Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Studi SMRC: AHY & Khofifah Berpotensi Kerek Elektabilitas Anies

Dalam uji statistik ada dua tokoh yang bisa membantu menaikkan suara Anies secara signifikan, yaitu: AHY dan Khofifah.

Studi SMRC: AHY & Khofifah Berpotensi Kerek Elektabilitas Anies
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyapa para relawan saat peresmian relawan IndonesiAnis di Jakarta Convention Centre, Jakarta, Selasa (2/11/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.

tirto.id - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei terbaru yang menyatakan Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memiliki kelebihan untuk menaikkan elektabilitas Anies Baswedan bila menjadi bakal cawapres pada Pilpres 2024.

Hal itu disampaikan Saiful Mujani dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Mengangkat Anies: AHY atau Khofifah?” yang disiarkan pada kanal SMRC di YouTube, Kamis (6/4/2023).

Saiful mengatakan, bila pada Pilpres 2024 merupakan pertarungan tiga calon, yakni Ganjar Prabowo, Anies, dan Prabowo Subianto, kemungkinan akan terjadi dua putaran. Sebab, dari tiga bakal capres itu tidak ada yang mendapatkan dukungan di atas 50 persen.

“Yang paling kuat elektabilitasnya sejauh ini adalah Ganjar. Dia unggul atas Anies maupun Prabowo," kata Saiful.

Ia mengatakan bagaimana cara Anies dan Prabowo agar bisa mengalahkan Ganjar? Saiful menjawabnya dengan hasil data eksperimental yang dilakukan SMRC.

Berdasar studi ekesperimental guna mengetahui pengaruh wakil terhadap elektabilitas Anies, SMRC mengajukan pertanyaan umum yang menjadi variabel kontrol. Salah satunya, pertanyaan kalau Anies berhadapan dengan Ganjar, pilihannya siapa?

Hasilnya, kata dia, 32 persen memilih Anies dan 51 persen memilih Ganjar. Sedangkan, 17 persen lainnya belum menentukan pilihan.

“Ada beberapa nama yang dimasukkan sebagai treatmen wakil presiden Anies dalam studi eksperimental ini," kata Saiful.

Pertama, Airlangga Hartarto karena merupakan ketua umum Partai Golkar. Jika Anies berpasangan dengan Airlangga melawan Ganjar, maka hasilnya adalah Anies mendapatkan suara 35 persen dan Ganjar 47 persen.

“Ada sedikit kenaikan suara pada Anies, namun tidak signifikan secara statistik," ucap Saiful.

AHY, selain sebagai Ketum Partai Demokrat yang mengusung Anies, juga banyak dibicarakan sebagai tokoh yang kemungkinan berpasangan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Jika berpasangan dengan AHY, maka suara Anies menjadi 47 persen dan Ganjar 42 persen.

Lalu, Ahmad Heryawan (Aher) yang merupakan politikus PKS dan mantan Gubernur Jawa Barat. Jika berpasangan dengan Aher, maka suara Anies menjadi 25 persen dan Ganjar 57 persen.

Kemudian, Andika Perkasa. Mantan panglima TNI itu disebut oleh Partai NasDem, sebagai salah satu tokoh potensial pendamping Anies. Jika berpasangan dengan Andika, maka dukungan publik kepada Anies menjadi 38 persen dan Ganjar 47 persen.

Figur berikutnya adalah Khofifah Indar Parawansah, Gubernur Jawa Timur dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Jika berpasangan dengan Khofifah, maka suara Anies menjadi 46 persen dan Ganjar 33 persen.

Selanjutnya, Mahfud MD, menteri senior di Pemerintahan Jokowi dan tokoh NU. Jika berpasangan dengan Mahfud MD, maka dukungan kepada Anies menjadi 32 persen dan Ganjar 48 persen.

Berikutnya, Prabowo Subianto. Jika Anies mengambil Prabowo sebagai cawapres, maka suaranya akan menjadi 35 persen dan Ganjar 52 persen.

Saiful mengatakan ada asumsi karena suara Anies dan Prabowo sama-sama besar sebagai calon presiden, sehingga jika disatukan, maka suara mereka akan sangat besar dan bisa mengalahkan Ganjar.

“Dalam studi ini, hal itu tidak terlihat. Suara mereka jika dipasangkan masih di bawah Ganjar,” kata Saiful.

Saiful mengatakan, penyebabnya kemungkinan irisan yang tebal antara pemilih Prabowo dan Anies, sehingga ketika berpasangan, tidak menambah suara.

Namun, dalam uji statistik ditemukan ada dua tokoh cawapres yang bisa membantu menaikkan suara Anies secara signifikan jika diambil sebagai cawapres melawan Ganjar, yakni AHY dan Khofifah.

“Jika Khofifah dipasangkan dengan Anies, punya probabilitas secara signifikan untuk menaikkan suara Anies. Demikian pula AHY, jika dipasangkan dengan Anies, suara Anies punya peluang untuk naik secara signifikan,” kata Saiful.

Saiful melihat Anies lemah di Jawa Timur. Khofifah sebagai orang yang berpengaruh di Jawa Timur dapat menutupi kekurangan ini. Khofifah sudah beberapa kali teruji kompetitif dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur.

Selain Khofifah, AHY berpotensi menaikkan suara Anies secara signifikan jika dipilih sebagai cawapres melawan Ganjar.

Alasannya, menurut Saiful, karena AHY tidak bisa dipisahkan dari Demokrat dan lebih khusus dengan SBY. SBY merupakan orang Pacitan, Jawa Timur, dan memiliki basis yang sangat kuat di wilayah tersebut.

Kemenangan Demokrat pada Pileg 2009 sekitar 20 persen dan mengalahkan PDIP, lanjut Saiful, adalah karena dukungan yang sangat kuat dari Jawa Timur. Jawa Timur adalah lumbung suara Demokrat ketika itu.

Khofifah dan AHY memiliki basis yang sama-sama kuat di Jawa Timur. Bedanya, lanjut Saiful, Khofifah kuat di basis santri NU yang ada di wilayah Tapal Kuda. Sebaliknya, SBY atau AHY memiliki basis di wilayah Mataraman. Mataraman adalah daerah yang secara tradisional dalam studi antropologis disebut sebagai daerah kaum abangan.

“Dua tokoh ini, Khofifah dan AHY, bisa mengisi kekurangan Anies,” kata Saiful.

Namun, kata Saiful, Khofifah memang memiliki kekuatan elektoral seperti AHY, tetapi tidak punya kekuatan politik untuk membangun koalisi. Khofifah dianggap bukan tokoh partai yang bisa mengarahkan keputusan partai untuk berkoalisi.

Sementara AHY adalah ketua umum Partai Demokrat. Parpol berlambang mercy itu sudah menginginkan agar AHY menjadi bakal cawapres Anies.

“Jika Demokrat mencabut dukungan atau keluar dari Koalisi Perubahan, maka koalisi itu akan bubar," kata Saiful.

Ia menilai, di situlah kekuatan AHY yang tidak dimiliki oleh Khofifah. AHY punya partai sebagai kekuatan politik yang bisa menggenapi Koalisi Perubahan yang mendukung Anies sebagai bakal capres.

Prabowo Vs Ganjar

Sejumlah nama-nama tokoh yang diuji pengaruhnya dalam studi eksperimen SMRC, antara lain adalah Muhaimin Iskandar, Airlangga, Anies, Khofifah, Mahfud MD, dan Puan Maharani.

Dalam variabel kontrol menggunakan pertanyaaan jika pemilihan presiden dilaksanakan sekarang dan yang maju sebagai calon adalah Prabowo berhadapan dengan Ganjar, yang akan ibu/bapak pilih sebagai presiden? Prabowo mendapatkan suara 38 persen, Ganjar 49 persen, dan belum tahu 13 persen.

Jika Prabowo mengambil Muhaimin sebagai cawapres melawan Ganjar, maka suara Prabowo menjadi 42 persen dan Ganjar 38 persen.

Lalu, jika berpasangan dengan Airlangga, maka suara Prabowo menjadi 42 persen dan Ganjar 44 persen. Jika berpasangan dengan Anies, maka dukungan pada Prabowo menjadi 44 persen dan Ganjar 36 persen.

Jika berpasangan dengan Khofifah, suara Prabowo menjadi 49 persen dan Ganjar 35 persen. Jika mengambil Mahfud MD sebagai cawapres, suara Prabowo menjadi 39 persen dan Ganjar 44 persen. Jika berpasangan dengan Puan Maharani, suara Prabowo menjadi 36 persen dan Ganjar 42 persen.

Dalam uji statistik, semua nama yang coba dipasangkan dengan Prabowo sebagai cawapres melawan Ganjar tidak menaikkan suara Prabowo secara signifikan.

Saiful mengatakan tidak ada nama cawapres sejauh ini yang bisa membantu menaikkan suara Prabowo. Prabowo, kata dia, harus bergantung pada dirinya sendiri untuk mengalahkan Ganjar.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Politik
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Abdul Aziz