Menuju konten utama

SiPEPEK Pemkab Cirebon Viral & Nama Aplikasi Nyeleneh Lainnya

Sederet aplikasi milik pemerintah yang menggunakan nama nyeleneh mulai dari SiPepek, Sisemok, hingga SISKA KU INTIP.

SiPEPEK Pemkab Cirebon Viral & Nama Aplikasi Nyeleneh Lainnya
Ilustrasi Perilaku Warganet Indonesia. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Belakangan ranah sosial media dihebohkan dengan nama aplikasi milik pemerintah daerah yang menggunakan akronim bernada seksualitas. Salah satu yang paling menyedot perhatian adalah SiPEPEK dari Pemkab Cirebon dan beberapa nama aplikasi nyeleneh lainnya.

Aplikasi SiPEPEK milik Pemkab Cirebon ini merupakan kependekan kata dari Administrasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Aplikasi ini dirilis oleh Dinas Sosial Kabupaten Cirebon untuk mempermudah masyarakat dalam mengurus administrasi bantuan sosial.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Cirebon, Dra Indra Fitriani MM mengatakan, penggunaan nama “pepek” adalah salah satu cara mereka untuk menunjukkan rasa cinta terhadap bahasa daerah.

“Nama SiPEPEK sendiri adalah wujud kecintaan kami terhadap bahasa daerah Cirebon. Di mana ‘pepek’ dalam bahasa Cirebon berarti lengkap atau semuanya ada,” jelas Indra Fitriani pada Selasa (2/7/2024) dikutip laman resmi Pemkab Cirebon.

Meski Pemkab Cirebon menjelaskan bahwa pengguna kata “pepek” itu merujuk kata dalam bahasa daerah setempat yang berarti lengkap. Namun, masyarakat luas kadung menilai penggunaan kata “pepek” itu tidak seharusnya menjadi nama sebuah aplikasi program pemerintah.

Pasalnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pepek memiliki arti “kemaluan perempuan”.

Indara Fitriani mengatakan bahwa pihaknya memahami bahwa kata “pepek” mungkin memiliki konotasi yang berbeda di wilayah lain. Namun, mereka tetap menggunakan nama tersebut karena nama ini dipilih dengan niat baik dan penuh makna positif bagi masyarakat Cirebon.

Daftar Nama Aplikasi Nyeleneh Lainnya Milik Pemerintah

SiPEPEK milik Pemkab Cirebon bukanlah satu-satunya aplikasi pemerintah daerah yang memiliki nama nyeleneh, ternyata ada sederet nama aplikasi yang menggunakan istilah kata tak wajar, antara lain.

1. Simontok

Simontok adalah singkatan dari Sistem Monitoring Stok dan Kebutuhan Pangan Pokok yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Solo atau Surakarta.

Simontok adalah aplikasi berbasis web yang berguna untuk melakukan monitoring stok dan kebutuhan pangan di wilayah Surakarta.

Aplikasi ini menyajikan 21 pilihan komoditas seperti beras, jagung, kedelai, telur, ikan, bawang putih, dan lain sebagainya.

Bila dilihat di KBBI, montok memiliki arti gemuk berisi, gemuk padat, sintal. Kata ini juga digunakan untuk merujuk tentang buah dada yang besar dan berisi.

2. Sisemok

Sisemok atau Sistem Informasi Organisasi Kemasyarakat, platform berbasis web ini diluncurkan oleh Pemkab Pemalang.

Sisemok digunakan untuk melayani masyarakat yang ingin melakukan pengajuan terkait partai politik, ormas, dan yayasan di wilayah tersebut.

Aplikasi tersebut dibuat saat masa Covid-19, sebagai upaya untuk mempercepat proses pelayanan tanpa harus melakukan kontak langsung.

KBBI mendefinisikan semok sebagai kembung atau gembong, dapat juga berhubungan tentang pipi orang yang gemuk.

3. SISKA KU INTIP

Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti – Plasma (SISKA KU INTIP) adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan.

Aplikasi ini bertujuan meningkatkan pendapatan peternakan dan perkebunan khususnya pada komoditas sawit dan sapi potong. Program ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pelestarian lingkungan.

SISKA KU INTIP tercatat pernah mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Satya Lencana Wirakarya 2024 dari Presiden RI yang diserahkan kepada Gubernur Kalsel Bidang Pertanian.

Nama yang dipilih cukup nyeleneh, sebab nama Siska sendiri dihubungkan dengan pemeran dalam video porno di Indonesia yang beberapa waktu lalu sempat berurusan dengan kepolisian karena kasus video porno. Kata “intip” juga cukup menggelitik karena menurut KBBI berarti melihat dengan cara sembunyi-sembunyi.

4. SiCantik

SiCantik atau Sistem Pencatatan Kehadiran & Kinerja adalah aplikasi yang dimiliki Pemkab Bogor. Sesuai dengan nama lengkapnya, SiCantik berfungsi untuk mencatat kehadiran dan kinerja ASN di wilayah Kabupaten Bogor.

Aplikasi berbasis web ini bisa diakses di laman resmi Kabupaten Bogor, tapi tidak semua orang dapat mengaksesnya, sebab SiCantik hanya bisa digunakan oleh ASN.

Kata cantik menurut KBBI memiliki arti molek dan elok yang kerap dipadankan dengan wajah dan muka perempuan.

5. Siganteng

Siganteng merupakan akronim dari Sistem Informasi Ketenagalistrikan Jawa Tengah (Jateng). Siganteng adalah aplikasi berbasis web besutan Pemprov Jateng.

Aplikasi ini digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah untuk mengajukan perizinan terkait ketenagalistrikan.

Kata ganteng adalam KBBI dipadankan dengan tampan, yang secara khsusu diartikan sebagai elok dan gagah berkaitan tentang perwakan dan wajah khusus untuk laki-laki.

6. Sithole

Sistem Informasi Konsultasi Hukum Online Pengadilan Negeri Semarang (SITHOLE) adalah aplikasi berbasis web yang digunakan untuk mendapatkan layanan umum secara online.

Layanan umum yang dimaksud termasuk mengajukan pertanyaan melalui teks, panggilan suara, atau panggilan video.

Warganet mengaitkan penamaan Sithole dengan kemiripan kata dari bahasa Inggris yang bermakna lubang anus. Namun demikian, si tole juga kerap digunakan untuk menyebut anak laki-laki dalam bahasa Jawa.

7. i-Pubers

Integrasi Pupuk Bersubsidi alias i-Pubers adalah aplikasi milik Kementerian Pertanian (Kementan) yang bekerjasama dengan PT Pupuk Indonesia (Persero).

i-Pubers dibuat guna mengoptimalisasi penyaluaran pupuk bersubsidi kepada masyarakat. Aplikasi ini dikatakan memungkinkan setiap transaksi penebusan pupuk bersubsidi tercatat secara langsung atau real-time.

Penamaan i-Pubers terbilang cukup nyeleneh karena mirip dengan kata pubertas yang menurut KBBI bermakna masa akil balig atau masa remaja.

Baca juga artikel terkait PROFIL atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra