Menuju konten utama

Tren Makanan Sehat dan Kebutuhan Informasi Gizi di Kemasan

Survey pengguna Grab aktif di Singapura menunjukkan 77 persen orang Singapura mengonsumsi setidaknya 1 kali makanan sehat setiap 2 atau tiga hari sekali.

Tren Makanan Sehat dan Kebutuhan Informasi Gizi di Kemasan
Ilustrasi makanan sehat. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Tren gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan sehat telah lama menjadi tren masyarakat global. Alasan kesehatan, hidup seimbang, sampai isu ramah lingkungan menjadi faktor orang lebih memilih makanan organik atau menghindari makanan dengan kandungan lemak, karbohidrat, dan gula yang tinggi.

Isu kesehatan seperti yang kita rasakan, semakin menguat saat pandemi menghantam dunia sejak akhir 2019 lalu. Kerentanan dari munculnya virus corona membuat masyarakat secara global semakin memerhatikan asupan yang baik bagi tubuh.

Data Internal Grab terhadap pemakaian layanan pesan makanan di Singapura memperlihatkan bahwa makanan sehat dan vegetarian bukan lagi ceruk kecil dalam industri makanan. Mereka mencatat ada kenaikan yang cukup signifikan sebanyak 4 kali lipat pemesanan makanan sehat di Grab Food pada tahun 2022 jika dibandingkan dengan tahun 2019.

Survey dari 1729 pengguna Grab aktif di Singapura juga menunjukkan 77 persen orang Singapura mengkonsumsi setidaknya 1 kali makanan sehat setiap 2 atau tiga hari sekali. Dan pilihan untuk mengonsumsi itu biasanya adalah pada saat makan siang.

Di Indonesia, survei yang dilakukan oleh NielsenIQ dan Grab dengan lebih dari 13.000 responden, menyatakan 7 dari 10 orang Indonesia ingin rutin mengonsumsi makanan sehat.

Menurut Hadi Surya Koe, Head of Marketing Grab, makanan yang banyak dipesan termasuk jus, sup, salad, sandwich, dan hidangan kukus. Berbeda dengan daftar makanan terpopuler 2021 di Grab yang banyak berasal dari makanan cepat saji, disusul martabak, pizza, bakso, masakan berbahan dasar ayam, nasi goreng, burger, seblak, makanan berbahan mie, dan sate.

Secara global, makanan dengan manfaat yang memberikan energi lebih, dan sedikit berpengaruh pada kelelahan, adalah makanan dan juga minuman yang paling dicari di tahun 2022.

Tren konsumsi kopi misalnya, kini mulai dipertimbangkan bagaimana agar selaras dengan gaya hidup sehat. Kopi di satu sisi adalah pemberi semangat bagi sebagian pekerja, namun juga memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan.

Hasil survei Mintel, The Global Food and Drinks Trend 2023 menunjukkan, sebanyak 66% peminum kopi di Italia sepakat, kopi buruk bagi kesehatan. Dalam laporan tersebut Mintel menyatakan bahwa permintaan akan alternatif kopi atau minuman dengan kafein rendah akan banyak diminati tahun ini.

Minuman sehat juga merambah pada minuman nonalkohol. Food Insight menuliskan bahwa tren minuman tanpa alhokol dikatakan juga akan naik di tahun 2023, dan banyak diminati oleh generasi muda.

Hasil survei Drinkaware pada tahun 2022 menunjukkan 26 persen penduduk Inggris yang berusia 16 hingga 24 tahun sepenuhnya tidak minum alkohol.

Pada Agustus tahun lalu, sebuah laporan dari KAM dan Lucky Saint juga menemukan bahwa hampir sepertiga dari semua kunjungan ke pub kini bebas alkohol. Pasar minuman nonalkohol ini bahkan tercatat telah tumbuh lebih dari 506 persen sejak 2015 dan terus tumbuh serta puncaknya pada tahun 2021.

Pasar makanan sehat 2023 yang fokus pada kesehatan perempuan, menurut Nourish 2023 Trend Report dikatakan juga berpeluang besar.

Pasalnya, data dari Spoonshot, perusahaan riset AI makanan dan minuman yang berbasis di A.S., menunjukkan banyaknya percakapan kesehatan perempuan yang dilakukan secara daring, seputar kesehatan, menopause, kehamilan, penurunan berat badan, dan kesehatan usus.

Secara umum, tren makanan sehat di tahun 2023 masih terus melanjutkan gaya hidup sehat yang dilakukan berbagai kalangan umur, demografi, maupun gender, yang kini lebih memerhatikan kesehatannya.

Tren konsumen untuk memilih makanan sehat ini sudah diprediksi oleh beberapa pihak. Misalnya saja perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan nutrisi, ADM, yang tahun ini meluncurkan panduan mengenai tren konsumen global yang membentuk industri makanan dan minuman di tahun-tahun mendatang.

Perusahaan itu setidaknya mengidentifikasi delapan tren konsumen global yang akan menjadi tren produk dan layanan untuk tahun 2023.

ADM memaparkan bahwa kesehatan emosional, mental, fisik, dan bahkan spritual semakin dilihat konsumen hal yang saling terkait. Hal itu membuat konsumen global akhirnya membuat pilihan yang hati-hati tentang bagaimana mereka mencegah penyakit dan suasana hati dan perasaan melalui makanan yang mereka pilih.

Infografik Tren Makanan Sehat

Infografik Tren Makanan Sehat. tirto.id/Ecun

Rogoh Kantong demi Hidup Lebih Sehat

Di masa pandemi, industri makanan berada dalam tekanan yang luar biasa untuk beradaptasi dengan perubahan pasar. Contohnya saja terkait macetnya logistik dan rantai pasokan akibat ditutupnya perbatasan. Atau, penerapan kebersihan yang ketat dalam produksi makanan sebagai upaya menangkal penyebaran virus corona.

Tapi di sisi lain, World Economic Forum justru menemukan di tengah tantangan tersebut, konsumen malah semakin mencari makanan sehat dan terjangkau. Setidaknya lebih dari 70 persen konsumen ingin lebih sehat dan lebih dari 50 persen memprioritaskan makan sehat sebagai nomer satu dalam daftar mereka.

Survei Grab menunjukkan 70 persen responden di Indonesia, rela mengeluarkan uang lebih untuk makanan sehat untuk menjaga ketahanan tubuh.

Laporan Mintel terkait konsumen di Brazil dan Italia, dua negara dari empat dengan inflasi tertinggi global pada pertengahan 2022 lalu, menunjukkan bahwa mereka tidak segan menempatkan makanan sehat sebagai prioritas.

McKinsey & Company, biro konsultasi manajemen global asal Amerika Serikat pun mengatakan hal yang sama, mengenai kaitan pandemi dan percepatan tren konsumsi makanan sehat.

Survei online yang mereka lakukan terhadap sekitar 8000 konsumen di Amerika Serikat, Inggris Raya, Prancis, dan Jerman setelah pembatasan pandemi dilonggarkan, mencatat beberapa hal.

Separuh responden mengatakan bahwa makan sehat berarti mengurangi konsumsi makanan olahan dan gula. Selain itu juga lemak, garam, dan bagi sebagian mengurangi daging merah.

Sebanyak 40 persen konsumen makan makanan yang lebih segar dan sehat, makan makanan tanpa bahan buatan (33 persen), dan banyak yang memasak di rumah, di mana mereka memiliki kendali lebih besar atas apa yang mereka makan.

Perubahan pola makan ini juga diminati oleh generasi yang lebih muda yakni kelompok usia 18 hingga 24 tahun. Mereka dikatakan melakukan pengurangan konsumsi daging merah, susu, dan gluten.

Anjuran pemerintah seperti yang dilakukan di Kanada, turut ikut andil dalam perubahan gaya hidup sehat.

Pemerintah Kanada dikatakan menganjurkan masyarakatnya terkait berapa besaran alkohol yang dapat dikonsumsi yakni maksimal dua kali setiap minggunya.

Anjuran ini cukup drastis dibandingkan rekomendasi sebelumnya yang dikeluarkan tahun 2011, yakni maksimal 10 kali seminggu untuk wanita, dan 15 kali untuk pria.

“Pesan utama dari pedoman baru ini adalah bahwa alkohol dalam jumlah berapa pun tidak baik untuk kesehatan Anda. Dan jika memang Anda minum alkohol, lebih sedikit akan lebih baik,” kata Erin Hobin, ilmuwan senior di Public Health Ontario dan anggota panel ahli yang mengembangkan pedoman baru ini.

Ilustrasi makanan sehat

Ilustrasi makanan sehat. FOTO/iStockphoto

Kebutuhan akan Informasi Produk

ADM menyebut bahwa ada keingintahuan dari konsumen terkait asal makanan, bahan apa saja yang dimasukkan, siapa yang membuatnya, dan koneksinya dengan para produsennya. Termasuk, mencari tahu apakah produk yang mereka konsumsi ramah lingkungan atau tidak.

Sayangnya, meski ada tren peningkatan pola hidup yang lebih sehat melalui konsumsi makanan dan minuman, konsumen masih mengalami hambatan supaya tetap bisa menjalani gaya hidup tersebut dalam jangka panjang.

Data Mckinsey mencatat, terlepas keinginan untuk mengubah isi piring mereka menjadi lebih sehat, ternyata hampir 50 persen konsumen mengaku kesulitan memahami bagaimana memilih makanan sehat.

Konsumen di Amerika Serikat dikatakan memilih makanan dengan label "natural" dan juga "clean ingredients". Pada survei 2022, mereka mendefinisikan makanan sehat sebagai makanan yang segar, berkadar gula rendah, dan memiliki sumber protein yang baik.

Sedangkan di Jerman, data Mintel menunjukkan justru menunjukkan bahwa 34% responden berumur 16 tahun ke atas tidak percaya dengan informasi gizi berlebihan pada label kemasan produk. Mereka lebih percaya pada produk yang memberikan informasi terkait kebaikan produk yang secukupnya saja pada kemasan.

Memberikan informasi yang sederhana dan mudah dipahami tentang suatu produk dan dampaknya terhadap kesehatan dapat memberikan perbedaan besar bagi konsumen yang ingin belajar.

Hal ini menjadi alasan bagi World Economic Forum mendorong perusahaan makanan untuk mengubah portofolio makanan secara signifikan di tahun-tahun mendatang. Tujuannya, agar lebih banyak persediaan dan pilihan makanan sehat dan bergizi seimbang.

Caranya, dengan memikirkan kembali menu mereka, menambahkan pilihan makanan yang lebih sehat dan berkelanjutan, serta memberikan informasi yang mudah dipahami tentang dampak menu terhadap kesehatan dan lingkungan.

Hal ini memang akan menjadi tantangan sebab bagi banyak perusahaan makanan. Yang berarti perlu mengubah portofolio makanan secara mendasar agar makanan yang tidak hanya sehat dan bergizi, namun juga enak, plus memiliki informasi gizi yang jelas, dapat tersedia secara luas bagi konsumen.

Baca juga artikel terkait TREN GAYA HIDUP atau tulisan lainnya dari MN Yunita

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: MN Yunita
Penulis: MN Yunita
Editor: Lilin Rosa Santi