Menuju konten utama

Spotify Bakal PHK 590 Karyawan, Ini Alasannya

CEO Spotify, Daniel Ek memastikan akan bertanggung jawab penuh atas pemutusan hubungan kerja tersebut.

Spotify Bakal PHK 590 Karyawan, Ini Alasannya
Spotify. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Perusahaan layanan musik digital, podcast, dan video, Spotify (SPOT) memangkas sebanyak 6 persen atau sekitar 590 karyawan dari total tenaga kerja. Pengurangan karyawan ini tidak lepas dari kondisi ekonomi global yang melambat.

Dalam sebuah surat kepada para karyawan yang diposting di situs web perusahaan, CEO Spotify, Daniel Ek memastikan akan bertanggung jawab penuh atas pemutusan hubungan kerja tersebut. Dia mengklaim langkah ini sulit tapi perlu dilakukan.

"Seperti banyak pemimpin lainnya, saya berharap dapat mempertahankan keuntungan yang kuat dari pandemi dan percaya bahwa bisnis global kami yang luas dan risiko yang lebih rendah terhadap dampak perlambatan iklan akan melindungi kami," kata Daniel dikutip dari CNN, Selasa (24/1/2023).

Dia menyadari terlalu ambisius dalam berinvestasi. Padahal pertumbuhan pendapatan perusahaan bisnis streaming musik yang berkantor pusat di Stockholm ini belum maksimal.

Spotify memiliki sekitar 9.800 karyawan di seluruh dunia pada 30 September 2022. Saham perusahaan ini, yang nilainya telah turun hampir separuhnya dalam 12 bulan terakhir, naik lebih dari 4 persen dalam perdagangan premarket di New York. Harga saham Spotify telah naik 24 persen sejak awal tahun ini, menurut data Refinitiv.

Selama beberapa bulan terakhir, perusahaan-perusahaan teknologi besar dengan cepat membalikkan perekrutan karyawan akibat pandemi yang membuat mereka menambah ribuan pekerja untuk mengimbangi lonjakan permintaan dari rumah tangga dan bisnis untuk layanan seperti belanja online dan konferensi video.

Perusahaan-perusahaan yang sama baru-baru ini melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap tenaga kerja mereka, karena inflasi membebani belanja konsumen dan kenaikan suku bunga menekan pendanaan. Permintaan untuk layanan digital selama pandemi juga berkurang karena orang-orang kembali ke kehidupan offline mereka.

Pemangkasan yang dilakukan baru-baru ini dalam banyak kasus hanya mencapai persentase yang relatif kecil dari keseluruhan jumlah karyawan masing-masing perusahaan. Pada dasarnya menghapus keuntungan tahun lalu untuk beberapa perusahaan sekaligus membuat mereka tetap memiliki jumlah karyawan yang sangat besar.

Keputusan Spotify untuk memangkas sekitar 590 pekerjaan merupakan bagian dari reorganisasi yang lebih luas untuk meningkatkan efisiensi dan mempercepat pengambilan keputusan. Sebagai bagian dari perubahan, pekerjaan teknik dan produk akan dipusatkan.

Spotify melaporkan kerugian sebesar €228 juta atau 248 juta dolar AS pada kuartal keuangan terakhirnya hingga 30 September. Hal itu karena biaya operasional melonjak 65 persen menurut presentasi perusahaan kepada para investor. Pada 2022, biaya operasional tumbuh dua kali lipat dari pendapatan perusahaan.

"Seperti yang Anda ketahui, selama beberapa bulan terakhir kami telah melakukan upaya yang cukup besar untuk mengendalikan biaya, tetapi itu belum cukup," pungkasnya.

Sebelumnya, Induk perusahaan Google, Alphabet, akan memangkas sekitar 12.000 karyawan atau sekitar 6 persen dari total keseluruhan pegawainya. Pemangkasan ini disebabkan akibat lini bisnis iklan digital perusahaan yang belakangan mengalami penurunan.

CEO Alphabet, Sundar Pichai mengatakan, karyawan AS yang terkena dampak akan tetap berada dalam daftar gaji perusahaan selama 60 hari. Mereka juga bakal menerima setidaknya 16 minggu gaji sebagai pesangon, di samping tunjangan-tunjangan lainnya.

Alphabet telah menambah lebih dari 50.000 karyawan selama dua tahun terakhir karena melonjaknya permintaan atas layanannya selama pandemi sehingga meningkatkan laba.

Namun dalam beberapa kuartal terakhir, bisnis iklan digital inti perusahaan telah melambat karena pelemahan ekonomi dan kekhawatiran resesi menyebabkan pengiklan mengurangi pengeluaran mereka.

"Selama dua tahun terakhir kita telah melihat periode pertumbuhan yang dramatis. Untuk menyamai dan mendorong pertumbuhan tersebut, kami mempekerjakan karyawan yang berbeda dengan realitas ekonomi yang kita hadapi saat ini," katanya dilansir dari CNN, Senin (23/1/2023).

Baca juga artikel terkait SPOTIFY atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin