tirto.id - Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mewacanakan pemakaian popok anti bocor atau pampers/diaper kepada kuda-kuda di wilayah Malioboro. Wacana popok digulirkan lantaran mendengar keluhan wisatawan bahwa kawasan Malioboro bau pesing.
Sejumlah kusir andong pun menanggapi beragam terkait wacana itu. Salah satu kusir andong, Sri Mandoyo (62), menilai gagasan Hasto sulit direalisasi.
"Kalau kuda, mau di-pampersin enggak bisa," jelas pria 62 tahun itu diwawancarai saat menunggu penumpang, di depan Teras Malioboro, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Kamis (10/4/2025).
Sebagai langkah mengurangi bau pesing akibat kencing kuda, Sri lebih memilih membersihkan lokasi makalnya daripada memakaikan popok. "Pokoknya harus dibersihkan, disaponi. Terus disiram wangi-wangi," sebutnya.
Warga Banyakan, Kelurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul ini menyebut bahwa kuda yang digunakannya untuk menarik andong adalah kuda betina.
Selain alasan tidak memiliki kuda jantan, Sri mengaku, kuda berjenis kelamin betina cenderung lebih mudah ditangani, termasuk dalam penampungan urine saat kuda kencing.
Sri mengatakan, urine kuda betina bisa langsung masuk ke tempat penampungan saat kencing. Pada bagian belakang kuda, dia memasang alat semacam perlak yang mengarahkan kotoran kuda untuk jatuh ke penampungan.
"Nah, kuda jantan enggak bisa ditadahi [urinenya]," lontarnya.
Kusir andong lainnya, Hariyadi (50), mengaku akan menaati aturan yang diterapkan oleh Pemkot Yogyakarta. "Kalau saya manut saja," ucapnya kepada Tirto.
Pria yang sudah menekuni profesi sebagai kusir andong selama 20 tahun ini menyatakan siap, jika harus diminta untuk memasang pampers pada kuda yang menarik andong miliknya. Namun, dia akan sangat bersyukur jika mendapat bantuan dari pemerintah.
"Kalau dibantu alhamdulillah, kalau disuru bikin ya mau," lontarnya.
Menurut Haryadi, penerapan aturan pampers bagi kuda bukan masalah selama diterapkan seragam dan wajib bagi seluruh kusir. Kebijakan ini pula diharapkan mampu menambah daya tarik Kota Yogyakarta.
"Itu untuk kebersihan, kami juga harus jaga kota supaya tamu-tamu nyaman," sebutnya.
Warga Godean Kabupaten Sleman ini mengatakan bahwa sekarang, kotoran kuda miliknya hanya ditampung melalui perlak. "Kencing kadang masuk. Tapi kalau jadi satu [urine kuda dan feses di penampungan] baunya menyengat sekali. Biasanya, kencingnya bisa keluar," jelasnya.
Haryadi juga membeberkan, feses kuda yang tidak bercampur urine pun menguntungkan dirinya secara ekonomi. Sebab dia menampung kotoran kuda kering untuk dijual.
"Kotoran [feses] dibawa pulang ke rumah, ditampung, karena ada yang mau ambil pakai truk. Kalau kering ada yang mau beli," ungkapnya.
Terpisah, Kepala UPT Pengelola Kawasan Cagar Budaya Kota Yogyakarta, Ekwanto, mengaku belum bisa berkomentar terhadap usulan pemasangan pampers bagi kuda andong.
"Mohon maaf, kami belum tahu apakah pampers kuda itu ada atau tidak," ujar Ekwanto, dihubungi Tirto pada Kamis.
Dia kemudian mengajak para pelaku usaha wisata untuk turut menjaga kebersihan destinasi, termasuk di Malioboro.
"Mari semua, pelaku usaha wisata di Malioboro ikut melu handarbeni dan turut menjaga kebersihan Malioboro," tandasnya.
Sebelumnya, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, melontarkan wacana pemasangan pampers bagi kuda andong yang beroperasi di Malioboro. Ide itu muncul, setelah Hasto melihat kiriman foto penampungan kotoran kuda andong.
Dalam foto yang dia terima, feses yang tercampur urine kuda tercecer di luar penampungan yang disediakan oleh kusir.
"Jadi itu perlu [perhatian] betul. Kalau perlu ada pampers kuda," tegasnya.
Hasto mengatakan, idenya itu masih dalam pertimbangan. Sebab dia sendiri, belum menemukan teknologi popok anti bocor untuk kuda.
"Tapi kalau ada pampers kuda, bagus juga," ujarnya.
Terkait dengan operasional andong di jalan Malioboro, Hasto menyebut belum ada pelarangan. Namun ditegaskan, agar aktivitas tetap memperhatikan lingkungan. "Sehingga kami bagaimana akan mengatasi itu," tegasnya.
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Andrian Pratama Taher