Menuju konten utama

Sejarah Tol Cipularang dan Mitos Terkait Gunung Hejo

Sejarah pembangunan Tol Tol Cikampek - Purwakarta - Padalarang alias Tol Cipularang, dan mitos terkait Gunung Hejo.

Sejarah Tol Cipularang dan Mitos Terkait Gunung Hejo
Foto udara kendaraan yang melintas di jembatan Cikubang Jalan Tol Cipularang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (12/2/2018). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

tirto.id - Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang KM 92, pada Senin (11/11/2024), pukul 15.15 WIB, melibatkan banyak kendaraan roda empat. Kecelakaan ini menyebabkan jatuhnya 28 korban dengan 23 orang luka ringan, 4 orang luka berat, dan satu orang tewas.

Penyebab kecelakaan diduga dari sebuah truk yang membawa muatan sangat berat lalu mengalami rem blong. Akibatnya, truk lantas menabrak kendaraan lain di depannya.

Posisi kendaraan yang tidak jauh antara satu dengan lainnya memicu terjadinya kecelakaan beruntun. Kecelakaan ini menambah panjang insiden berdarah di Tol Cipularang.

Ruas Tol Cipularang yang dinilai rawan kecelakaan ada di kilometer 90 sampai 100. Pada jalur tersebut, arus dari Jakarta akan menemui tanjakan panjang dan sari arah sebaliknya mendapati turunan panjang.

Meski demikian, tidak sedikit masyarakat yang masih mempercayai mitos menganggap setiap insiden kecelakaaan di Tol Cipularang sebagai tumbal. Bagaimana sejarah dan mitos di balik pembangunan jalan tol tersebut?

Sejarah Tol Cipularang

Berdasarkan sejarah, proyek pembangunan Tol Cipularang alias Jalan Tol Cikampek - Purwakarta - Padalarang sudah dimulai pada 1991. Pembangunan tol ini memakan waktu sekitar 14 tahun hingga dapat beroperasi.

Tol Cipularang dibuat menjadi penghubung Jakarta dengan Bandung. Percabangannya dari Tambun atau Cikarang Barat lantas membelok ke selatan arah Jonggol, Cianjur (Mande/Ciranjang), sampai Padalarang. Tol ini terhubung dengan Tol Padaleunyi.

Proyek tersebut semula akan diberi nama Plan Tol Cigolarang (Cikarang, Jonggol, Cianjur, dan Padalarang). Proyek ini bertujuan untuk memangkas waktu perjalanan dari Jakarta ke Bandung.

Sayangnya, rencana proyek gagal seiring karena tak berhasil menghubungkan Ibu Kota menuju Kawasan Jonggol. Setelah itu, proyek pembangunan jalan tol dibangun dengan melintasi pegunungan timur Jatiluhur.

Jalanan di sana cukup curam, sehingga perlu mendirikan banyak jembatan panjang dan tinggi. Jalanan yang dibuat juga akan melewati jurang dan sungai.

Tol Cipularang lantas dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan pembuatan jalan tol Cikampek - Sadang dan Padalarang - Cikamuning yang memiliki panjang 17,5 kilometer.

Rute Cikampek - Sadang dibuka operasionalnya pada 1 Agustus 2003, lalu rute Padalarang - Cikamuning pada 21 September 2003.

Tahap kedua pembangunan jalan tol Cipularang yaitu menghubungkan rute Sadang - Cikamuning. Jalan sepanjang 41 kilometer ini dibuka operasionalnya pada 26 April 2005.

Seiring dengan berdirinya jalan tol Cipularang,waktu tempuh Jakarta - Bandung hanya memerlukan 1 jam 30 menit pada keadaan lalu linta lancar. Penghitungan estimasi waktu tempuh dihitung dari Cawang.

Mitos Tol Cipularang dan Gunung Hejo

Sebagian orang menghubungkan berbagai tragedi kecelakaan di Tol Cipularang dengan kisah mistis yang menyelubunginya. Pengendara yang sering melalui Tol Cipularang mungkin sudah biasa mendengar cerita-cerita mistis seperti penampakan hantu.

Salah satu cerita mitos di balik Tol Cipularang yaitu sudah dikenal angker jauh sebelum jalan tol dibangun. Masyarakat setempat menyebut daerah tersebut dengan nama Jalur Tengkorak.

Selain itu, mitos Tol Cipularang yang paling terkenal adalah terkait dengan keberadaan Gunung Hejo. Gunung Hejo atau Gununghejo adalah sebuah bukit yang berada di Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.

Jalan yang dipakai untuk Tol Cipularang adalah bagian dari kawasan Gunung Hejo. Menurut Tim Pustaka Horor dalam Misteri Tol Cipularang (2011), rute tol seharusnya menembus Gunung Hejo.

Rute tersebut batal dibuat lantaran tanahnya sulit ditembus peralatan berat. Gunung Hejo merupakan salah satu kawasan yang dianggap angker oleh masyarakat setempat.

Gunung tersebut kerap dipakai sebagian orang sebagai lokasi melakukan ritual pemujaan. Akhirnya beberapa area di Gunung Hejo dianggap keramat dan sakral.

Gunung Hejo sebelah atas juga dipercaya ada tempat keramat untuk petilasan. Wujudnya makam yang dipercaya milik Prabu Siliwangi yang merupakan raja di Kerajaan Siliwangi.

Sebenarnya tempat tersebut awalnya sebuah batu yang tidak ada nilainya. Batu ini menutupi lubang dalam. Seiring berjalannya waktu, batu itu dianggap keramat dan muncul desas-desus akan meminta tumbal nyawa secara berkala.

Hal inilah yang kemudian muncul mitos permintaan tumbal akan terus ada. Di sisi lain, pada saat pembangunan tol dulu, banyak pekerja yang mengaku diganggu hantu.

Sewaktu proyek tol akan menembus gunung, dikabarkan beberapa buruh tewas dengan berbagai alasan. Ada yang terjatuh dari ketinggian hingga meninggal sewaktu mengoperasikan alat berat.

Perlu diketahui bahwa cerita-cerita mistis yang beredar terkait Tol Cipularang masih sebatas mitos. Faktanya, ada beberapa kawasan di Tol Cipularang yang rawan kecelakaan.

Melansir Antara, kawasan rawan kecelakaan di Tol Cipularang adalah sepanjang kilometer 90 sampai dengan kilometer 100. Area sepanjang 10 kilometer ini rawan kecelakaan karena memiliki tanjakan dan turunan panjang serta curam.

Baca juga artikel terkait MITOS atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yonada Nancy & Dipna Videlia Putsanra