Menuju konten utama

Mengenal Terapi untuk Atasi Masalah Anak Susah Makan

Terapi Makan bisa menjadi solusi efektif untuk mengatasi masalah "susah makan" pada anak-anak. 

Mengenal Terapi untuk Atasi Masalah Anak Susah Makan
Ilustrasi anak dengan masalah susah makan. FOTO/istock

tirto.id - Anak susah makan bisa menjadi salah satu masalah klasik yang acap kali dihadapi orang tua. Ini tentu menjadi kegelisahan tersendiri bagi orang tua, apalagi pada usia dini, sangat penting bagi anak-anak mendapatkan asupan gizi seimbang dan teratur demi tumbuh kembangnya.

Terapi Makan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi anak yang memiliki masalah susah makan. Perlu dicatat, Terapi Makan lebih dari sekadar "mengajar anak untuk makan."

Terapis biasanya akan bekerja sama dengan pasien dan keluarganya untuk menentukan sumber kesulitan anak dan mengembangkan terapi yang sangat spesifik untuk membuat seluruh proses makan lebih mudah dan menyenangkan.

Ciri Anak dengan Masalah Susah Makan yang Butuh Terapi

Jika salah satu dari gejala atau ciri-ciri di bawah ini terjadi pada anak saat waktu makan maka orang tua dapat merujuk anak untuk melakukan terapi makan.

Mengutip laman Children's Hospital of Orange County (CHOC Children's), ciri-ciri itu adalah:

  • Kesulitan mengunyah makanan, mereka biasanya menelan makanan secara utuh.
  • Kesulitan menelan makanan atau menolak untuk menelan makanan jenis tertentu.
  • Menolak untuk makan tekstur makanan tertentu atau mengalami kesulitan dalam beralih dari satu tekstur ke tekstur lain (misal: dari pemberian susu botol ke bubur, dari bubur ke makanan padat lunak atau makanan bertekstur campuran).
  • Tergengah-engah, menghindar, atau sangat sensitif terhadap tekstur makanan, suhu dan / atau rasa makanan tertentu.
  • Kesulitan untuk mengontrol dan mengkoordinasikan makanan yang bergerak di sekitar mulut, mengunyah dan mempersiapkan diri saat akan menelan makanan.
  • Rewel atau mudah tersinggung saat menyusu.
  • Anak tampak sesak selama atau setelah menyusui.
  • Sering batuk saat makan.
  • Muntah dan tersedak saat makan.
  • Sering muntah saat atau segera setelah makan atau minum.
  • Menolak atau jarang mencoba makanan baru.
  • Menyingkirkan makanan.
  • Mengalami kesulitan saat beralih dari makan menggunakan tabung lambung (tabung G) ke makan oral.
  • Perilaku negatif pada bayi biasanya terlihat pada saat mereka menangis, melengkungkan tubuh, dan menarik diri saat menghindari makanan. Sedangkan pada anak, mereka menolak makan, mengamuk pada waktu makan, atau tidak ingin terlibat pada saat waktu makan.
  • Bayi menunjukkan tanda-tanda kesulitan mengkoordinasikan pola menghisap, menelan, atau bernapas selama makan dan menyusu.
  • Waktu pemberian makan memerlukan waktu lebih dari 30 menit untuk bayi, dan 30 hingga 40 menit untuk balita atau anak kecil.
  • Anak atau bayi menjadi "pemilih makanan" yang konsisten mau mengonsumsi beberapa jenis makanan saja.

Cara Kerja Terapi Makan

Terapi makan dapat dilakukan di pusat terapi, rumah sakit, atau tempat praktik ahli gizi dan dokter yang menangani bidang tersebut. Pendekatan yang digunakan akan bervariasi, berdasarkan orang yang memberikan perawatan, dan kondisi khusus pada anak.

Dikutip dari NAPA Centre, ada beragam pendekatan untuk terapi makan, termasuk model sensorik, motorik, dan perilaku, yang digunakan untuk menemukan metode yang cocok untuk anak.

Apa pun metode yang digunakan terapis, penting untuk diperhatikan bahwa tidak boleh memaksa makanan masuk ke mulut anak tanpa persetujuan si kecil sendiri.

Pendekatan "mendapatkan izin" menguraikan metode pengobatan berdasarkan prinsip hubungan makan yang sehat dan saling percaya.

Model motorik lisan paling berhasil jika orang dewasa menetapkan tujuan dan mengikuti langkah anak. Ini berfokus pada membaca isyarat anak dan bergerak maju saat anak "memberi izin."

Untuk memulai, anak mungkin diinstruksikan hanya melihat makanannya. Seiring waktu, mereka secara bertahap akan diperkenalkan ke sejumlah langkah yang berikutnya: mencium, menyentuh, menjilat, mencicip, hingga akhirnya mengunyah dan menelan makanan.

Fokus pendekatan ini adalah membantu anak meningkatkan respons fungsional terhadap tekanan dan gerakan, jangkauan, kekuatan, variasi, hingga kontrol terhadap gerakan bibir, pipi, rahang, serta lidah saat makan.

Sedangkan dalam model pendekatan perilaku, sistem penghargaan dapat diterapkan. Misalnya, setiap kali seorang anak menggigit makanan baru, terapis akan memberi mereka stiker. Begitu anak makan seluruh bagian makanan, ia akan diberi hadiah lebih besar, seperti mainan.

Baca juga artikel terkait ANAK SUSAH MAKAN atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom