tirto.id - Koordinator KontraS, Fatia Maulidiyanti menyebut pengungkapan sosok pembunuh Munir Said Thalib oleh hacker Bjorka semestinya menjadi momentum untuk menuntaskan kasus kematian aktivis HAM tersebut.
"Negara itu harusnya merasa terpukul atas ketidakbenaran yang tidak diungkap secara resmi oleh negara tetapi malah diungkap oleh hacker," kata Fatia dalam konferensi persnya di kantor KontraS, Selasa, 13 September 2022.
Ia mengatakan pemerintah khusunya Presiden Jokowi seharusnya membentuk tim untuk mencari dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) kasus pembunuhan Munir, bukan tim untuk memburu Bjorka.
"Dengan adanya hal ini (peretasan Bjorka yang menyebut sosok pembunuh Munir) Jokowi bukan malah membuat tim untuk mengejar Bjorka, tapi Jokowi harusnya membuat tim untuk mencari di mana dokumen TPF," kata Fatia.
Fatia menyebut dokumen TPF kasus pembunuhan Munir sangat penting untuk dikembalikan dan segera diumumkan kepada publik agar para aktor kejahatan HAM dapat segera diadili.
"Segera selesaikan dan memerintahkan Kejagung atau Kepolisian untuk melakukan PK (peninjauan kembali) atau melakukan sebuah pencarian dokumen atas dokumen TPF itu sendiri, agar kasus bisa dibuka kembali dan Muchdi bisa kembali diperiksa sebagai salah satu tersangka," papar dia.
Fatia menyebut bahwa selain nama Muchdi, sebenarnya TPF juga menyebutkan nama mantan Kepala BIN AM Hendropriyono. TPF beberapa kali pernah memanggil AM Hendropriyono. Namun yang bersangkutan tidak pernah memenuhi undangan dan bersikap tidak kooperatif atas semua panggilan yang dilayangkan TPF.
TPF juga pernah merekomendasikan kepada Presiden agar memerintahkan Kapolri saat itu untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap sejumlah nama, antara lain: AM Hendropriyono, Muchdi PR, Bambang Irawan, Indra Setyawan, dan Ramelga Anwar, namun demikian upaya tersebut kandas.
Fatia menegaskan tidak tersentuhnya aktor yang diduga terlibat dalam pembunuhan Munir menunjukkan adanya impunitas hukum.
Penulis: Fatimatuz Zahra
Editor: Fahreza Rizky