tirto.id - Perang Salib (The Crusades) merupakan konflik panjang antara bangsa Eropa kontra orang-orang Asia Barat. Sejarah perang ini berlangsung selama hampir 200 tahun dan terbagi menjadi beberapa periode. Lantas, apa penyebab Perang Salib dan bagaimana periodesasinya?
Faktor agama menjadi salah satu latar belakang pecahnya Perang Salib yang terjadi sejak abad ke-11 Masehi. Perang ini melibatkan bangsa Eropa yang mayoritas memeluk agama Kristen berhadapan dengan orang-orang Islam dari Asia Barat, termasuk Turki dan bangsa-bangsa Arab.
Persoalan Yerusalem disebut-sebut juga merupakan faktor pecahnya Perang Salib. Yerusalem adalah salah satu kota tertua di dunia yang terletak di dataran tinggi Pegunungan Yudea antara Laut Tengah dan Laut Mati. Yerusalem dianggap sebagai kota suci oleh tiga agama samawi terbesar, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Sejarah Penyebab Perang Salib
Faktor penyebab pecahnya Perang Salib merupakan akumulasi dari berbagai faktor, seperti faktor agama, politik, sosial, hingga ekonomi.
Dikutip dari Pesona Baghdad & Andalusia: Meneropong Masa Kejayaan Islam di Baghdad dan Andalusia (2017) karya Rizem Aizid, berikut ini beberapa faktor penyebab terjadinya Perang Salib:
- Dipersulitnya orang-orang Kristen untuk berziarah ke Yerusalem setelah wilayah suci tersebut dikuasai oleh Dinasti Seljuk, yakni orang-orang Islam dari Turki.
- Kekalahan Kekaisaran Romawi oleh Dinasti Seljuk. Kekaisaran Romawi kemudian meminta bantuan kepada pemimpin Gereja Katolik Roma (Vatikan) saat itu yakni Paus Urbanus II.
- Paus Urbanus II mengobarkan semangat perang suci kepada orang-orang Kristen di Eropa untuk melawan orang-orang Islam.
- Jalur perdagangan di Laut Tengah dikuasai oleh orang-orang Islam sehingga menghambat kegiatan niaga orang-orang Kristen dari Eropa.
Periodesasi Perang Salib
Dikutip dari Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (2017) yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A., Perang Salib adalah perang paling lama dalam sejarah umat manusia.
Perang Salib berlangsung selama hampir 200 tahun meskipun ada jeda waktu antara perang yang satu dengan kelanjutan perang berikutnya.
Ada beberapa versi terkait pembagian periode Perang Salib, salah satunya dibagi dalam 8 periode, baik perang berskala besar, sedang, maupun kecil, yakni sebagai berikut:
- Perang Salib I (1095-1099)
- Perang Salib II (1147-1149)
- Perang Salib III (1187-1191)
- Perang Salib IV (1202-1204)
- Perang Salib V (1217-1221)
- Perang Salib VI (1228-1229)
- Perang Salib VII (1248-1254)
- Perang Salib VIII (1270)
- Perang Salib IX (1271-1291)
Sedangkan menurut Rizem Aizid dalam Pesona Baghdad & Andalusia: Meneropong Masa Kejayaan Islam di Baghdad dan Andalusia (2017), Perang Salib dibagi menjadi 3 periode besar yang juga berlangsung dari tahun 1095 hingga 1291 Masehi.
Periode pertama adalah periode yang disebut sebagai perang penaklukan, yakni penaklukkan umat Kristen atas umat Islam. Periode Perang Salib pertama ini dimulai sejak Paus Urbanus II menyerukan perang suci, yaitu pada 1095 sampai dengan tahun 1144 Masehi.
Pada 7 Juli 1099 Masehi, Yerusalem atau Bait al-Maqdis yang semula dikuasai oleh orang-orang Islam dari Dinasti Seljuk/Turki dapat direbut kembali oleh orang-orang Kristen di bawah pimpinan Godfrey of Bouillon.
Periode Perang Salib kedua terjadi pada 1144 hingga 1192 Masehi yang disebut sebagai periode reaksi umat Islam. Di Perang Salib periode kedua ini, umat Islam melawan dan meraih kemenangan di bawah kepemimpinan Salahuddin al-Ayyubi (Sultan Saladin), pendiri Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
Terakhir, Perang Salib periode ketiga disebut sebagai periode perpecahan di kalangan tentara salib sendiri. Terjadi beberapa perang saudara di antara kerajaan-kerajaan Kristen. Periode ketiga ini berlangsung dari 1193 hingga 1291 M.
Apa pun latar belakang dan motifnya, tulis Rizem Aizid dalam bukunya, Perang Salib telah menimbulkan kerugian yang sangat besar, baik di pihak Islam maupun Kristen. Perang Salib juga menjadi salah satu penyebab hancurnya Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Iswara N Raditya