Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Siapakah Nabi Khidir dan Bagaimana Kisahnya dalam al-Quran?

Siapa itu Nabi Khidir? Dan bagaimana kisahnya disebutkan dalam Al-Qur'an?

Siapakah Nabi Khidir dan Bagaimana Kisahnya dalam al-Quran?
Ilustrasi Nabi. tirto.id/Fuad

tirto.id - Nabi Khidir As. merupakan salah satu orang yang dipilih Allah SWT untuk menerima wahyu-Nya.

Nabi Khidir As. tidak diketahui asal-usul, siapa orang tua, kapan dilahirkan, hingga waktu wafatnya.

Meskipun demikian, Nabi Khidir As. diceritakan dalam Al-Qur’an ketika pertemuannya dengan Nabi Musa As.

Allah SWT memiliki para nabi yang memiliki tugas mengajarkan syariat para rasul sebelumnya.

Jumlah nabi Allah SWT begitu banyak hingga ratusan ribu. Dalam sebuah riwayat hadis dari Abu Dzar, Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut:

Aku berkata, ‘wahai Rasulullah, ada berapa jumlah Nabi?’ Rasulullah menjawab, ‘Nabi ada 120.000 orang.’ Aku berkata, ‘wahai Rasulullah, ada berapa jumlah Rasul?,’ Rasulullah menjawab, ‘Rasul ada 313 orang, mereka sangat banyak,” (HR. Ibnu Hibban No.361).

Nabi-nabi Allah SWT beberapa dikisahkan dalam Al-Qur’an, salah satunya Nabi Khidir As. Nama Nabi Khidir diambil dari kata khadr dalam bahasa Arab yang berarti hijau.

Penamaan tersebut menurut riwayat dari Imam Bukhari melalui Abu Hurairah, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda suatu ketika Nabi Khidir As. duduk di atas bulu yang putih. Kemudian, warna bulu itu tiba-tiba berubah menjadi hijau.

M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2007), menuliskan bahwa penamaan khidr adalah simbol keberkahan yang dimiliki manusia pilihan seperti Nabi Khidir As.

Bagaimana Kisah Nabi Khidir As. dalam Al-Qur’an?

Nabi Khidir As. disebutkan dalam Al-Quran sekali pada Surah Al-Kahfi ayat 60-82.

Dikutip dari jurnal Struktur Naratif cerita Nabi Khidir dalam Al-Qur’an (2011) tulisan M. Faisol, dijelaskan bahwa rangkaian cerita Nabi Khidir As. dalam Surah Al-Kahfi ayat 60-82 dibagi menjadi beberapa rangkaian sebagai berikut:

  • Pertemuan Nabi Khidir As. dengan Nabi Musa As.
  • Nabi Musa As. meminta Nabi Khidir As. menjadi gurunya.
  • Nabi Khidir As. memberi pelajaran kepada Nabi Musa As.
  • Nabi Khidir As. memutuskan meninggalkan Nabi Musa As.
Cerita pertemuan Nabi Khidir As. dengan Nabi Musa As. dalam Surah Al-Kahfi ayat 60-82 dapat dilihat sebagai berikut:

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا ٦٠

Artinya: “[Ingatlah] ketika Musa berkata kepada pembantunya, ‘Aku tidak akan berhenti [berjalan] sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan [terus sampai] bertahun-tahun,” (QS. Al-Kahfi [18]: 60).

فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا ٦١

Artinya: “Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lupa ikannya, lalu [ikan mereka] melompat mengambil jalan ke laut itu,” (QS. Al-Kahfi [18]: 61).

فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتٰىهُ اٰتِنَا غَدَاۤءَنَاۖ لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا ٦٢

Artinya: “Ketika mereka telah melewati [tempat itu], Musa berkata kepada pembantunya, ‘Bawalah kemari makanan kita. Sungguh, kita benar-benar telah merasa letih karena perjalanan kita ini,” (QS. Al-Kahfi [18]: 62).

قَالَ اَرَاَيْتَ اِذْ اَوَيْنَآ اِلَى الصَّخْرَةِ فَاِنِّيْ نَسِيْتُ الْحُوْتَۖ وَمَآ اَنْسٰىنِيْهُ اِلَّا الشَّيْطٰنُ اَنْ اَذْكُرَهٗۚ وَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ عَجَبًا ٦٣

Artinya: “Dia [pembantunya] menjawab, ‘Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa [bercerita tentang] ikan itu dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya, kecuali setan. [Ikan] itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh,” (QS. Al-Kahfi [18]: 63).

قَالَ ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِۖ فَارْتَدَّا عَلٰٓى اٰثَارِهِمَا قَصَصًاۙ ٦٤

Artinya: “Dia [Musa] berkata, ‘Itulah yang kita cari.’ Lalu keduanya kembali dan menyusuri jejak mereka semula,” (QS. Al-Kahfi [18]: 64).

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا ٦٥

Artinya: “Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami,” (QS. Al-Kahfi [18]: 65).

قَالَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا ٦٦

Artinya: “Musa berkata kepadanya, ‘Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku [ilmu yang benar] dari apa yang telah diajarkan kepadamu [untuk menjadi] petunjuk?’”(QS. Al-Kahfi [18]: 66).

قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا ٦٧

Artinya: “Dia menjawab, ‘Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku,” (QS. Al-Kahfi [18]: 67).

وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلٰى مَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ خُبْرًا ٦٨

Artinya: “Bagaimana engkau akan sanggup bersabar atas sesuatu yang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentangnya?’” (QS. Al-Kahfi [18]: 68).

قَالَ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ صَابِرًا وَّلَآ اَعْصِيْ لَكَ اَمْرًا ٦٩

Artinya: “Dia [Musa] berkata, ‘Insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun,’” (QS. Al-Kahfi [18]: 69).

قَالَ فَاِنِ اتَّبَعْتَنِيْ فَلَا تَسْـَٔلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ حَتّٰٓى اُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا ࣖ ٧٠

Artinya: “Dia berkata, ‘Jika engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang apa pun sampai aku menerangkannya kepadamu,’” (QS. Al-Kahfi [18]: 70).

فَانْطَلَقَاۗ حَتّٰٓى اِذَا رَكِبَا فِى السَّفِيْنَةِ خَرَقَهَاۗ قَالَ اَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ اَهْلَهَاۚ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا اِمْرًا ٧١

Artinya: “Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika menaiki perahu, dia melubanginya. Dia [Musa] berkata, ‘Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat suatu kesalahan yang besar,’” (QS. Al-Kahfi [18]: 71).

قَالَ اَلَمْ اَقُلْ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا ٧٢

Artinya: “Dia berkata, ‘Bukankah sudah aku katakan bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?’” (QS. Al-Kahfi [18]: 72).

قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا نَسِيْتُ وَلَا تُرْهِقْنِيْ مِنْ اَمْرِيْ عُسْرًا ٧٣

Artinya: “Dia [Musa] berkata, ‘Janganlah engkau menghukumku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebaniku dengan kesulitan dalam urusanku,’” (QS. Al-Kahfi [18]: 73).

فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً؈ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُّكْرًا ۔ ٧٤

Artinya: “Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika berjumpa dengan seorang anak, dia membunuhnya. Dia [Musa] berkata, ‘Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau benar-benar telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar,’” (QS. Al-Kahfi [18]: 74).

۞ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا ٧٥

Artinya: “Dia berkata, ‘Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?’” (QS. Al-Kahfi [18]: 75).

قَالَ اِنْ سَاَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍۢ بَعْدَهَا فَلَا تُصٰحِبْنِيْۚ قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَّدُنِّيْ عُذْرًا ٧٦

Artinya: “Dia [Musa] berkata, ‘Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas [yang wajar dalam] memberikan uzur [maaf] kepadaku,’” (QS. Al-Kahfi [18]: 76).

فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰىٓ اِذَآ اَتَيَآ اَهْلَ قَرْيَةِ ِۨاسْتَطْعَمَآ اَهْلَهَا فَاَبَوْا اَنْ يُّضَيِّفُوْهُمَا فَوَجَدَا فِيْهَا جِدَارًا يُّرِيْدُ اَنْ يَّنْقَضَّ فَاَقَامَهٗ ۗقَالَ لَوْ شِئْتَ لَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ اَجْرًا ٧٧

Artinya: “Lalu, keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai ke penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka tidak mau menjamu keduanya. Kemudian, keduanya mendapati dinding (rumah) yang hampir roboh di negeri itu, lalu dia menegakkannya. Dia [Musa] berkata, “Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu,’” (QS. Al-Kahfi [18]: 77).

قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَۚ سَاُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا ٧٨

Artinya: “Dia berkata, ‘Inilah [waktu] perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya,” (QS. Al-Kahfi [18]: 78).

اَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسٰكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى الْبَحْرِ فَاَرَدْتُّ اَنْ اَعِيْبَهَاۗ وَكَانَ وَرَاۤءَهُمْ مَّلِكٌ يَّأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبًا ٧٩

Artinya: “Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja [zalim] yang mengambil setiap perahu [yang baik] secara paksa,” (QS. Al-Kahfi [18]: 79).

وَاَمَّا الْغُلٰمُ فَكَانَ اَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِيْنَآ اَنْ يُّرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَّكُفْرًا ۚ ٨٠

Artinya: “Adapun anak itu [yang aku bunuh], kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan kufur,” (QS. Al-Kahfi [18]: 80).

فَاَرَدْنَآ اَنْ يُّبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكٰوةً وَّاَقْرَبَ رُحْمًا ٨١

Artinya: “Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya [dengan seorang anak lain] yang lebih baik kesuciannya daripada [anak] itu dan lebih sayang [kepada ibu bapaknya],” (QS. Al-Kahfi [18]: 81).

وَاَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلٰمَيْنِ يَتِيْمَيْنِ فِى الْمَدِيْنَةِ وَكَانَ تَحْتَهٗ كَنْزٌ لَّهُمَا وَكَانَ اَبُوْهُمَا صَالِحًا ۚفَاَرَادَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَآ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلْتُهٗ عَنْ اَمْرِيْۗ ذٰلِكَ تَأْوِيْلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًاۗ ࣖ ٨٢

Artinya: “Adapun dinding [rumah] itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka adalah orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku [sendiri]. Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya,’” (QS. Al-Kahfi [18]: 82).

Baca juga artikel terkait SIAPA NABI KHIDIR atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno