tirto.id - Junk food atau makanan rendah-gizi adalah jenis makanan yang memiliki kandungan kalori, lemak, garam, dan minyak yang tinggi, tetapi kandungan vitamin dan seratnya rendah.
Biasanya junk food juga mengandung berbagai bahan tambahan pangan (BTP) seperti pemanis, perasa dan pengawet.
Junk food yang mengandung lemak dan garam tinggi contohnya adalah hamburger, pizza, ayam goreng, kentang goreng yang penyajiannya tidak disertai buah dan sayur.
Dikutip dariHealth Information for Western Australia, kandungan junk food dalam tubuh orang Australia sebesar: 35 persen dari asupan energi harian orang dewasa (kilojoule) dan 41 persen dari asupan energi harian anak-anak (kilojoule).
Terlalu sering makan junk food dapat menyebabkan peningkatan risiko obesitas dan penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, penyakit hati berlemak non-alkohol dan beberapa jenis kanker.
Berikut bahaya yang ditimbulkan akibat sering mengonsumsi junk food menurut Kemenkes RI
1. Kolesterol tinggi
Kandungan gizi dalam junk food bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Kebanyakan junk food mengandung kalori yang cukup tinggi. Kandungan ini tentu menyebabkan kolesterol meningkat dan akan berdampak pada kesehatan tubuh.
2. Diabetes
Karbohidrat olahan, atau gula tambahan dalam junk food menyebabkan lonjakan dan kemudian menurunkan kadar gula darah Anda. Hal ini menyebabkan resistensi insulin dan hiperglikemia. Sehingga gula tidak disimpan, dan tetap berada dalam aliran darah.
Seiring waktu, penyakit tersebut dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2, yaitu suatu kondisi yang dapat menyebabkan komplikasi kesehatan lainnya.
Melansir Food NDTV, dengan kadar insulin yang lebih tinggi, otak berhenti merespons hormon ini dan menjadi resisten terhadapnya. Ini dapat membatasi kemampuan manusia untuk berpikir, mengingat atau membuat kenangan, sehingga meningkatkan risiko demensia.
3. Penyakit jantung
Junk food memiliki kandungan lemak jahat yang tinggi. Hal ini dapat meningkatkan kolesterol dalam tubuh meningkat.
Menurut American Heart Association, lemak jenuh dan kolesterol meningkatkan kadar kolesterol yang menyebabkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Kelebihan natrium yang ditemukan di sebagian besar makanan olahan dapat meningkatkan tekanan darah serta meningkatkan kemungkinan terkena penyakit jantung.
4. Gangguan ginjal
Selain lemak jahat, junk food juga memiliki kandungan natrium yang cukup tinggi. Kandungan natrium tersebut bisa mempengaruhi kinerja ginjal. Dengan begitu, ginjal tidak bisa berfungsi untuk menyaring racun dalam darah dengan baik.
Dalam penelitian terhadap hewan, menunjukkan bahwa makan makanan cepat saji dapat membahayakan ginjal dengan cara yang mirip dengan diabetes tipe-2.
Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Experimental Physiology tersebut, tikus diberi makan junk food dari cokelat, marshmallow, biskuit, dan keju selama delapan minggu.
Tikus lain diberi makan chow yang mengandung 60 persen lemak selama lima minggu.
Dengan menganalisis kadar gula darah tikus dan fungsi pengangkut gula darah dalam ginjal tikus, para peneliti dapat melihat apa yang terjadi pada ginjal tikus yang makan makanan cepat saji dan makanan berlemak, dibandingkan dengan ginjal tikus dengan diabetes.
5. Kerusakan hati
Bahaya yang cukup mematikan dari junk food adalah kerusakan hati. Mengonsumsi junk food tanpa berolahraga sama halnya dengan orang mengonsumsi alkohol.
Hal ini pula yang menyebabkan jaringan parut dalam hati. Sehingga, hati tidak bekerja secara baik dan optimal.
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok mahasiswa di Linköping University di Swedia, meneliti efek yang ditimbulkan pada hati setelah mengonsumsi junk food tinggi lemak hewan jenuh tanpa diimbangi dengan olahraga.
Para peneliti menemukan bahwa setelah sebulan, terdapat peningkatan kadar enzim hati yang digunakan sebagai indikator kerusakan hati.
6. KenaikanBerat Badan
Sebuah studi tentang makanan cepat saji dan kesehatan jantung yang diterbitkan US National Library of Medicine, menemukan bahwa mengonsumsi makanan cepat saji lebih dari sekali seminggu dikaitkan dengan risiko obesitas yang lebih tinggi.
Sementara makan makanan cepat saji lebih dari dua kali seminggu dikaitkan dengan risiko lebih tinggi sindrom metabolik, diabetes tipe 2 dan kematian akibat penyakit jantung koroner.
Penulis: Ninda Fitria
Editor: Nur Hidayah Perwitasari