutuskan untuk menentukan nama capres dan koalisi. Walaupun dua koalisi dari partai lain sudah terbentuk.
"Dinamikanya masih berjalan panjang dan hampir kurang lebih 1,5 tahun. Ini perjalanan yang sangat dinamis, dan seperti yang disampaikan oleh Pak Surya apapun masih bisa terjadi. Boleh saja kami berbeda parpol namun kami meyakini tujuan yang akan diambil oleh PDIP dan Nasdem sama yaitu bersepakat untuk menjalankan cita-cita Bung Karno," terangnya.
Makna Pertemuan PDIP-Nasdem: Memadamkan Bara Api Dua Partai?
PDIP yang menjadikan Kantor DPP Partai Nasdem sebagai lokasi kunjungan pertama ternyata memiliki makna sebagai 'gencatan senjata' atas perang dingin yang sebelumnya terjadi antar dua partai pendukung Jokowi tersebut. Terlebih saat Nasdem memutuskan mencalonkan Ganjar Pranowo yang berasal dari PDIP. Padahal partai itu belum mengeluarkan rekomendasi apapun perihal capres.
Akibatnya, kedua partai saling mengirim pesan tersirat melalui pernyataan-pernyataan di media massa. Bahkan sebelumnya Paloh sempat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Pertemuan selama dua jam itu dinilai sejumlah pihak sebagai bentuk 'aksi pamitan'. Namun, hal itu disanggah oleh Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate yang menyebut itu adalah pertemuan kebangsaan.
"Itu adalah pertemuan untuk membahas kebangsaan. Hanya pengamat saja yang menyebut itu sebagai aksi pamit. Padahal kami sudah berkomitmen untuk mengawal kabinet Jokowi-Ma'ruf hingga akhir periode," kata Johnny.
Selain itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengungkapkan bahwa kunjungan PDIP ke Nasdem lebih berfokus untuk memadamkan 'bara api' antara keduanya. Terutama dengan menjadikannya sebagai kantor pertama untuk disambangi dibanding partai lainnya yang secara hubungan lebih baik.
"Hubungan mereka dalam berkoalisi sudah baik dan itu biasa. Mengingat jejak rekam mereka sejak 2012 mendukung Jokowi menjadi presiden," kata Adi saat dihubungi Tirto.
Menurutnya, Nasdem berusaha menjadi kingmaker sehingga melepas diri dan tidak mengekor lagi ke PDIP. Seperti yang telah dilakukan dalam dua periode sebelumnya.
"Nasdem ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki nama capres dan ingin diikuti dan membuat aliansi baru sendiri. Hal itulah yang ingin mereka tunjukkan. Dan itu berhasil dengan adanya banyak ketua umum partai yang datang berkunjung ke kantor partainya," terangnya.
Mengenai nasib hubungan politik dengan PDIP, Adi memprediksikan Nasdem akan lebih menyetir dan tidak ingin pasrah dari periode sebelumnya. Sehingga bila kesepakatan tidak terbentuk, dua partai ini akan berbeda jalan dan haluan.
"Nasdem akan membentuk jalan dan poros baru, apakah akan tetap berkoalisi dengan PDIP, itu yang akan dilihat nanti," ungkapnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Maya Saputri