tirto.id - Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November untuk memberikan penghargaan terhadap guru atas jasanya dalam dunia pendidikan. Selamat Hari Guru Nasional patut disematkan kepada seluruh kaum pendidik di negeri ini.
Berbicara soal pendidikan, jangan lupakan pula peran Ki Hajar Dewantara yang berjuang melalui jalan pendidikan bersama Taman Siswa yang didirikannya. Maka tak heran jika pahlawan nasional asal Yogyakarta itu dianugerahi gelar Bapak Pendidikan Nasional.
Hari Guru Nasional (HGN) merujuk pada hari kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang tercetus dalam Kongres Guru Indonesia di Surakarta pada 24-25 November 1945.
Selain Hari Guru Nasional, Indonesia juga punya Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei. Asal-usul peringatan Hardiknas ini mengambil hari kelahiran Soewardi Soerjaningrat (ejaan baru: Suwardi Suryaningrat) atau yang nantinya dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara.
Profil Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara lahir tanggal 2 Mei 1889 dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Ia berasal dari keluarga Kadipaten Pakulaman di Yogyakarta yang merupakan salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran.
Kiprah Soewardi Soerjaningrat semasa muda cukup frontal dalam menentang atau mengkritisi pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pendiri Indische Partij (IP) bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ernest Douwes Dekker ini bahkan pernah diasingkan ke Belanda sejak 1913 hingga 1919.
Sepulangnya ke tanah air, Soewardi Soerjaningrat masih sering berurusan dengan aparat kolonial sehingga kerap keluar-masuk penjara lantaran aksi dan tulisan-tulisannya yang dianggap terlalu berani.
Hingga akhirnya, atas saran istrinya, Sutartinah, dan setelah melalui pertimbangan matang, Soewardi Soerjaningrat memutuskan berjuang dengan jalan lain, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa lewat pendidikan.
Maka, pada 3 Juli 1922, Soewardi Soerjaningrat mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Cita-cita Taman Siswa adalah untuk membahagiakan bangsa dan manusia serta merupakan panggilan nurani untuk ikut memajukan kehidupan bangsa.
Soewardi Soerjaningrat menawarkan gagasan untuk pendidikan nasional. Jadilah Taman Siswa sebagai tonggak awal kebangkitan masyarakat terpelajar bumiputera yang mempelopori kebangkitan rakyat melawan kolonialisme.
Tanggal 3 Februari 1928, Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Sementara sang istri, Sutartinah, juga mengikuti jejaknya dengan berganti nama menjadi Nyi Hajar Dewantara.
Profil Taman Siswa
Ki Hajar Dewantara sempat kembali berurusan dengan pemerintah kolonial lantaran diterapkannya Ordonansi Sekolah Liar pada 1932 yang membatasi gerak Taman Siswa. Namun, Ki Hajar Dewantara tetap berjuang dan lolos dari aturan yang merugikan aktivitas pendidikan non-kolonial itu.
Taman Siswa berkembang pesat. Memasuki dekade 1940-an, perguruan ini sudah mendirikan 166 sekolah yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan memiliki lebih dari 11 ribu murid.
Konsep pendidikan yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara dan dipraktikkan melalui Taman Siswa diarahkan pada tujuan nasionalisme, semangat perjuangan, dan kerakyatan menghadapi kolonialisme.
Setelah Indonesia merdeka, Presiden Sukarno menunjuk Ki Hajar Dewantara untuk menjabat sebagai Menteri Pengajaran sejak 2 September 1945. Ki Hajar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta pada 2 April 1959 dalam usia 70 tahun.
Atas jasa-jasanya, pemerintah RI menetapkan Soewardi Soerjaningrat sebagai pahlawan nasional serta menyematkan gelar Bapak Pendidikan Nasional. Hari kelahiran Ki Hajar Dewantara pun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
_________________________
Referensi
- Abdurrachman Surjomihardjo, Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern, 1986.
- Bambang Sokawati Dewantara, Ki Hajar Dewantara Ayahku, 1989
- Frances Gouda, Dutch Cultures Overseas: Colonial Practice in the Netherlands Indies 1900-1942, 2006.
- Najamuddin, Perjalanan Pendidikan di Tanah Air, 2005.
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ibnu Azis