tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penarikan utang yang dilakukan pemerintah mengalami penurunan 72,5 persen hingga akhir Mei 2022. Penurunan itu membuat kas keuangan negara lebih terlindungi dari guncangan eksternal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penarikan utang yang menurun membuat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih rendah. Rendahnya penarikan utang terjadi karena penerimaan negara tahun ini meningkat akibat kenaikan harga komoditas.
"Defisit tahun ini diperkirakan akan lebih rendah, dan ini terlihat dari jumlah pembiayaan atau penerbitan [penarikan] utang kita yang turun sangat drastis, 72,5 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, di Jakarta, ditulis Jumat (24/6/2022).
Berdasarkan catatannya penarikan utang pada Mei 2022 hanya sebesar Rp91 triliun atau 9,3 persen dari target APBN yang sebesar Rp973,6 triliun. Pertumbuhan ini terkontraksi 72,5 persen (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.
Secara rinci, penerbitan SBN neto hanya Rp75,3 triliun atau minus 78,4 persen (yoy) dari Rp348 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Besarannya baru 7,6 persen dari target Rp991,3 triliun.
Sementara itu, pinjaman neto terealisasi Rp15,7 triliun atau minus 88,8 persen dari target APBN dan turun 193,5 persen (yoy).
"Ini yang menggambarkan sektor pembiayaan utang sedang kita konsolidasikan, disehatkan dengan defisit yang menurun. Ini kombinasi dari penerimaan yang semakin tinggi, belanja relatif kita jaga, dan dengan demikian defisit kita turunkan," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin