tirto.id - Apa yang menjadi persamaan ponsel murah dan mahal? Satu hal yang tak bisa dilewatkan adalah sama-sama disematkan kartu pipih nan mungil yang sering disebut SIM Card alias Subscriber Identity Module Card. Kartu SIMmerupakan sirkuit yang mengintegrasikan bermacam identitas dalam bentuk digital. Penggunaan SIM Card pada ponsel terjadi ketika ada perpindahan protokol jaringan selular, dari analog ke digital di awal dekade 1990-an.
Perpindahan analog ke digital dilakukan karena jumlah pengguna jaringan selular kala itu mengalami peningkatan yang signifikan. Ada cukup banyak protokol digital yang ditawarkan. Amerika Serikat memperkenalkan Code Division Multiple Access (CDMA). Jepang menawarkan Personal Digital Cellular (PDC). Eropa, melalui European Telecommunications Standards Institute (ETSI), mengenalkan Global System for Mobile Communications (GSM) pada dunia telekomunikasi.
Paolo Bellavista dalam bukunya berjudul “Telecommunication System and Technologies (2009) mengatakan GSM merupakan sistem radio Time Division Multiple Access (TDMA) yang menggunakan pita dengan lebar 200KHz. Ia merupakan protokol generasi kedua jaringan selular digital, yang mulai dikembangkan pada 1980-an dan pertama kali diterapkan di Finlandia pada 1991.
GSM membedakan mobile station dan mobile equipment. Mobile equipment berubah jadi mobile station ketika SIM Card dimasukkan pada gawai. SIM Card berguna untuk menyimpan data-data pelanggan suatu perusahaan provider telekomunikasi, terutama International Mobile Subscriber Identity (IMSI). IMSI berperan selayaknya kunci atau login credential untuk mengakses jaringan milik provider telekomunikasi. Tanpa SIM Card, terutama bagi ponsel berbasis GSM, ponsel tak bisa berfungsi.
SIM Card kali pertama dipakai pada Nokia 1011. Ponsel yang lahir di negara yang sama dengankehadiran teknologi GSM. SIM Card diproduksi oleh Giesecke & Devrient, perusahaan teknologi asal Munchen, Jerman. Pada 1991, Giesecke & Devrient mengirimkan 300 unit SIM Card pada Radiolinja. Radiolinja merupakan provider telekomunikasi yang berlokasi di Finlandia, didirikan pada 1988 dan merupakan yang pertama menggunakan jaringan GSM.
Giesecke & Devrient didirikan oleh dua orang bernama Hermann Giesecke dan Alphonse Devrient, di Leipzig, Jerman, pada 1852. Kedua orang itu diabadikan menjadi nama perusahaan. Klaus W. Bender dalam bukunya berjudul “Moneymaker (2006:129)” Giesecke & Devrient merupakan perusahaan yang bergerak di industri percetakan. Khususnya mencetak buku seni dan kartografi (peta).
Perluasan bisnis Giesecke & Devrien terjadi setelah empat tahun perusahaan ini berdiri. Perusahaan itu menerima permintaan untuk mencetak banknote dari pemerintah Altenburg dan kemudian dari kerajaan Saxony. Selepas sukses memenuhi permintaan dari dua pemerintahan itu, Giesecke & Devrien menerima pesanan yang sama dari Wechsel-Bank, yakni mencetak banknote 10 guilder note.
Salah satu kesuksesan Giesecke & Devrient adalah mencetak banknote dalam dua sisi kertas. Ini dilakukan untuk mencegah adanya pemalsuan alias merupakan cara perusahaan itu menciptakan sistem keamanan di produk buatannya.
Sayangnya, memasuki periode Perang Dunia II, kisah Giesecke & Devrient harus terhenti. Klaus W. Bender mengungkapkan aset perusahaan itu mengalami kerusakan hingga 80 persen akibat perang.
Krisis yang dialami Giesecke & Devrient akhirnya mencapai titik akhir. Siegfried Otto menjadi penyelamat. Otto merupakan suami dari Jutta Devrient, keturunan salah satu pendiri Giesecke & Devrient. Salah satu upaya Otto menyelamatkan Giesecke & Devrient ialah dengan cara memindahkan lokasi perusahaan itu, dari Leipzig ke Munchen.
Selain memindahkan lokasi perusahaan, Otto pun berjasa mengubah perusahaan percetakan itu jadi perusahaan teknologi. Pada 1968 merupakan salah satu penanda masuknya Giesecke & Devrient ke dunia kartu elektronik. Giesecke & Devrient mengembangkan sistem eurocheque, salah satu varian cek yang beredar di Eropa dan memiliki fungsi sebagai kartu ATM dengan menggandeng perbankan Eropa.
Pada 1981, perusahaan sukses menciptakan kartu chip pertama atas pesanan dari bank Perancis dan Bundespost, Jerman. Dua kesuksesan bermain di ranah kartu elektronik dan kartu chip membawa Giesecke & Devrient melahirkan SIM Card. Tepat pada 1989 perusahaan itu menciptakan teknologi bernama “SIM plug-in” alias SIM Card yang perlu dimasukkan secara manual pada sebuah perangkat gawai. Hingga kini temuan tersebut sudah berumur hampir tiga dekade.
SIM Card pertama kali muncul dalam ukuran besar dengan panjang 85,6 mm dan lebar 53,98 mm. Setelah mengikuti bentuk ponsel dan perkembangan jaringan, SIM Card “makin menciut.” Di zaman 3G, SIM Card umumnya berukuran panjang 15 mm dan lebar 12 mm alias berukuran micro. Saat ini, SIM Card yang populer berukuran nano, dengan panjang 12,3 mm dan lebar 8,8 mm.
Sampai kini, Giesecke & Devrient menjadi salah satu perusahaan yang bernilai. Pada 2016 lalu, perusahaan memperoleh keuntungan bersih senilai 52,5 juta Euro dari beroperasi 27 negara di dunia. Hasil tersebut diperoleh atas nilai penjualan yang mencapai angka 2,08 miliar euro. Sektor banknotes, ladang bisnis yang jadi ciri khas perusahaan ini, menyumbang nilai penjualan sebesar 928 juta euro.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra