tirto.id - Hujan deras disertai petir dan angin kencang menerjang Kupang dan daerah lain di Nusa Tenggara Timur (NTT) karena dampak siklon tropis Seroja mulai Minggu (4/4/2021).
Akibatnya banjir, tanah longsor hingga pohon tumbang terjadi di sejumlah wilayah di Kupang dan menyebabkan kerusakan yang cukup parah di beberapa lokasi.
Hingga Senin (5/4/201) malam, korban meninggal di NTT mencapai 84 orang dan sekitar 71 orang masih dalam pencarian.
Menanggapi bencana tersebut, sebagai bentuk solidaritas, banyak warga Indonesia yang menggaungkan tagar #PrayForNTT dan #SolidaritasUntukNTT di Twitter.
Apa Arti #PrayForNTT?
#PrayForNTT sebenarnya adalah gerakan yang dilakukan oleh sejumlah Non-Govermental Organization (NGO), komunitas dan influencer untuk melakukan penggalangan dana terhadap NTT terkait bencana tersebut.
Tagar yang artinya “Doa untuk NTT” itu dibuat untuk mengajak seluruh masyarakat Indonesia ikut serta menggalang dana, atau menyumbang baik sandang atau pangan untuk para korban bencana di NTT.
Cara Respons Terhadap Bencana yang Terjadi
Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
- Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan ketika sedang dalam ancaman potensi bencana.
- Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi bencana.
- Tahap pasca bencana yang dalam saat setelah terjadi bencana.
Tahap Pencegahan dan Mitigasi
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta menanggulangi resiko bencana.
Rangkaian upaya yang dilakukan dapat berupa perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural maupun kultural (non struktural).
Secara struktural upaya yang dilakukan untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah rekayasa teknis bangunan tahan bencana.
Sedangkan secara kultural upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah dengan cara mengubah paradigma, meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga terbangun masyarakat yang tangguh.
Mitigasi kultural termasuk di dalamnya adalah membuat masyarakat peduli terhadap lingkungannya untuk meminimalkan terjadinya bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
- Membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana.
- Pembuatan alarm bencana.
- Membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu.
- Memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana.
Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada tahap ini alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera terjadi.
Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut.
Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari Rencana Kontinjensi.
Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi.
Rencana Kontinjensi berarti suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut.
Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan antara lain:
- Menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan dan pelatihan personel.
- Menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
- Melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa bencana terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi.
Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara lain:
- Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
- Jangan panik.
- Untuk bisa menyelamatkan orang lain, Anda harus dalam kondisi selamat.
- Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa pun.
- Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri.
Editor: Nur Hidayah Perwitasari