Menuju konten utama

Studi: Sering Makan Junk Food Bisa Ganggu Memori Otak dalam 1 Pekan

Studi: sering makan Junk Food dapat menyebabkan gangguan memori otak hanya dalam satu minggu.

Studi: Sering Makan Junk Food Bisa Ganggu Memori Otak dalam 1 Pekan
Ilustrasi makanan cepat saji. FOTO/istockphoto

tirto.id - Jika pernah mengalami masalah sulit mengingat suatu kejadian atau memori, bisa jadi penyebabnya karena sering mengonsumsi junk food.

Dalam sebuah studi yang dilakukan peneliti Universitas New South Wales di Australia menunjukkan, diet tinggi lemak dan gula dapat membatasi kemampuan kognitif seseorang setelah hanya satu minggu.

Penemuan ini juga membantu meningkatkan pemahaman tentang bagaimana terjadinya obesitas dan penambahan berat badan secara berlebihan yang mempengaruhi bentuk tubuh, demikian seperti dilansir Medical Daily.

Untuk beberapa waktu, para peneliti mencurigai adanya hubungan antara obesitas dan komplikasi kejiwaan seperti depresi.

Namun, belum jelas apakah kebiasaan makan yang tidak sehat benar-benar memengaruhi otak.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity tahun 2013 ini berusaha mengklarifikasi hal ini dengan mengevaluasi perubahan kognitif pada tikus yang diberi makanan tinggi gula dan lemak.

Selama satu minggu, subyek diberi satu dari tiga rencana makan, yakni diet sehat; diet tidak sehat yang menekankan kue, keripik, dan biskuit; dan diet sehat yang diambil dengan air gula.

Rencana makan pertama dan kedua mewakili kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing. Rencana ketiga adalah diet eksperimental yang bertujuan mengisolasi efek dari asupan gula yang berlebihan.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa pada kelompok perlakuan dan kelompok eksperimen, subjek menunjukkan gangguan kognitif setelah hanya satu minggu.

Kerusakan ini biasanya dimanifestasikan sebagai berkurangnya kemampuan untuk mengenali objek tertentu.

"Apa yang sangat mengejutkan tentang penelitian ini adalah kecepatan kemunduran kognisi terjadi," kata penulis senior Margaret Morris.

Dia menyebutkan, diet sementara yang tinggi gula dan lemak juga mungkin memiliki konsekuensi yang mengkhawatirkan.

"Data awal kami juga menunjukkan bahwa kerusakan tidak terjadi lagi ketika tikus beralih kembali ke diet sehat. Ini sangat memprihatinkan," jelasnya.

Dalam penelitian disebutkan bahwa tikus-tikus tersebut memiliki tanda-tanda peradangan di daerah hippocampal otaknya, yakni pusat otak yang terkait dengan memori spasial.

Ini menunjukkan bahwa respons inflamasi yang dicatat pada orang gemuk mungkin tidak terbatas pada jaringan lemak.

"Kita tahu bahwa obesitas menyebabkan peradangan dalam tubuh, tetapi kami tidak menyadari sampai saat ini bahwa itu juga menyebabkan perubahan pada otak," tambah Morris.

Studi yang melibatkan hubungan makan tidak sehat dengan kondisi kejiwaan bukanlah yang pertama kalinya.

Dalam penelitian sebelumnya dari University of Toronto, peneliti menunjukkan bahwa iklan dan simbol yang terkait dengan McDonald's, restoran Wendys, dan restoran cepat saji lainnya bisa mengganggu kemampuan orang untuk menikmati momen itu.

Menurut peneliti, para perusahaan tersebut dapat menanamkan semacam ketidaksabaran kronis pada pelanggan mereka.

Morris dan rekannya berharap, penelitian mereka tersebut akan membantu lebih banyak orang menyadari banyak konsekuensi dari asupan gula dan lemak yang berlebihan.

"Kami menduga bahwa temuan ini mungkin relevan bagi banyak orang. Nutrisi memengaruhi otak di setiap usia, itu penting ketika kita bertambah tua dan mungkin penting dalam mencegah penurunan kognitif. Orang tua dengan pola makan yang buruk mungkin lebih cenderung mengalami masalah,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait BAHAYA JUNK FOOD atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH