tirto.id - Sampai dengan Selasa, 6 April 2021 malam, korban meninggal akibat banjir bandang dan longsor di Pulau Adonara, Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 50 orang. Hal itu disampaikan oleh Bupati Flores Timur Anthon Hadjon.
"Sore tadi satu korban ditemukan lagi berjenis kelamin wanita sehingga jumlah korban yang meninggal akibat banjir bandang mencapai 50 orang," kata Anthon seperti diwartakan Antara, Selasa malam (6/4).
Menurut Anthon, total ada 72 orang yang dinyatakan hilang, tapi sudah ditemukan 50 orang. Dia bilang, sampai saat ini petugas masih mencari 22 orang lagi. Dalam melakukan pencarian itu, kata dia, warga dibantu oleh anggota TNI dan Polri di NTT.
Salah satu kendala dalam melakukan pencarian itu, kata dia, pihaknya terkendala alat berat seperti eksavator.
"Kita memang butuh alat berat untuk mencari korban yang hilang, sebab banyak tumpukan di mana-mana akibat banjir bandang itu," ungkap Anthon.
Namun demikian, kata Anthon, pihaknya sudah berupaya mendatangkan eksavator sejak hari pertama banjir bandang yakni pada Minggu, 4 April lalu. Tapi, karena cuaca masih buruk sehingga tak jadi. Anthon berharap ada bantuan alat berat lain yang dapat membantu penanganann di daerah itu.
Untuk jumlah pengungsi, ia bilang, sampai saat ini mencapai 200-an orang yang tersebar di desa Nelelamadiken, Waiburak, dan di Ile Boleng.
Pembenahan Listrik
Badai siklon tropis Seroja yang menghantam Nusa Tenggara Timur (NTT) telah melumpuhkan jaringan listrik. Untuk memulihkannya, Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun mengerahkan 413 personel.
"Sampai dengan hari ini, PLN mengerahkan 413 personil terjun langsung memperbaiki 315 Gardu yang tersebar di NTT," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur Agustinus Jatmiko seperti diwartakan Antara.
Ia mengatakan, sampai dengan pukul 17.00 WITA, para teknisi sudah memulihkan 786 gardu listrik yang terdampak banjir. Maka daripada itu, total ada 100.933 pelanggan rumah tangga yang listriknya sudah kembali seperti sedia kala.
"Pada daerah yang terendam banjir, kami terpaksa memadamkan sementara listrik dan segera menormalkanya setelah banjir surut," kata Agustinus Jatmiko.
Menurut dia, pemadaman listrik di wilayah banjir dilakukan supaya warga tidak tersengat listrik yang merambat lewat air.
Total ada 3.983 gardu yang padam karena badai siklon tropis. Gardu itu tersebar di Kupang, bagian barat Flores, bagian timur Flores, dan Sumba padam.
Namun, badai itu juga menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur kelistrikan. Akan tetapi, saat ini PLN sudah mulai menyalakan listrik di Kota Kupang secara bertahap. Daerah yang sudah menyala antara lain: kawasan Wali Kota, Ainiba, jalan Nangka, BTN Kolhua, sebagian Oebufu, Oepui, sebagian Cak Doko, Telkom Kandaptrapton, dan Telkom Public Service.
"PLN terus mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap bahaya kelistrikan dan bersabar untuk penormalan kelistrikan," kata Agustinus Jatmiko.
Editor: Iswara N Raditya