tirto.id - Sekolah Rakyat secara resmi memulai Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Pengenalan ini menerapkan pendekatan empati terhadap siswa.
Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 6 Jakarta, Regut Sutrasto, mengatakan pendekatan ini merupakan bentuk kasih seluruh pihak sekolah sebagai pengganti orang tua. Sebab, kedekatan tersebut dapat menghadirkan lingkungan belajar yang nyaman.
Adapun saat ini, sejumlah 63 titik Sekolah Rakyat telah beroperasi. Sementara itu, 37 titik lokasi lainnya akan menyusul pada akhir bulan Juli 2025.
"Kalau kami pendekatannya adalah pendekatan empati, kita tumbuhkan rasa kasih sayang kita, karena kita adalah sebagai pengganti dari orang tua, kita sebagai orang tua akan mengayomi sehingga nanti anak-anak kita belajar nyaman dengan lingkungannya," ujar Regut saat mengikuti kegiatan Pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Rakyat Tahun 2025 di SRMP 6 Bambu Apus, Jakarta Timur, Senin (14/7/2025).
Regut menjelaskan, MPLS akan dilaksanakan selama lima hari terdiri dari pendidikan karakter, masa pengenalan lingkungan sekolah termasuk didalamnya pemakaian dan perawatan fasilitas sekolah, lalu pengenalan tata tertib dan jadwal kegiatan di sekolah.
"Untuk kegiatan MPLS hari ini yang pertama tadi ada kegiatan launching [secara daring] dengan Kementerian terkait, terus yang kedua nanti [siswa] ada tes kesehatan, terus tes kebugaran untuk mengecek tingkat kebugaran anak-anak kita," ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa masa pengenalan dan orientasi lingkungan Sekolah Rakyat ini akan menekankan pada kenyamanan siswa. "Orientasi ini kita buat seramah mungkin pada anak, sehingga nanti anak jadi nyaman," tambah dia.
MPLS di SRMP 6 Jakarta mengampu 75 siswa jenjang SMP yang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 40 orang perempuan. Siswa terbagi kedalam 3 Rombongan Belajar (Rombel), masing-masing rombel 25 orang.
Siswa Sekolah Rakyat akan tinggal di asrama selama mengikuti kegiatan. Sebanyak 6 orang wali asuh bertugas mendukung layanan pendampingan siswa dan 2 orang wali asrama yang akan bertugas sebagai penanggung jawab kondisi asrama di Sekolah Rakyat.
"Setidaknya dengan diasramakan, pola hidup anak-anak kita akan lebih teratur, sesuai dengan salah satunya dalam tujuh kebiasaan yang tadi disampaikan," kata Regut.
Meskipun para siswa di asrama selama mengenyam pendidikan, orang tua tetap akan diberikan kesempatan untuk menjenguk anaknya. "Pasti dijadwalkan nanti, untuk memberikan kesempatan bagi orang tua melepas rindu [pada anaknya]," ujarnya.
Sistem asrama tidak serta merta membuat siswa takut berjauhan dengan orangtua. Salah satu cerita datang dari Herlina Putri, ia merupakan anak seorang nelayan yang menjadi salah satu siswa SRMP 6.
"Di sini kayak bagus banget, terus banyak temen aku yang baru," kata Herlina.
Herlina menuturkan bahwa bersekolah di Sekolah Rakyat adalah keinginannya sendiri dan kelak ingin membanggakan orang tua. Ia senang bisa mendapatkan fasilitas sekolah yang lengkap.
"Bagus banget, dapat kartu, peralatan mandi, lemari, sama itu meja belajar satu-satu," jelasnya.
(INFO KINI)
Penulis: Tim Media Servis
Masuk tirto.id







































