tirto.id - Bermain boneka ternyata tidak hanya bisa menghibur anak-anak. Boneka juga bisa menjadi salah satu sarana untuk menumbuhkan perasaan empati pada anak-anak.
Fakta tersebut sesuai dengan hasil riset yang diterbitkan jurnal Frontiers in Human Neuroscience, pada awal Oktober 2020. Penelitian tersebut dikerjakan oleh empat peneliti Inggris, yakni satu dari Departemen Psikologi King's College London dan tiga ilmuwan bidang serupa di Cardiff University,
Keempat ilmuwan itu melakukan riset yang mengamati perilaku 33 anak-anak berusia 4-8 tahun selama mereka empat jenis permainan: bermain sendiri dengan boneka; bermain bersama orang lain menggunakan boneka; bermain sendiri memakai tablet; serta bermain bersama orang lain dengan tablet.
Saat melakoni 4 jenis permainan itu, 33 anak-anak diminta menggunakan helm fNIRS (functional Near-Infrared Spectroscopy), untuk mengumpulkan data aktivitas otak mereka selama bermain.
Para peneliti lantas mengidentifikasi aktivitas di tiga bagian utama dalam otak anak-anak tersebut yaitu: sulkus temporal superior posterior (bertanggung jawab di proses sosial dan empati); korteks prefrontal (bertanggung jawab ke fungsi eksekutif atau kontrol perilaku); dan korteks orbitofrontal (terkait dengan pemberian penghargaan pada diri dan pengaruh positif ke kepribadian).
Dari pengamatan terhadap aktivitas tiga bagian otak tersebut, perhatian para peneliti tertuju pada tingginnya "proses sosial dan empati" ketika anak-anak bermain. Proses tersebut terjadi melalui bagian otak bernama Posterior Superior Temporal Sulcus (pSTS).
Mengutip laporan di laman Verywellfamily, salah satu peneliti yang terlibat dalam riset itu sekaligus dosen senior di Fakultas Psikologi Cardiff University, Sarah Gerson menjelaskan, bagian otak anak-anak yang terkait dengan "proses sosial dan empati" terdeteksi aktif saat mereka bermain dengan boneka maupun tablet dengan orang lain, dan ketika memainkan boneka sendirian.
Hasil studi Sarah bersama timnya menunjukkan bagian pSTS lebih aktif saat anak bermain sendiri menggunakan boneka daripada dengan tablet.
"Ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki kesempatan untuk melatih keterampilan interaksi sosial saat bermain dengan boneka, bahkan saat bermain sendiri," kata Sarah.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bermain dengan boneka, baik sendirian maupun bersama orang lain, memberikan dampak positif terhadap kualitas pendidikan usia dini pada anak-anak.
Sebab, anak yang telah mengembangkan empati dan keterampilan sosial sejak dini terbukti dapat memiliki nilai akademik yang lebih baik, bertahan di sekolah lebih lama, dan membuat pilihan yang lebih baik secara keseluruhan. Kesimpulan terakhir berdasarkan penjelasan dari Dr. Michele Borba, ahli Psikologi Pendidikan yang menulis sejumlah buku tentang parenting di publikasi internasional, seperti dilansir Antara.
Saran Bagi Orang Tua di Situasi Pandemi
Orang tua mungkin mengkhawatirkan perkembangan sosial anak-anak karena kurangnya interaksi sosial di situasi pandemi Covid-19 yang membuat banyak anak "terisolasi" dalam waktu lama dan nyaris sulit menerka kapan berakhir.
Di sisi lain, banyak penelitian telah mengungkapkan bahwa bermain boneka memang bermanfaat, tetapi masih belum banyak orangtua yang menyadarinya. Maka, orang tua bisa menerapkan hasil temuan riset di atas. Saran terbaik: tinggalkan gadget dan mulailah mengajak anak-anak bermain bersama dengan boneka.
Banyak boneka dirancang sedemikian rupa untuk mendorong imajinasi anak dan mengembangkan daya kreativitasnya. Anak-anak bisa menciptakan cerita mereka sendiri melalui interaksi dengan boneka.
Seperti pendapat yang diberikan Victoria Richards, seorang ibu dua anak, melalui postingannya di huffpost. Dia mengatakan bahwa temuan ini membuka pandangannya tentang anak-anak bermain boneka. Anak-anak Victoria lebih kreatif dalam berbicara, mendandani, dan bermain peran dengan boneka mereka. Hal ini tentu lebih baik daripada membiarkan anak tiduran sambil melihat gadget.
Penulis: Ita Kunnisa Aniyavi
Editor: Addi M Idhom