tirto.id - Di India, perkembangan gerakan komunis berjalan berbarengan dengan gerakan anti-kolonial. Setelah ratusan tahun diduduki Inggris, gerakan anti-kolonial muncul mula-mula di wilayah India Selatan sekitar dekade 1920-30an. Dalam periode ini pula, kelompok kiri mulai mengorganisasi pergerakan yang dimotori kaum buruh dan petani.
Pada awal kemunculannya, kelompok kecil ini tak berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh aturan ketat pemerintah kolonial Inggris yang melarang orang-orang India berideologi komunis. Bagi pemerintah kolonial Inggris, bergabung dalam gerakan komunis berarti bergabung dalam gerakan yang menginginkan perlawanan terhadap kedaulatan Raja Inggris di seluruh wilayah India.
Meleburnya Golongan Kiri
Communist Party of India (CPI) adalah partai komunis paling tua di negara itu yang didirikan pada 26 Desember 1925 di wilayah Kanpur. Dalam konferensi pertamanya, S.V. Ghate diangkat sebagai Sekretaris Jenderal CPI. Menurut laporan tentara pengamanan kolonial, sekitar lima ratus orang hadir dalam konferensi tersebut. Dalam konferensi di Kanpur itulah beberapa elemen seperti partai-partai komunis kecil dan Labour Kisan Party of Hindustan (LKPH) dilebur ke dalam CPI.
Di sisi lain, C. K. Govindan Nair diangkat menjadi ketua Congress Socialist Party pada 1934. Pada periode itu, perjuangan golongan komunis India merupakan perjuangan melawan dominasi Inggris. Victor M. Fic menegaskan hal itu dalam Kerala, Yenan of India: Rise of Communist Power 1937-1969 (1979:8).
“Hingga pembentukan Partai Komunis yang independen pada 1940, perjuangan komunis merupakan perjuangan melawan dominasi kekuatan asing untuk melakukan reformasi politik, ekonomi, dan sosial bersama dengan Partai Kongres”, tulisnya.
Sementara itu, golongan Muslim radikal di Malabar mendukung gerakan kiri sehingga dalam waktu singkat, mereka bisa mendominasi Komite Kongres Provinsi Kerala (KPCC). Beberapa tahun kemudian, distrik Malabar, Kerajaan Cochin, dan Travancore, yang merupakan bagian dari Kerala, terlibat penuh dalam perjuangan anti-Inggris.
Bagi golongan kiri, karena alasan politik yang oportunis; demi memenangkan pemilihan tahun 1936, bergabung dengan Partai Sosialis Kongres merupakan jalan yang paling logis. Gerakan Sosialis kiri memang mendapat dukungan dari banyak intelektual India, termasuk Jawaharlal Nehru. Ia yang kala itu menjadi aktivis kemerdekaan India, berulang kali menyampaikan pemikirannya yang mengesankan dukungan kepada Sosialisme kiri.
“Studi tentang Marx dan Lenin memberikan efek yang kuat pada pikiran saya dan membantu saya dalam melihat sejarah dan arus pemikiran di zaman yang akan datang”, kata Nehru seperti dicatat L.P. Sinha dalam buku Marxism and Nehru’s Concept of Socialism 1920-1947 (1992:189).
Seiring waktu, partai itu terbukti tidak solid. Dalam Kongres Nasional India, keretakan ideologis sangat kentara terutama di masa Perang Dunia II dan Satyagraha ala Gandhi sejak 1930. Saking hebatnya, keretakan itu berujung pada pemisahan golongan kiri dari Partai Sosialis Kongres. Pada Maret 1940, mereka diusir dari partai dengan alasan mengganggu stabilitas dan tuduhan rencana melakukan kooptasi.
Sebelum dikeluarkan, Komite Kongres di Kerala yang telah didominasi golongan kiri sempat melakukan pertemuan rahasia di Parapram, Pinarayi, dekat wilayah Thalassery pada Desember 1939. Sembilan puluh anggota Congress Socialist Party mempertimbangkan untuk membangun sebuah partai komunis dalam pertemuan tersebut. Sejak pertemuan itu, banyak golongan komunis yang tetap tampil di publik sebagai anggota Partai Kongres, namun secara bersamaan menjalankan dan menyebarkan ideologi komunis.
Dalam pertemuan itu juga mereka memutuskan bertransformasi dan mendekatkan diri pada kelas menengah pekerja dan petani, untuk mengatasi krisis ekonomi serta penderitaan yang datang akibat Perang Dunia II. Rancangan awal pembentukan partai komunis baru pun ditetapkan pada 26 Januari 1940 melalui tulisan di tembok dengan menggunakan tar, sebuah zat karbon berwarna gelap yang didapatkan dari pengolahan bahan tambang.
Jajaran pimpinan partai bergerak diam-diam karena komunisme masih dilarang. Dari bawah tanah, mereka mengorganisasi rakyat, menyatukan petani dan serikat buruh untuk melawan pemerintah. Kala itu, sebuah komite yang dipimpin oleh K.P.R. Gopalan memfokuskan diri pada proyek tersebut.
Digerus Masalah Internal
Pada Maret 1957, pemilu untuk memilih anggota parlemen digelar. Di beberapa wilayah terjadi persaingan yang cukup ketat. Para pemimpin CPI mengajak rakyat untuk memilih calon-calonnya agar bisa mempercepat terwujudnya stabilitas politik.
Memasuki tahun 1964, perselisihan ideologis antara Tiongkok dan Uni Soviet semakin meruncing. Hal ini pun berimbas pada kondisi internal CPI. Sebuah faksi dalam jajaran pemimpin partai yang sebagian besar memiliki basis massa di Kerala dan Benggala Barat, memutuskan untuk berpisah dari CPI. Mereka lalu membentuk Communist Party of India (Marxis).
Meski memisahkan diri, partai baru ini tidak sungkan bersekutu dengan partai-partai lain termasuk CPI yang merupakan partai induknya. Koalisi ini lagi-lagi dilakukan untuk tujuan pragmatis memenangkan kendali di parlemen.
Namun, lima tahun sejak dibentuk, CPI (Marxis) kisruh juga. Kelompok radikal dalam partai itu khawatir dengan karakter politik yang semakin parlementer. Perdebatan pun kian memanas. Kaum radikal menuduh kepemimpinan CPI (Marxis) telah beralih menuju revisionisme. Mereka mengusulkan sebuah revolusi bersenjata.
Para pemimpin radikal ini dimotori oleh Charu Majumdar dan Saroj Dutta yang berasal dari Bengal Barat. Pada 22 April 1969, tepat hari ini 52 tahun lalu, mereka mendirikan Communist Party of India (Marxist-Leninist), sebelum akhirnya bubar tiga tahun kemudian menyusul meninggalnya Majumdar.
Editor: Irfan Teguh