tirto.id - Tim startup Oculab dari Universitas Indonesia (UI) berhasil masuk babak final 12th Lee Kuan Yew Global Business Plan Competition (LKYGBPC) yang diselenggarakan oleh Singapore Management University (SMU).
Ajang bergengsi dua tahunan ini mempertemukan 60 finalis dari 1.200 universitas di 91 negara.
Oculab menghadirkan terobosan di bidang kesehatan dengan teknologi AI-powered analysis yang dipasang pada mikroskop melalui smartphone.
Teknologi ini mempercepat proses deteksi tuberkulosis (TB) hingga hanya membutuhkan waktu 10 menit dengan tingkat akurasi 87%, sehingga berpotensi besar memperkuat monitoring TB di lapangan, khususnya di wilayah dengan fasilitas medis terbatas.
Tim Oculab sendiri digawangi oleh sejumlah alumni muda dengan latar belakang akademik yang beragam. Mayoritas pendiri berasal dari Universitas Indonesia, yaitu Alifiyah Nur Rochmah Ariandri (Sistem Informasi 2020), Annisa Az Zahra (Sistem Informasi 2021), Dyah Laksmi Mahyastuti (Teknik Elektro 2021), Indri Klarissa Ramadhanti (Sistem Informasi 2019), Luthfi Misbachul Munir (Teknik Komputer 2021), dan Rangga Yudhistira Brata (Sistem Informasi 2021).

Kolaborasi lintas kampus juga memperkuat Oculab dengan hadirnya dua co-founder non-UI, yakni Bunga Aura Prameswari (Ilmu Komputer 2021, Universitas Bina Nusantara) serta Muhammad Rasyad Caesarardhi (Magister Sistem Informasi 2022, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Keberagaman latar belakang pendidikan ini menjadikan Oculab memiliki kekuatan kombinasi keilmuan mulai dari ilmu komputer, sistem informasi, teknik elektro, hingga inovasi kesehatan.
“Kami tertarik pada isu kesehatan setelah melihat langsung teknisi laboratorium yang harus menghitung bakteri secara manual hingga satu jam per sampel. Padahal, Indonesia memproses lebih dari satu juta tes TBC setiap tahunnya, dengan kapasitas laboratorium yang sangat terbatas,” kata Bunga Aura Prameswari, salah satu pendiri start up Oculab ini.
Final 12th LKYGBPC akan berlangsung pada 29 September – 2 Oktober 2025 di kampus SMU, Singapura. Para finalis akan bersaing memperebutkan hadiah senilai lebih dari S$2,5 juta dengan kategori yang mencakup Teknologi Iklim, Transisi Energi, Material Berkelanjutan, Mobilitas Perkotaan, hingga Kesehatan Masyarakat.

Lee Kuan Yew Global Business Plan Competition (LKYGBPC) merupakan kompetisi startup tingkat universitas yang digelar dua tahunan oleh Institute of Innovation and Entrepreneurship, Singapore Management University (IIE SMU).
Mengambil nama dari Perdana Menteri pertama Singapura, Lee Kuan Yew, ajang ini merefleksikan semangat inovasi, visi jangka panjang, serta keberanian dalam berwirausaha.
LKYGBPC menghadirkan talenta muda dari berbagai universitas dunia untuk menawarkan solusi atas tantangan abad ke-21 sekaligus merancang masa depan yang lebih berkelanjutan.
Kompetisi tahun ini mencatat rekor partisipasi global dengan lebih dari 1.500 aplikasi, meningkat 57% dibandingkan 2023. Partisipasi dari Asia melonjak hingga 70%, memperkuat posisi Singapura sebagai salah satu pusat inovasi dan teknologi di kawasan.
“Jumlah peserta yang melonjak mencerminkan peran Singapura yang semakin dianggap sebagai gerbang bisnis dan teknologi di Asia,” kata Shirley Wong, Entrepreneur-in-Residence SMU IIE sekaligus Ketua Dewan Penasihat LKYGBPC.
Selain kompetisi utama, rangkaian acara juga menghadirkan DueAI™ Challenge yang memanfaatkan AI untuk evaluasi startup, Talent Exchange yang mempertemukan mahasiswa dengan startup deep tech, hingga Blaze Mixer Night yang membuka ruang jejaring generasi muda dengan para pendiri usaha rintisan.
Oculab menjadi salah satu representasi inovasi Indonesia yang mendapat panggung internasional dalam ajang kewirausahaan terbesar di Asia ini. Kehadiran mereka di final LKYGBPC menegaskan potensi besar startup berbasis riset kampus dalam menjawab tantangan kesehatan global.
Di balik inovasi tersebut berdiri sekelompok mahasiswa dan alumni muda lintas disiplin ilmu, yang membawa semangat kolaborasi untuk menjawab persoalan kesehatan global dari Indonesia.
“Kami menyadari bahwa ada celah yang bisa kami isi melalui teknologi, untuk membantu menyelamatkan lebih banyak nyawa dan menekan penyebaran TBC di Indonesia. Kami terus mengembangkan produk berdasarkan masukan dari pengguna langsung, dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang paling memahami tantangan ini,” kata Bunga.
Mengenal Startup Oculab

Oculab adalah sebuah aplikasi atau asisten laboratorium cerdas (Smart Lab Assistant) yang dirancang khusus untuk membantu proses deteksi tuberkulosis (TBC/TB) melalui pemeriksaan mikroskopis.
Sistem ini bekerja dengan menghubungkan smartphone ke lensa mikroskop melalui adaptor. Video hasil pemeriksaan akan direkam dan dianalisis menggunakan alat berbasis AI sesuai standar WHO untuk deteksi TBC.
Teknologi inovatif ini mampu memangkas waktu pemeriksaan hingga 75%, dari 40 menit menjadi hanya 10 menit. Sistem telah dilatih menggunakan lebih dari 12.000 anotasi bakteri TBC oleh tenaga medis profesional, serta divalidasi pada lebih dari 1.500 sampel pasien TBC klinis.
Startup ini lahir dari semangat menggabungkan keahlian mikrobiologi dengan teknologi medis modern, sehingga menghasilkan solusi yang lebih cepat, akurat, dan inklusif bagi pemeriksaan TB, terutama di daerah dengan sumber daya terbatas.
Fitur Utama Oculab
Oculab menghadirkan berbagai fitur yang secara nyata mendukung efisiensi pemeriksaan laboratorium. Pertama, aplikasi ini mampu melakukan deteksi bacilli TB secara real-time. Artinya, sistem AI dapat mengenali keberadaan bakteri TB dari citra mikroskopis secara instan, lengkap dengan feedback visual yang memudahkan teknisi maupun dokter.Selain itu, Oculab menghasilkan laporan analisis dalam menyajikan hasil positif atau negatif. Aplikasi ini mampu menampilkan data kuantitatif seperti jumlah bacilli dan analisis bidang pemeriksaan. Hal ini membantu meningkatkan kualitas diagnosis serta mempermudah pemantauan perkembangan pasien dari waktu ke waktu.
Keunggulan lain adalah integrasi dengan perangkat mobile. Oculab dapat dipakai dengan mikroskop standar yang dilengkapi adaptor smartphone. Gambar slide pemeriksaan diambil melalui kamera ponsel, lalu diproses langsung di aplikasi.
Kemudahan ini membuat Oculab tidak hanya cocok untuk laboratorium besar, tetapi juga bisa diakses oleh fasilitas kesehatan kecil di daerah terpencil.
Oculab juga memiliki sistem validasi pakar. Hasil analisis AI dibandingkan dengan interpretasi teknisi laboratorium, sehingga mengurangi risiko kesalahan sekaligus meningkatkan kepercayaan pengguna.
Semua hasil akhirnya dapat dikompilasi dalam laporan otomatis berbentuk PDF yang praktis dibagikan kepada dokter atau pihak medis lain.
Cara Kerja Oculab
Salah satu tim Oculab, Indri Klarissa Ramadhanti menyampaikan teknis cara kerja alat ini adalah dengan aplikasi Oculab yang diinstal di ponsel."Ponsel kemudian bisa dipasang ke mikroskop yang sudah dimiliki oleh lab teknisi. Dan kemudian kita bisa mulai start untuk record sampel dari TB tersebut kemudian sampel tersebut akan dikirimkan ke sistem kami," jelas Indri saat ditemui di ajang kompetisi startup LKYGBPC 2025.
Proses penggunaan Oculab dapat dirangkum dalam empat tahap sederhana. Pertama, tahap capture, yaitu pengambilan gambar slide TB menggunakan smartphone yang dipasang pada adaptor mikroskop. Kedua, tahap process, di mana sistem AI memproses citra tersebut berdasarkan standar deteksi bacilli TB dari WHO.
Selanjutnya, masuk tahap verify, di mana hasil analisis AI dibandingkan dengan pemeriksaan manual oleh teknisi atau pakar.
Terakhir, tahap report, yakni pembuatan laporan otomatis dalam format PDF yang siap digunakan oleh dokter, laboratorium, maupun instansi kesehatan terkait.
Keunggulan dan Manfaat
Oculab diklaim memiliki sejumlah keunggulan penting. Dengan teknologi ini, proses deteksi TB dapat dilakukan lebih cepat (hanya sekitar 10 menit) sehingga diagnosis dan pengobatan bisa segera ditindaklanjuti. Validasi ganda (AI dan teknisi) juga membantu meminimalisasi kesalahan manusia sekaligus meningkatkan akurasi hasil.Jadi diharapkan Oculab mampu membuka akses teknologi kesehatan yang lebih merata. Laboratorium kecil yang sebelumnya terbatas peralatannya kini bisa mengakses analisis berbasis AI hanya dengan kombinasi mikroskop, smartphone, dan adaptor.
Oculab meraih juara 1 pada Youth Innovation EXPO tingkat wilayah Amerika Utara dan mendapatkan sponsor untuk Final Competition di Osaka EXPO 2025. Selain itu, tim juga menjadi 1st Runner-up pada kompetisi Value-Based Health Hackathon di National University of Singapore (NUS), dan mendapatkan sponsor untuk presentasi final di NUS.
Oculab menawarkan visi yang menarik untuk menghadirkan solusi diagnosis TB yang cepat, akurat, terjangkau, dan inklusif. Dengan pendekatan ini, Oculab bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga langkah nyata mendukung misi global untuk menekan angka penyebaran tuberkulosis.
- L'Oréal announces top startups heading to Singapore for 2025 Grand Finale of the biggest Beauty Tech open innovation competition
- The 2025 BPD Singapore Conference Has Concluded Successfully! Jointly Embarking on a New Journey for Global Development
- Singapore Design Firm Completes $800K Office Transformation in Record Time Despite Supply Chain Challenges
Editor: Iswara N Raditya
Masuk tirto.id


































